Netanyahu Gunakan Isu Hamas untuk Mempertahankan Kekuasaan

Senin, 27 November 2023 - 18:19 WIB
loading...
Netanyahu Gunakan Isu Hamas untuk Mempertahankan Kekuasaan
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. Foto/REUTERS
A A A
TEL AVIV - Benjamin Netanyahu dianggap mempunyai “simbiosis aneh” dengan kelompok pejuang Palestina Hamas yang telah memerintah Gaza selama beberapa dekade dia menjabat sebagai perdana menteri (PM) Israel.

Washington Post (WaPo) melaporkan hal itu pada Minggu (26/11/2023), mengutip sejumlah pakar terkait Israel.

Netanyahu dilaporkan menganggap Hamas berguna dalam menghentikan proses perdamaian Israel-Palestina dan mengganggu pembentukan negara Palestina, klaim surat kabar tersebut.

“Netanyahu, yang memimpin pemerintahan Israel tanpa terputus antara tahun 2009 dan 2020 dan kemudian kembali berkuasa pada bulan Desember 2022, telah berulang kali bersumpah menghancurkan Hamas selama masa jabatannya tetapi malah menerapkan kebijakan yang membantu kelompok tersebut mempertahankan kekuasaannya atas daerah kantong tersebut,” ungkap laporan media Amerika Serikat (AS) itu.

“Kabinet perdana menteri Israel menyetujui transfer uang dari Qatar yang digunakan untuk membayar gaji publik di Gaza, memperbaiki infrastruktur lokal, dan bahkan mendanai operasi Hamas,” papar laporan Washington Post.

Menurut Washington Post, di bawah Netanyahu, Israel juga menyetujui pembebasan tahanan berkala yang diduga juga menguntungkan Hamas.

“Dalam sepuluh tahun terakhir, Netanyahu berupaya memblokir segala upaya untuk menghancurkan Hamas di Gaza,” ujar sejarawan Israel Adam Raz, yang mempelajari hubungan antara perdana menteri dan kelompok Hamas, mengatakan kepada WaPo.



Raz menyebutnya sebagai “aliansi aneh” yang mungkin bisa berakhir dengan serangan Hamas pada 7 Oktober terhadap Israel dan operasi militer Israel lanjutan di Gaza.

“Tujuan dari kebijakan Netanyahu diduga untuk memecah belah rakyat Palestina, membiarkan Hamas menguasai Gaza dan membiarkan saingannya dari Otoritas Palestina menguasai Tepi Barat. Konflik antara kedua kelompok membuat solusi dua negara yang dinegosiasikan menjadi mustahil,” klaim Washington Post.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1899 seconds (0.1#10.140)