Israel Bom Gaza Tanpa Pandang Bulu, Negara Amerika Tengah Tangguhkan Hubungan Diplomatik
loading...
A
A
A
BELMOPAN - Negara Amerika Tengah, Belize, menjadi negara terbaru yang mengambil sikap diplomatik terhadap Israel atas apa yang disebutnya sebagai pemboman tanpa bulu di Jalur Gaza . Negara itu memutuskan untuk menangguhkan hubungan diplomatiknya dengan Israel.
Pemerintah Belize pada hari Selasa mengumumkan bahwa mereka menarik duta besarnya dan mencabut permintaan akreditasi konsul kehormatannya di Tel Aviv.
Belmopan mengeluarkan pernyataan yang mengecam serangan “tanpa henti” militer Israel terhadap wilayah kantong Palestina yang terkepung dan memblokir bantuan.
“Pemerintah Belize telah berulang kali mengutuk tindakan (militer Israel) di Gaza," bunyi pernyataan pemerintah Belize.
“Kami telah meminta Israel untuk segera menerapkan gencatan senjata dan mengizinkan akses tanpa hambatan terhadap pasokan kemanusiaan ke Gaza," sambung pernyataan itu.
“Meskipun ada permintaan kami, Israel belum menghentikan pelanggarannya terhadap hukum kemanusiaan internasional atau mengizinkan pekerja bantuan untuk meringankan penderitaan jutaan orang,” lanjut pernyataan itu sepeti dikutip dari Al Jazeera, Kamis (16/11/2023).
Keputusan Belize mengikuti langkah serupa yang dilakukan beberapa negara bagian Amerika Latin lainnya. Bolivia memutuskan hubungan dengan Israel pada 1 November, sementara Kolombia, Chile dan Honduras telah menarik duta besar mereka.
Perpecahan juga semakin mendalam antara Tel Aviv dan beberapa negara Timur Tengah dan Afrika. Turki, Bahrain, Yordania, Chad, dan Afrika Selatan semuanya telah menarik diplomat utama mereka sejak perang pecah.
Israel mengatakan serangan mendadak yang dilakukan kelompok Palestina Hamas pada tanggal 7 Oktober menewaskan sekitar 1.200 warga Israel, sebagian besar warga sipil, dan menyandera 240 orang.
Sejak itu, Israel melancarkan pemboman dan invasi darat yang menghancurkan ke Jalur Gaza, tempat Hamas berkuasa. Menurut para pejabat kesehatan di Gaza, serangan itu menewaskan sedikitnya 11.320 orang, termasuk ribuan anak-anak.
Para pekerja bantuan mengatakan perang yang berlangsung selama 40 hari ini telah menyebabkan 1,5 juta warga Palestina mengungsi, menghancurkan sebagian besar infrastruktur di wilayah tersebut dan memicu krisis kemanusiaan yang parah.
Pemerintah Belize pada hari Selasa mengumumkan bahwa mereka menarik duta besarnya dan mencabut permintaan akreditasi konsul kehormatannya di Tel Aviv.
Belmopan mengeluarkan pernyataan yang mengecam serangan “tanpa henti” militer Israel terhadap wilayah kantong Palestina yang terkepung dan memblokir bantuan.
“Pemerintah Belize telah berulang kali mengutuk tindakan (militer Israel) di Gaza," bunyi pernyataan pemerintah Belize.
“Kami telah meminta Israel untuk segera menerapkan gencatan senjata dan mengizinkan akses tanpa hambatan terhadap pasokan kemanusiaan ke Gaza," sambung pernyataan itu.
“Meskipun ada permintaan kami, Israel belum menghentikan pelanggarannya terhadap hukum kemanusiaan internasional atau mengizinkan pekerja bantuan untuk meringankan penderitaan jutaan orang,” lanjut pernyataan itu sepeti dikutip dari Al Jazeera, Kamis (16/11/2023).
Keputusan Belize mengikuti langkah serupa yang dilakukan beberapa negara bagian Amerika Latin lainnya. Bolivia memutuskan hubungan dengan Israel pada 1 November, sementara Kolombia, Chile dan Honduras telah menarik duta besar mereka.
Perpecahan juga semakin mendalam antara Tel Aviv dan beberapa negara Timur Tengah dan Afrika. Turki, Bahrain, Yordania, Chad, dan Afrika Selatan semuanya telah menarik diplomat utama mereka sejak perang pecah.
Israel mengatakan serangan mendadak yang dilakukan kelompok Palestina Hamas pada tanggal 7 Oktober menewaskan sekitar 1.200 warga Israel, sebagian besar warga sipil, dan menyandera 240 orang.
Sejak itu, Israel melancarkan pemboman dan invasi darat yang menghancurkan ke Jalur Gaza, tempat Hamas berkuasa. Menurut para pejabat kesehatan di Gaza, serangan itu menewaskan sedikitnya 11.320 orang, termasuk ribuan anak-anak.
Para pekerja bantuan mengatakan perang yang berlangsung selama 40 hari ini telah menyebabkan 1,5 juta warga Palestina mengungsi, menghancurkan sebagian besar infrastruktur di wilayah tersebut dan memicu krisis kemanusiaan yang parah.
(ian)