Rumah Sakit di Jalur Gaza, dari Dikepung Tank Hingga Dihujani Bom

Sabtu, 11 November 2023 - 08:23 WIB
loading...
Rumah Sakit di Jalur...
Pemandangan sekitar Rumah Sakit Baptis Al-Ahli pasca serangan rudal Israel pada 18 Oktober 2023. Foto/CNN
A A A
JALUR GAZA - Pesawat tempur Israel berputar-putar sementara tank mereka mengepung sekitar rumah sakit di Jalur Gaza ketika fasilitas kesehatan semakin sering jadi sasaran serangan.

Serangan terhadap kompleks rumah sakit tidak hanya berdampak pada ribuan pasien tetapi juga sekitar 122.000 pengungsi Palestina yang berlindung di fasilitas tersebut selama pemboman yang tak henti-hentinya dilakukan oleh Israel.

Pada hari Jumat, ancaman terhadap banyak rumah sakit di Gaza semakin meningkat.

Berikut kondisi rumah sakit di Jalur Gaza yang menjadi sasaran serangan Israel seperti dikutip dari Al Jazeera, Sabtu (11/10/2023).

Rumah Sakit Mana yang Dikepung Tank?


Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan tank-tank Israel pada hari Jumat mengepung empat rumah sakit dari segala arah. Rumah sakit itu adalah Rumah Sakit al-Rantisi, Rumah Sakit al-Nasr, dan rumah sakit mata dan kesehatan jiwa.

Sekitar 1.000 orang mencari perlindungan di al-Rantisi, satu-satunya rumah sakit di Gaza yang khusus merawat anak-anak penderita kanker. Israel baru-baru ini menyerang kendaraan di luar al-Rantisi, yang terletak di utara Gaza.

Sebuah video yang muncul di media sosial, tampaknya diambil oleh orang-orang di dalam rumah sakit, menunjukkan mereka tidak yakin apakah harus mengungsi mengingat orang-orang yang melarikan diri dari zona bahaya dibom.

“Israel mengabaikan komunitas internasional dan terus melakukan kejahatan terhadap rumah sakit, pusat kesehatan dan tempat penampungan di seluruh Jalur Gaza,” kata Menteri Kesehatan Palestina Mai al-Kaila dalam sebuah pernyataan yang dikutip oleh kantor berita Wafa.

Rumah Sakit al-Shifa, Jadi Sasaran Pemboman


Kompleks Rumah Sakit al-Shifa, fasilitas medis terbesar di Jalur Gaza, dihantam oleh rudal Israel semalam, dan serangan tersebut bukan hanya terjadi sekali saja.

Juru bicara Kementerian Kesehatan Gaza Ashraf al-Qudra mengatakan pada hari Jumat bahwa Israel telah mengebom gedung Rumah Sakit al-Shifa sebanyak lima kali sejak Kamis malam.

Rumah sakit tersebut berulang kali menjadi target Israel selama sebulan terakhir. Juru bicara Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Margaret Harris memperingatkan bahwa rumah sakit tersebut “sedang dibombardir”.

“Anda dapat mendengar banyak suara tembakan, dan kemudian Anda tahu bahwa tank-tank tersebut semakin dekat dengan Rumah Sakit al-Shifa,” Dr Ahmed Mokhallalati, seorang ahli bedah al-Shifa, mengatakan kepada Al Jazeera.

Mahasiswa kedokteran Ezudine Lulu melalui Instagram dan memperingatkan dalam sebuah video pada Jumat sore: “Ada kemungkinan seluruh rumah sakit akan dibom dalam beberapa jam.”

Al-Shifa adalah kompleks rumah sakit terluas di Jalur Gaza. Meskipun al-Shifa memiliki kapasitas untuk 700 pasien, menurut Doctors Without Borders (Medecins Sans Frontieres, atau MSF) saat ini fasilitas kesehatan itu merawat sekitar 5.000 pasien.

