Inggris Merasa Ditipu AS dalam Invasi Irak
A
A
A
LONDON - Mantan Perdana Menteri Inggris, Tony Blair, telah ditipu oleh koleganya mantan Presiden Amerika Serikat George Bush untuk mendukung perang Irak. Hal itu diungkapkan oleh mantan Menteri Keuangan Inggris di era Tony Blair, Gordon Brown.
Brown mengatakan bahwa AS gagal untuk memperlihatkan sebuah laporan yang menunjukkan tidak ada bukti bahwa Saddam Hussein memiliki akses ke senjata pemusnah massal.
Laporan rahasia tersebut juga secara fatal mengacaukan apa yang disebuy sebagai "berkas cerdik" Inggris yang mengklaim bahwa Irak dapat meluncurkan serangan biologis ke Inggris dalam waktu 45 menit.
"Kami semua disesatkan oleh keberadaan WMD (senjata pemusnah massal," tulis Brown di buku barunya, My Life, Our Times, yang diterbitkan pada hari Selasa.
"Mengingat Irak tidak memiliki senjata kimia, biologi atau nuklir yang dapat digunakan, yang bisa digunakan dan tidak akan menyerang koalisi, maka dua tes untuk sebuah perang tidak terpenuhi. Perang tidak bisa dibenarkan sebagai upaya terakhir dan invasi sekarang tidak dapat dilihat sebagai respon yang proporsional," jelas Brown seperti dikutip dari Telegraph, Minggu (5/11/2017).
Pemerintahan Bush menaruh keraguan tentang Brown. Pada bulan Agustus 2010 Sunday Telegraph mengungkapkan bahwa Tony Blair didesak oleh Washington untuk memperpanjang waktunya di kantor daripada menyerahkan kendali kepada Gordon Brown.
Banyak aktivis Buruh tidak senang dengan tidak hanya partisipasi Inggris dalam perang Irak, yang menghilangkan 33 nyawa tentara Inggris, tapi juga kedekatan Blair dengan Bush.
"Dalam bulan-bulan sebelum perang, saya tidak tahu bahwa pengambil keputusan utama di Amerika sudah menyadari bahwa bukti keberadaan WMD lemah, bahkan dapat diabaikan dan di bidang-bidang utama yang tidak ada," Brown telah menulis dalam bukunya yang baru.
"Sungguh mengherankan bahwa tak seorang pun dari kita di Pemerintah Inggris pernah melihat laporan Amerika ini," sambungnya.
"Seperti yang kemudian kami temukan, intelijen belum pasti diragukan bahwa Saddam terus menghasilkan senjata kimia dan biologi atau upaya pengembangan senjata nuklir berlanjut," tukasnya.
Investigasi selama tujuh tahun atas keterlibatan Inggris dalam Perang Irak menemukan Saddam Hussein tidak sedang dalam posisi segera memberikan ancaman saat AS dan Inggris menyerang.
Laporan Chilcot juga menyimpulkan bahwa laporan intelijen yang "cacat" telah memulai perang.
Brown mengatakan bahwa AS gagal untuk memperlihatkan sebuah laporan yang menunjukkan tidak ada bukti bahwa Saddam Hussein memiliki akses ke senjata pemusnah massal.
Laporan rahasia tersebut juga secara fatal mengacaukan apa yang disebuy sebagai "berkas cerdik" Inggris yang mengklaim bahwa Irak dapat meluncurkan serangan biologis ke Inggris dalam waktu 45 menit.
"Kami semua disesatkan oleh keberadaan WMD (senjata pemusnah massal," tulis Brown di buku barunya, My Life, Our Times, yang diterbitkan pada hari Selasa.
"Mengingat Irak tidak memiliki senjata kimia, biologi atau nuklir yang dapat digunakan, yang bisa digunakan dan tidak akan menyerang koalisi, maka dua tes untuk sebuah perang tidak terpenuhi. Perang tidak bisa dibenarkan sebagai upaya terakhir dan invasi sekarang tidak dapat dilihat sebagai respon yang proporsional," jelas Brown seperti dikutip dari Telegraph, Minggu (5/11/2017).
Pemerintahan Bush menaruh keraguan tentang Brown. Pada bulan Agustus 2010 Sunday Telegraph mengungkapkan bahwa Tony Blair didesak oleh Washington untuk memperpanjang waktunya di kantor daripada menyerahkan kendali kepada Gordon Brown.
Banyak aktivis Buruh tidak senang dengan tidak hanya partisipasi Inggris dalam perang Irak, yang menghilangkan 33 nyawa tentara Inggris, tapi juga kedekatan Blair dengan Bush.
"Dalam bulan-bulan sebelum perang, saya tidak tahu bahwa pengambil keputusan utama di Amerika sudah menyadari bahwa bukti keberadaan WMD lemah, bahkan dapat diabaikan dan di bidang-bidang utama yang tidak ada," Brown telah menulis dalam bukunya yang baru.
"Sungguh mengherankan bahwa tak seorang pun dari kita di Pemerintah Inggris pernah melihat laporan Amerika ini," sambungnya.
"Seperti yang kemudian kami temukan, intelijen belum pasti diragukan bahwa Saddam terus menghasilkan senjata kimia dan biologi atau upaya pengembangan senjata nuklir berlanjut," tukasnya.
Investigasi selama tujuh tahun atas keterlibatan Inggris dalam Perang Irak menemukan Saddam Hussein tidak sedang dalam posisi segera memberikan ancaman saat AS dan Inggris menyerang.
Laporan Chilcot juga menyimpulkan bahwa laporan intelijen yang "cacat" telah memulai perang.
(ian)