China Unggul di Tenaga Surya, Namun Penggunaan Batu Baranya Picu Kekhawatiran

Kamis, 09 November 2023 - 08:48 WIB
loading...
A A A
Kesediaan mereka untuk mengurangi emisi pada dasarnya akan menentukan apakah planet ini akan terus mengalami pemanasan berbahaya, yang menyebabkan hilangnya terumbu karang, musim panas di Arktika, dan perpindahan penduduk secara luas akibat badai, banjir, dan kebakaran hutan yang semakin intensif.

Namun, lebih dari sebelumnya, keputusan yang diambil di Beijing bisa lebih besar daripada keputusan yang diambil di Washington atau negara-negara Eropa.

"Emisi tahunan China sangat besar sehingga menguranginya kini menjadi kunci untuk mencegah lonjakan suhu global dan bencana iklim," kata Paul Bledsoe, mantan pejabat iklim di era pemerintahan eks presiden AS Bill Clinton.

Turbin Angin dan Panel Surya


Di provinsi Shandong, pusat industri berat di semenanjung antara Beijing dan Shanghai, keputusan energi China terlihat jelas. Panel surya yang diselingi turbin angin raksasa membentang hingga ke pantai utara provinsi tersebut.

Lebih banyak turbin angin dan panel surya menghiasi lereng bukit dan ladang jagung di pedalaman. Di atap rumah dan terkadang di dinding menara apartemen yang menghadap ke selatan, instalasi panel surya menyerap energi matahari.

Produsen tenaga surya di Shandong menghasilkan begitu banyak listrik di siang hari, melebihi permintaan, sehingga mereka terkadang harus membayar jaringan transmisi provinsi untuk menerimanya. Mereka melakukannya untuk terus mengumpulkan subsidi pemerintah berdasarkan berapa kilowatt per jam yang mereka produksi.

Dalam beberapa hal, China telah mencapai kemajuan lebih jauh dalam mengatasi perubahan iklim dibandingkan perkiraan siapa pun beberapa tahun lalu. Xi Jinping mengumumkan pada Desember 2020 bahwa China berencana meningkatkan kapasitas pembangkit listrik tenaga angin dan surya hingga tiga kali lipat pada 2030.

China berada pada jalur yang tepat untuk mencapai target tersebut akhir tahun depan, kata Frank Haugwitz, seorang konsultan industri tenaga surya yang berspesialisasi dalam data China. Para pejabat China bisa saja mengumumkan ambisi energi terbarukan yang lebih besar ketika mereka sudah mendekati target yang ditetapkan.

Namun, para pejabat AS lebih peduli dengan pengembangan batu bara di China, dan kemungkinan besar tidak akan memuji janji-janji baru mengenai energi ramah lingkungan yang tidak dibarengi langkah-langkah agresif untuk mengekang emisi karbon dioksida.

Karena besarnya China, tenaga surya dan angin di sana mungkin tidak cukup untuk mengatasi perubahan iklim jika negara tersebut tidak beralih dari batu bara, kata para pakar iklim.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1190 seconds (0.1#10.140)