Israel Bunuh Profesor Refaat Alareer di Gaza, Ini Kata-Kata Terakhirnya
loading...
A
A
A
GAZA - Profesor Refaat Alareer, salah satu pendiri proyek ‘We Are Not Numbers’ dan profesor di Universitas Islam Gaza, tewas akibat serangan udara Israel.
Dia bukanlah seorang intelektual biasa. Beliau adalah seorang pendidik yang telah menginspirasi banyak generasi muda di Gaza untuk mengambil alih narasi mereka sendiri dan menceritakan kisah Gaza serta Palestina berdasarkan pengalaman mereka sendiri.
“(Refaat) menulis banyak buku dan menulis puluhan cerita tentang Gaza. Pembunuhan Refaat sungguh tragis, menyakitkan dan keterlaluan. Ini adalah kerugian yang sangat besar,” tulis temannya dan salah satu pendiri We Are Not Numbers, Ahmed Alnaouq, di X pada Kamis (7/12/2023).
Pada tanggal 30 November, Alareer berbicara kepada The New Arab tentang keputusannya untuk tidak meninggalkan Gaza utara.
“Israel menghancurkan Gaza dengan cara yang akan berdampak pada kehidupan selama beberapa dekade mendatang,” ujar dia kepada situs berita yang berbasis di Inggris pada saat itu.
“Refaat adalah salah satu inspirasi saya di Gaza. Selain brilian dan menawan, dia juga baik dan tulus,” ujar Ramzy Baroud, intelektual dan penulis kelahiran Gaza.
“Saya merasa semua yang dia tulis atau ucapkan mewakili prioritas kami di seluruh dunia. Kami dibimbing olehnya, dan orang-orang menyukainya. Kematiannya benar-benar membuatku bingung,” ungkap Baroud.
Alareer, profesor bahasa Inggris tercinta, mengkomunikasikan beberapa pemikiran terakhirnya melalui profil X-nya.
“Jika saya harus mati, Anda harus hidup untuk menceritakan kisah saya,” ungkap dia dalam puisi yang ditulis pada tahun 2011 dan diterbitkan di X pada tanggal 1 November.
Dia bukanlah seorang intelektual biasa. Beliau adalah seorang pendidik yang telah menginspirasi banyak generasi muda di Gaza untuk mengambil alih narasi mereka sendiri dan menceritakan kisah Gaza serta Palestina berdasarkan pengalaman mereka sendiri.
“(Refaat) menulis banyak buku dan menulis puluhan cerita tentang Gaza. Pembunuhan Refaat sungguh tragis, menyakitkan dan keterlaluan. Ini adalah kerugian yang sangat besar,” tulis temannya dan salah satu pendiri We Are Not Numbers, Ahmed Alnaouq, di X pada Kamis (7/12/2023).
Pada tanggal 30 November, Alareer berbicara kepada The New Arab tentang keputusannya untuk tidak meninggalkan Gaza utara.
“Israel menghancurkan Gaza dengan cara yang akan berdampak pada kehidupan selama beberapa dekade mendatang,” ujar dia kepada situs berita yang berbasis di Inggris pada saat itu.
“Refaat adalah salah satu inspirasi saya di Gaza. Selain brilian dan menawan, dia juga baik dan tulus,” ujar Ramzy Baroud, intelektual dan penulis kelahiran Gaza.
“Saya merasa semua yang dia tulis atau ucapkan mewakili prioritas kami di seluruh dunia. Kami dibimbing olehnya, dan orang-orang menyukainya. Kematiannya benar-benar membuatku bingung,” ungkap Baroud.
Kata-kata Terakhir
Alareer, profesor bahasa Inggris tercinta, mengkomunikasikan beberapa pemikiran terakhirnya melalui profil X-nya.
“Jika saya harus mati, Anda harus hidup untuk menceritakan kisah saya,” ungkap dia dalam puisi yang ditulis pada tahun 2011 dan diterbitkan di X pada tanggal 1 November.