Badan Pengungsi Palestina PBB: Situasi Kemanusiaan di Gaza Jauh Lebih Buruk
loading...
A
A
A
GAZA - Situasi kemanusiaan di Jalur Gaza menjadi jauh lebih buruk, menurut Badan Pengungsi Palestina PBB (UNRWA) pada Jumat (24/11/2023).
Anadolu Agency melaporkan, pertempuran antara kelompok perlawanan Palestina, Hamas, dan Israel di Gaza terhenti pada Jumat berdasarkan kesepakatan jeda kemanusiaan selama empat hari.
“Musim dingin semakin dekat dan suhu di Gaza semakin dingin. Penyakit kulit dan diare meningkat secara eksponensial akibat kondisi tidak sehat yang diperparah oleh hujan,” ungkap Komisaris Jenderal UNRWA Philippe Lazzarini saat berkunjung ke daerah kantong tersebut.
“Di beberapa tempat, tingkat penyakit 45 kali lebih tinggi dibandingkan tahun-tahun sebelumnya,” ujar dia.
Dia menjelaskan, “Seperti yang saya katakan sebelumnya, hanya masalah waktu sebelum orang-orang di Gaza mulai meninggal karena pengepungan dan kurangnya kebutuhan dasar, bukan hanya karena pemboman.”
Lazzarini menegaskan kembali tuntutannya untuk gencatan senjata kemanusiaan yang lebih lama di Jalur Gaza.
“Masyarakat butuh istirahat, mereka berhak mendapatkan ketenangan, mereka berhak tidur di malam hari tanpa merasa khawatir apakah mereka akan berhasil melewatinya,” ujar dia.
Dia menekankan, “Semakin lama perang ini berlangsung, semakin dalam polarisasi, kemarahan, frustrasi, dan semakin jauh prospek solusi politik.”
Israel dan Hamas menukar 24 warga Israel dan warga asing dengan 39 warga Palestina dari penjara Israel pada Jumat, pada hari pertama jeda kemanusiaan.
Berdasarkan perjanjian tersebut, para sandera akan dibebaskan secara bertahap selama empat hari.
Israel melancarkan kampanye militer besar-besaran terhadap Jalur Gaza setelah serangan lintas batas yang dilakukan Hamas bulan lalu.
Sejak itu, agresi brutal Israel telah menewaskan 14.854 warga Palestina, termasuk 6.150 anak-anak dan lebih dari 4.000 wanita, menurut otoritas kesehatan di Gaza.
Korban tewas resmi di Israel mencapai 1.200 orang.
Anadolu Agency melaporkan, pertempuran antara kelompok perlawanan Palestina, Hamas, dan Israel di Gaza terhenti pada Jumat berdasarkan kesepakatan jeda kemanusiaan selama empat hari.
“Musim dingin semakin dekat dan suhu di Gaza semakin dingin. Penyakit kulit dan diare meningkat secara eksponensial akibat kondisi tidak sehat yang diperparah oleh hujan,” ungkap Komisaris Jenderal UNRWA Philippe Lazzarini saat berkunjung ke daerah kantong tersebut.
“Di beberapa tempat, tingkat penyakit 45 kali lebih tinggi dibandingkan tahun-tahun sebelumnya,” ujar dia.
Dia menjelaskan, “Seperti yang saya katakan sebelumnya, hanya masalah waktu sebelum orang-orang di Gaza mulai meninggal karena pengepungan dan kurangnya kebutuhan dasar, bukan hanya karena pemboman.”
Lazzarini menegaskan kembali tuntutannya untuk gencatan senjata kemanusiaan yang lebih lama di Jalur Gaza.
“Masyarakat butuh istirahat, mereka berhak mendapatkan ketenangan, mereka berhak tidur di malam hari tanpa merasa khawatir apakah mereka akan berhasil melewatinya,” ujar dia.
Dia menekankan, “Semakin lama perang ini berlangsung, semakin dalam polarisasi, kemarahan, frustrasi, dan semakin jauh prospek solusi politik.”
Israel dan Hamas menukar 24 warga Israel dan warga asing dengan 39 warga Palestina dari penjara Israel pada Jumat, pada hari pertama jeda kemanusiaan.
Berdasarkan perjanjian tersebut, para sandera akan dibebaskan secara bertahap selama empat hari.
Israel melancarkan kampanye militer besar-besaran terhadap Jalur Gaza setelah serangan lintas batas yang dilakukan Hamas bulan lalu.
Sejak itu, agresi brutal Israel telah menewaskan 14.854 warga Palestina, termasuk 6.150 anak-anak dan lebih dari 4.000 wanita, menurut otoritas kesehatan di Gaza.
Korban tewas resmi di Israel mencapai 1.200 orang.
(sya)