Perang 42 Hari, Israel Gagal Lacak 6 Petinggi Hamas Paling Diburu Termasuk Deif
loading...
A
A
A
GAZA - Perang Israel-Hamas di Gaza, Palestina, sudah memasuki hari ke-42 pada Kamis (16/11/2023). Lebih dari 11.000 warga Palestina di Gaza tewas dibombardir Israel, tapi enam petinggi Hamas yang paling diburu gagal dilacak.
Perdana Menteri Israel Benjamin bersumpah melenyapkan Hamas ketika mendeklarasikan perang bulan lalu.
Alih-alih mewujudkan sumpahnya, militer Zionis justru dikecam dunia internasional karena menyerbu Rumah Sakit al-Shifa, fasilitas medis terbesar Gaza—dengan dalih markas komando Hamas berada di bawah bangunan RS tersebut, tuduhan yang telah dibantah oleh Hamas.
6 Petinggi Hamas Paling Diburu tapi Tak Tersentuh Israel
Mohammed Deif adalah komandan sayap militer Hamas, Brigade Izz ad-Din al-Qassam. Dia telah memimpin operasi militer Hamas sejak 2002.
Dia bergabung dengan Hamas pada akhir 1980-an setelah menjabat sebagai ketua serikat mahasiswa Ikhwanul Muslimin dan telah menjadi target utama badan intelijen Israel selama lebih dari 30 tahun.
Dia berkali-kali lolos dari upaya pembunuhan oleh militer dan intelijen Israel, sehingga media-media lokal menjulukinya sebagai "kucing bernyawa sembilan".
Dia telah memimpin cabang politik Hamas sejak Mei 2017 dan tinggal antara Turki dan Qatar sejak dia secara sukarela mengasingkan diri pada Desember 2019.
Haniyeh memperoleh gelar dalam bidang sastra Arab sebelum bergabung dengan Hamas pada tahun 1988. Dia menghabiskan beberapa tahun di penjara Israel pada akhir tahun 1980-an dan awal tahun 1990-an, ketika pihak berwenang Israel menuduhnya menjalankan sayap keamanan kelompok tersebut.
Dia kembali ke Gaza pada tahun 1993 dan diangkat menjadi dekan Universitas Islam Gaza.
Setelah Israel membebaskan salah satu pendiri Hamas, Sheikh Ahmed Yassin, dari penjara pada tahun 1997, Haniyeh dipilih untuk mengepalai kantornya. Dia naik pangkat hingga akhirnya menjadi perdana menteri pemerintah persatuan Palestina pada tahun 2006.
Pada 2007, Haniyeh digulingkan oleh Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas setelah Hamas menguasai Jalur Gaza dengan paksa.
Dianggap sebagai seorang pragmatis, dia berulang kali menyerukan rekonsiliasi dengan Fatah, partai nasionalis Palestina saingannya yang mendukung Abbas, namun tidak membuahkan hasil.
Issa adalah tangan kanan Deif. Menurut media Israel, dia dianggap sebagai target utama NILI, unit khusus yang dibentuk oleh Shin Bet, dinas keamanan internal Israel, dan dinas intelijen Mossad untuk melacak anggota Hamas yang bertanggung jawab atas serangan 7 Oktober.
Issa adalah wakil panglima cabang militer Hamas. Seperti Deif, Issa telah lolos dari beberapa upaya pembunuhan, termasuk satu upaya pembunuhan pada tahun 2006, menurut harian Israel Yedioth Ahronoth.
Saat itu, dia sedang mengikuti pertemuan yang juga dihadiri Deif. Surat kabar itu juga mengatakan rumahnya telah dibom dua kali, pada tahun 2014 dan 2021.
Lahir pada tahun 1962 di kamp pengungsi Khan Younis di Gaza selatan, dia adalah salah satu pendiri Brigade al-Qassam serta Majd, sebuah dinas keamanan Hamas yang mengelola masalah keamanan internal untuk cabang militer kelompok tersebut.
Setelah ditangkap oleh otoritas Israel pada tahun 1988 atas tuduhan terlibat aksi teroris, Sinwar dijatuhi hukuman empat hukuman penjara seumur hidup.
