Hamas Klaim Masih Kuat Lanjutkan Pertempuran Jangka Panjang, Bagaimana Strateginya?
loading...
A
A
A
GAZA - Hamas menceritakan kembali kemenangan mereka di medan pertempuran baru-baru ini melawan militer Israel, yang telah membawa Jalur Gaza, tempat markas gerakan perlawanan Palestina bermarkas, berada di bawah perang yang sengit. Itu membuktikan Hamas siap melaksanakan perang jangka panjang dengan tentara Israel.
“Mereka (pejuang perlawanan) juga menargetkan pasukan dan kendaraan Zionis yang berada di posisi mereka dengan peluru anti-lapis baja dan bahan peledak anti-personil, dan bentrok dengan mereka dari jarak dekat,” kata Ubaida, dilansir Press Tv.
Konfrontasi tersebut, tambahnya, telah mengakibatkan “menimbulkan kematian dan cedera” di antara barisan musuh.
Di bagian lain sambutannya, Abu Ubaida membenarkan adanya penghancuran total atau sebagian sebanyak 21 kendaraan militer Israel di Jalur Gaza selama 24 jam terakhir.
Rezim pendudukan melancarkan perang pada tanggal 7 Oktober sebagai tanggapan atas operasi yang dilakukan oleh kelompok perlawanan Gaza, yang mana ratusan orang ditawan dari seluruh wilayah pendudukan.
Hamas mengatakan Operasi Badai al-Aqsa adalah kelanjutan dari Intifada (pemberontakan) heroik yang dimulai lebih dari tiga dekade lalu dan akan menghasilkan pembebasan penuh atas Palestina dan berakhirnya pendudukan Israel.
Abu Ubaida melanjutkan, perlawanan telah berhasil menggagalkan upaya militer Israel untuk menyelamatkan seorang tentara yang ditawan, yang ia beri nama Saar Baruch. "Operasi musuh mengakibatkan kematian Baruch serta kematian dan cedera beberapa tawanan lainnya akibat pemboman biadab di wilayah Gaza,” tambahnya.
Sehari sebelumnya, Brigade al-Qassam mengaku bertanggung jawab atas pembunuhan Sersan Utama Gal Meer Eizenkot, putra Gadi Eizenkot, yang saat ini menjabat sebagai menteri kabinet perang Israel dan mantan kepala staf rezim pendudukan.
Hamas memuji rezim Israel yang gagal mencapai tujuan yang mereka nyatakan di medan pertempuran, termasuk penghancuran gerakan perlawanan, pembebasan tawanan Israel, dan pengusiran permanen warga Palestina dari Gaza.
Seorang pejabat senior Hamas mengatakan kelompok perlawanan yang berbasis di Gaza telah menyusun rencana pertahanan yang besar dalam menghadapi serangan udara dan darat Israel yang sedang berlangsung terhadap Jalur Gaza.
Gerakan ini juga berjanji untuk terus melakukan perlawanan hingga akhir perang Israel dan menegaskan bahwa mereka dapat menahan agresi rezim selama berbulan-bulan.
Bagaimana Strateginya?
Abu Ubaida, juru bicara Brigade al-Qassam, yang merupakan sayap militer Hamas, mengatakan gerakan tersebut telah melancarkan “serangan roket intensif” terhadap Tel Aviv dan sasaran lainnya di seluruh wilayah pendudukan.“Mereka (pejuang perlawanan) juga menargetkan pasukan dan kendaraan Zionis yang berada di posisi mereka dengan peluru anti-lapis baja dan bahan peledak anti-personil, dan bentrok dengan mereka dari jarak dekat,” kata Ubaida, dilansir Press Tv.
Konfrontasi tersebut, tambahnya, telah mengakibatkan “menimbulkan kematian dan cedera” di antara barisan musuh.
Di bagian lain sambutannya, Abu Ubaida membenarkan adanya penghancuran total atau sebagian sebanyak 21 kendaraan militer Israel di Jalur Gaza selama 24 jam terakhir.
Rezim pendudukan melancarkan perang pada tanggal 7 Oktober sebagai tanggapan atas operasi yang dilakukan oleh kelompok perlawanan Gaza, yang mana ratusan orang ditawan dari seluruh wilayah pendudukan.
Hamas mengatakan Operasi Badai al-Aqsa adalah kelanjutan dari Intifada (pemberontakan) heroik yang dimulai lebih dari tiga dekade lalu dan akan menghasilkan pembebasan penuh atas Palestina dan berakhirnya pendudukan Israel.
Abu Ubaida melanjutkan, perlawanan telah berhasil menggagalkan upaya militer Israel untuk menyelamatkan seorang tentara yang ditawan, yang ia beri nama Saar Baruch. "Operasi musuh mengakibatkan kematian Baruch serta kematian dan cedera beberapa tawanan lainnya akibat pemboman biadab di wilayah Gaza,” tambahnya.
Sehari sebelumnya, Brigade al-Qassam mengaku bertanggung jawab atas pembunuhan Sersan Utama Gal Meer Eizenkot, putra Gadi Eizenkot, yang saat ini menjabat sebagai menteri kabinet perang Israel dan mantan kepala staf rezim pendudukan.
Hamas memuji rezim Israel yang gagal mencapai tujuan yang mereka nyatakan di medan pertempuran, termasuk penghancuran gerakan perlawanan, pembebasan tawanan Israel, dan pengusiran permanen warga Palestina dari Gaza.
Seorang pejabat senior Hamas mengatakan kelompok perlawanan yang berbasis di Gaza telah menyusun rencana pertahanan yang besar dalam menghadapi serangan udara dan darat Israel yang sedang berlangsung terhadap Jalur Gaza.
Gerakan ini juga berjanji untuk terus melakukan perlawanan hingga akhir perang Israel dan menegaskan bahwa mereka dapat menahan agresi rezim selama berbulan-bulan.
(ahm)