Israel menuduh Hamas menggunakan al-Shifa untuk tujuan militer. Hamas menolak klaim tersebut, dan mengatakan bahwa al-Shifa menampung lebih dari 40.000 pengungsi di Gaza.

Selama seminggu terakhir, al-Shifa telah diserang beberapa kali dengan rudal Israel mengenai ambulans dan panel surya di fasilitas tersebut karena pengepungan Israel menyebabkan kekurangan bahan bakar.

Dampak Serangan Israel Terhadap Fungsi Rumah Sakit


Beberapa departemen rumah sakit telah menjadi sasaran Israel, sehingga mengganggu fungsi rumah sakit dan merusak bangunan serta peralatan.

Menurut al-Qudra, Israel menyerang bagian bersalin dan klinik rawat jalan di al-Shifa minggu ini.

Gaza berada di bawah blokade total oleh Israel. Al-Shifa tidak mendapat pasokan obat-obatan dan bahan bakar yang sangat dibutuhkannya. Kekurangan bahan bakar mengancam fungsi generator, yang menjalankan peralatan vital seperti ventilator dan mesin dialisis.

Masuknya pasien yang terluka yang belum pernah terjadi sebelumnya ditambah dengan persediaan medis yang cepat habis membuat para ahli bedah tidak punya pilihan selain mengoperasi pasien di lantai dan tanpa anestesi atau pereda nyeri.

“Ini menyakitkan bagi tim medis. Ini tidak sederhana. Entah pasiennya menderita kesakitan atau kehilangan nyawanya,” kata Mohammad Abu Salmiya, direktur jenderal Rumah Sakit al-Shifa.

Baik al-Rantisi dan al-Shifa terletak di utara Gaza. Juru bicara kantor kemanusiaan PBB Jens Laerke mengatakan bantuan yang masuk ke Gaza melalui penyeberangan Rafah dengan Mesir tidak dapat masuk ke Gaza utara. Dia mendesak Israel untuk membuka kembali penyeberangan Karem Abu Salem, yang dikenal dalam bahasa Ibrani sebagai penyeberangan Kerem Shalom, yang terletak di persimpangan perbatasan Gaza dengan Mesir dan Israel, untuk memungkinkan lebih banyak bantuan masuk.

Apa yang Terjadi Sejauh Ini?


Kementerian Kesehatan di Gaza mengatakan 21 dari 35 rumah sakit dengan fasilitas rawat inap di Gaza telah berhenti berfungsi karena kerusakan akibat penembakan dan serangan udara atau karena kekurangan bahan bakar.

Serangan Israel menargetkan Rumah Sakit Nasser di Khan Younis dan Rumah Sakit Al-Quds serta dua pusat Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina di Jabalia dan Kota Gaza, menurut laporan Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB. Kementerian Kesehatan Gaza juga menjadi sasaran.

Pada tanggal 18 Oktober, hampir 500 orang tewas dalam serangan udara di Rumah Sakit Arab Al-Ahli di Jalur Gaza yang terkepung.

Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan ledakan itu disebabkan oleh serangan udara Israel. Israel mengaitkan ledakan tersebut dengan roket yang salah sasaran yang diluncurkan oleh kelompok bersenjata Jihad Islam Palestina.

Aturan Hukum InternasionalSoal Rumah Sakit


Hukum humaniter internasional berdasarkan Konvensi Jenewa 1949 menganggap rumah sakit sebagai objek sipil yang harus mendapat perlindungan.

Namun, Protokol Tambahan pada konvensi tahun 1977 menguraikan beberapa pengecualian terhadap hal ini. Pasal 13 menyatakan bahwa satuan kesehatan akan kehilangan perlindungan khusus jika digunakan untuk melakukan, di luar fungsi kemanusiaannya, tindakan yang membahayakan musuh. Dalam kasus seperti ini, peringatan dan batas waktu yang wajar harus diberikan sebelum serangan terjadi.
(ian)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1155 seconds (0.1#10.140)