Namun pada Oktober 2011, dia dibebaskan sebagai bagian dari kesepakatan pembebasan 1.000 tahanan Arab Palestina dan Israel sebagai imbalan atas pembebasan tentara Prancis-Israel; Gilad Shalit, yang ditahan oleh Hamas selama lima tahun.
Dia telah masuk dalam daftar hitam teroris internasional AS sejak 2015.
Dia juga dicurigai oleh Israel sebagai salah satu arsitek utama serangan 7 Oktober.
Saleh al-Arouri yang berusia 58 tahun adalah salah satu pemimpin politik utama kelompok tersebut. Dituduh oleh Israel dan AS mendanai dan mengawasi operasi militer Hamas di Tepi Barat yang diduduki Israel, tempat asalnya, Arouri telah masuk dalam daftar teroris AS sejak 2015.
Melalui Program Hadiah untuk Keadilan, Departemen Luar Negeri AS menawarkan hingga USD5 juta untuk “informasi yang mengarah pada identifikasi atau lokasi” orang nomor 2 Hamas tersebut.
Meshaal sudah lama tinggal pengasingan sebelum digantikan oleh Ismail Haniyeh. Dia telah menjadi tokoh penting kelompok Hamas selama beberapa dekade.
Sebagai penentang keras proses perdamaian dengan Israel, Meshaal meninggalkan kampung halamannya di Tepi Barat pada tahun 1967 menuju Kuwait dan bergabung dengan Ikhwanul Muslimin.
Dia berpartisipasi dalam pendirian Hamas dan menjabat sebagai pemimpin biro politiknya pada tahun 1996.
Setelah Kuwait, Meshaal pindah ke Yordania pada tahun 1990. Dia saat ini dilaporkan tinggal di Qatar.
Perdana Menteri Israel Benjamin bersumpah melenyapkan Hamas ketika mendeklarasikan perang bulan lalu.
Alih-alih mewujudkan sumpahnya, militer Zionis justru dikecam dunia internasional karena menyerbu Rumah Sakit al-Shifa, fasilitas medis terbesar Gaza—dengan dalih markas komando Hamas berada di bawah bangunan RS tersebut, tuduhan yang telah dibantah oleh Hamas.
6 Petinggi Hamas Paling Diburu tapi Tak Tersentuh Israel
1. Mohammed Deif
Deif dicap pemerintah Netanyahu sebagai musuh publik nomor 1 Israel. Dia dicurigai oleh Tel Aviv sebagai dalang serangan 7 Oktober yang menewaskan sekitar 1.200 orang Israel dan ratusan lainnya diculik.Mohammed Deif adalah komandan sayap militer Hamas, Brigade Izz ad-Din al-Qassam. Dia telah memimpin operasi militer Hamas sejak 2002.
Dia bergabung dengan Hamas pada akhir 1980-an setelah menjabat sebagai ketua serikat mahasiswa Ikhwanul Muslimin dan telah menjadi target utama badan intelijen Israel selama lebih dari 30 tahun.
Dia berkali-kali lolos dari upaya pembunuhan oleh militer dan intelijen Israel, sehingga media-media lokal menjulukinya sebagai "kucing bernyawa sembilan".
2. Ismail Haniyeh
Dia adalah pemimpin politik Hamas. Lahir di salah satu kamp pengungsi paling padat di Gaza pada tahun 1963 dan banyak diberitakan di media, Haniyeh menduduki puncak daftar orang paling dicari Israel selama bertahun-tahun.Dia telah memimpin cabang politik Hamas sejak Mei 2017 dan tinggal antara Turki dan Qatar sejak dia secara sukarela mengasingkan diri pada Desember 2019.
Haniyeh memperoleh gelar dalam bidang sastra Arab sebelum bergabung dengan Hamas pada tahun 1988. Dia menghabiskan beberapa tahun di penjara Israel pada akhir tahun 1980-an dan awal tahun 1990-an, ketika pihak berwenang Israel menuduhnya menjalankan sayap keamanan kelompok tersebut.
Dia kembali ke Gaza pada tahun 1993 dan diangkat menjadi dekan Universitas Islam Gaza.
Setelah Israel membebaskan salah satu pendiri Hamas, Sheikh Ahmed Yassin, dari penjara pada tahun 1997, Haniyeh dipilih untuk mengepalai kantornya. Dia naik pangkat hingga akhirnya menjadi perdana menteri pemerintah persatuan Palestina pada tahun 2006.
