Paus Kutuk Sikap 'Irasional' terhadap Senjata Nuklir

Minggu, 03 Desember 2017 - 09:27 WIB
Paus Kutuk Sikap Irasional terhadap Senjata Nuklir
Paus Kutuk Sikap 'Irasional' terhadap Senjata Nuklir
A A A
ROMA - Paus Fransiskus mendesak para pemimpin dunia untuk kembali dari ambang kemungkinan pemusnahan manusia. Paus menyebut beberapa dari mereka memiliki sikap "tidak masuk akal" terhadap senjata nuklir.

Paus memberikan komentarnya kepada wartawan di pesawat yang membawanya kembali ke Roma dari sebuah perjalanan ke Myanmar dan Bangladesh, yang didominasi oleh krisis pengungsi Rohingya yang mempengaruhi kedua negara.

Dalam sebuah pidato bulan lalu, Paus mengatakan bahwa dia siap untuk secara resmi mengukir ajaran Gereja yang berusia puluhan tahun bahwa memiliki senjata nuklir sebagai pencegahan dapat diterima secara moral selama tujuan utamanya adalah mengeliminasinya.

Dalam pidato pada 10 November, Paus Fransiskus mengatakan bahwa hanya kepemilikan senjata nuklir sekarang harus dikutuk karena tampaknya ada sedikit atau tidak ada niat dari para pemimpin dunia untuk mengurangi jumlah mereka.

Di atas pesawat, dia ditanya apa yang mendorongnya untuk mempertimbangkan untuk mengubah posisi resmi Gereja dan secara khusus, apa yang dia rasakan tentang perang kata-kata antara Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong-un.

"Apa yang berubah adalah irasionalitas (sikap terhadap senjata nuklir)," kata Paus Fransiskus seperti dikutip dari Reuters, Minggu (3/12/2017).

"Hari ini kita berada pada batasnya," cetusnya. "Ini bisa diperdebatkan tapi menurut pendapat saya, keyakinan saya, bahwa kita telah mencapai batas kemampuan licik memiliki dan menggunakan senjata nuklir," sambungnya.

"Mengapa? Karena hari ini, dengan senjata nuklir yang canggih, kita mempertaruhkan penghancuran umat manusia atau setidaknya sebagian besar kemanusiaan," jelasnya.

Paus sebelumnya telah memperkirakan bahwa sebuah negara ketiga harus mencoba untuk menegosiasikan kesepakatan antara AS dan Korut dan telah mendesak kedua belah pihak untuk mendinginkan retorika serta menghentikan caci maki.

"Kami berada di batasnya, dan karena kita berada di batasnya, saya bertanya kepada diri sendiri pertanyaan ini ... Hari ini, apakah aman untuk menyimpan persenjataan nuklir sebagaimana adanya, atau hari ini, untuk menyelamatkan ciptaanNya, untuk menyelamatkan umat manusia, apakah tidak perlu untuk memutar balik?" tukasnya

Korea Selatan (Korsel) mengatakan pada hari Jumat bahwa uji coba rudal Korut terakhir menempatkan Washington dalam jangkauan tembak. Namun Pyongyang masih perlu membuktikan bahwa pihaknya telah menguasai teknologi rudal yang penting, seperti masuk kembali, petunjuk tahap akhir dan aktivasi peluru kendali.

Tes tersebut mendorong sebuah peringatan dari AS bahwa kepemimpinan Korut akan "benar-benar hancur" jika perang harus dilakukan, sebuah pernyataan yang mendapat kritik tajam dari Rusia.
(ian)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5639 seconds (0.1#10.140)