Pada 2007, Haniyeh digulingkan oleh Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas setelah Hamas menguasai Jalur Gaza dengan paksa.
Dianggap sebagai seorang pragmatis, dia berulang kali menyerukan rekonsiliasi dengan Fatah, partai nasionalis Palestina saingannya yang mendukung Abbas, namun tidak membuahkan hasil.
3. Marwan Issa
Petinggi Hamas berusia 58 tahun ini dijuluki sebagai “manusia bayangan”.Issa adalah tangan kanan Deif. Menurut media Israel, dia dianggap sebagai target utama NILI, unit khusus yang dibentuk oleh Shin Bet, dinas keamanan internal Israel, dan dinas intelijen Mossad untuk melacak anggota Hamas yang bertanggung jawab atas serangan 7 Oktober.
Issa adalah wakil panglima cabang militer Hamas. Seperti Deif, Issa telah lolos dari beberapa upaya pembunuhan, termasuk satu upaya pembunuhan pada tahun 2006, menurut harian Israel Yedioth Ahronoth.
Saat itu, dia sedang mengikuti pertemuan yang juga dihadiri Deif. Surat kabar itu juga mengatakan rumahnya telah dibom dua kali, pada tahun 2014 dan 2021.
4. Yahya Sinwar
Dia adalah pemimpin operasional Hamas di Jalur Gaza. Terpilih pada bulan Februari 2017 sebagai pemimpin Jalur Gaza, posisi yang sebelumnya dipegang oleh Haniyeh, Yahya Sinwar adalah tokoh politik penting.Lahir pada tahun 1962 di kamp pengungsi Khan Younis di Gaza selatan, dia adalah salah satu pendiri Brigade al-Qassam serta Majd, sebuah dinas keamanan Hamas yang mengelola masalah keamanan internal untuk cabang militer kelompok tersebut.
Setelah ditangkap oleh otoritas Israel pada tahun 1988 atas tuduhan terlibat aksi teroris, Sinwar dijatuhi hukuman empat hukuman penjara seumur hidup.
Namun pada Oktober 2011, dia dibebaskan sebagai bagian dari kesepakatan pembebasan 1.000 tahanan Arab Palestina dan Israel sebagai imbalan atas pembebasan tentara Prancis-Israel; Gilad Shalit, yang ditahan oleh Hamas selama lima tahun.
Dia telah masuk dalam daftar hitam teroris internasional AS sejak 2015.
Dia juga dicurigai oleh Israel sebagai salah satu arsitek utama serangan 7 Oktober.
5. Saleh al-Arouri
Dia merupajan orang nomor 2 Hamas karena menjadi wakil ketua biro politik Hamas sejak 2017.Saleh al-Arouri yang berusia 58 tahun adalah salah satu pemimpin politik utama kelompok tersebut. Dituduh oleh Israel dan AS mendanai dan mengawasi operasi militer Hamas di Tepi Barat yang diduduki Israel, tempat asalnya, Arouri telah masuk dalam daftar teroris AS sejak 2015.
Melalui Program Hadiah untuk Keadilan, Departemen Luar Negeri AS menawarkan hingga USD5 juta untuk “informasi yang mengarah pada identifikasi atau lokasi” orang nomor 2 Hamas tersebut.
6. Khaled Meshaal
Dia sebenarnya berstatus mantan pemimpin Hamas, namun masih memiliki pengaruh kuat di organisasi perlawanan Palestina tersebut.Meshaal sudah lama tinggal pengasingan sebelum digantikan oleh Ismail Haniyeh. Dia telah menjadi tokoh penting kelompok Hamas selama beberapa dekade.
Sebagai penentang keras proses perdamaian dengan Israel, Meshaal meninggalkan kampung halamannya di Tepi Barat pada tahun 1967 menuju Kuwait dan bergabung dengan Ikhwanul Muslimin.
Dia berpartisipasi dalam pendirian Hamas dan menjabat sebagai pemimpin biro politiknya pada tahun 1996.
Setelah Kuwait, Meshaal pindah ke Yordania pada tahun 1990. Dia saat ini dilaporkan tinggal di Qatar.
(mas)