Petinggi Hamas: Saya Tantang Israel Catat Pencapaian Militer Lapangan Selain Bunuh Warga Sipil
loading...
A
A
A
GAZA - Pejabat senior Hamas Ghazi Hamad meledek kemampuan militer Israel setelahperang besar berlangsung satu bulan di Gaza, Palestina.
“Saya menantang (Israel) apakah hingga saat ini mereka mampu mencatat pencapaian militer apa pun di lapangan selain membunuh warga sipil,” kata Hamad kepada stasiun televisi Al Jazeera,Rabu (8/11/2023).
“Gaza tidak bisa dipecahkan dan akan tetap menjadi duri di tenggorokan Amerika dan Zionis,” katanya lagi merujuk pada Amerika Serikat dan Israel.
Perang besar di Gaza pecah setelah Hamas meluncurkan serangan mengejutkan pada 7 Oktober, yang diberi nama Operasi Badai al-Aqsa, menewaskan lebih dari 1.400 orang dan ratusan lainnya diculik.
Sejak itu pengeboman oleh Israel nyaris tanpa henti di Gaza telah menewaskan lebih dari 10.000 warga Palestina, sekitar 40 persen di antaranya adalah anak-anak, menurut penghitungan pejabat kesehatan di Gaza yang dikuasai Hamas.
Israel kemudian meluncurkan invasi darat dengan bersumpah menumpas Hamas. Belasan tentara Israel tewas dalam operasi darat, menambah total prajurit Zionis yang terbunuh sejak 7 Oktober menjadi lebih dari 300 orang.
Komentar petinggi Hamas itu muncul ketika Israel mengatakan pasukannya telah maju ke jantung kota Gaza yang padat penduduknya. Sedangkan Hamas mengatakan para pejuangnya telah menimbulkan kerugian besar pada pasukan penyerang.
Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant mengatakan, “Israel memiliki satu target–teroris Hamas di Gaza, infrastruktur mereka, komandan mereka, bunker, ruang komunikasi.”
Kepala juru bicara militer Israel Laksamana Muda Daniel Hagari mengatakan bahwa korps teknik tempur Israel menggunakan alat peledak untuk menghancurkan jaringan terowongan yang dibangun oleh Hamas yang membentang ratusan kilometer di bawah Gaza.
Sebaliknya, sumber-sumber di Hamas dan kelompok militan Jihad Islam Palestina yang terpisah, mengatakan tank-tank Israel menghadapi perlawanan sengit dari pejuang Hamas yang menggunakan jaringan terowongan untuk melancarkan penyergapan.
Tidak mungkin untuk memverifikasi klaim medan perang dari kedua belah pihak.
Israel telah menyuarakan ketakutannya bahwa operasi militer dapat semakin membahayakan para sandera, yang diyakini ditahan di terowongan. Israel mengatakan mereka tidak akan menyetujui gencatan senjata sampai para sandera dibebaskan. Hamas juga bersikeras tidak akan berhenti berperang saat Gaza diserang.
Washington mendukung posisi Israel bahwa gencatan senjata akan membantu Hamas secara militer. Namun Presiden AS Joe Biden mengatakan pada hari Selasa bahwa dia telah mendesak Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk menghentikan sementara pertempuran.
Israel sejauh ini masih belum jelas mengenai rencana jangka panjangnya jika mereka mencapai tujuan yang dinyatakan untuk mengalahkan Hamas. Dalam beberapa komentar langsung pertama mengenai masalah ini, Netanyahu mengatakan Israel akan berusaha untuk memikul tanggung jawab keamanan di Gaza “untuk jangka waktu yang tidak terbatas” setelah perang.
Namun para pejabat mengatakan Israel tidak tertarik untuk mengatur daerah kantong Palestina tersebut. Gallant mengatakan bahwa setelah perang selesai, baik Israel maupun Hamas tidak akan memerintah Gaza.
Sementara itu, sayap militer Hamas; Brigade Izz ad-Din al-Qassam, mengatakan pada Selasa malam bahwa mereka menembakkan rudal ke Tel Aviv, dan sirene roket terdengar di beberap kota Israel.
Warga Israel di Tel Aviv memperingati satu bulan sejak serangan Hamas dengan menyalakan lilin di sekitar foto para sandera di Habima Square. Ada yang menangis, ada pula yang bernyanyi atau berdoa.
“Saya datang untuk melihat wajah para sandera, untuk merasa menjadi bagian darinya. Saya ingin berada di sisi keluarga yang orang-orang terkasihnya berada di Gaza,” kata Valeria Nesterov (24), seorang penata rias di Tel Aviv.
Lihat Juga: Erdogan Sebut Penangkapan PM Nentanyahu Akan Pulihkan Kepercayaan kepada Sistem Internasional
“Saya menantang (Israel) apakah hingga saat ini mereka mampu mencatat pencapaian militer apa pun di lapangan selain membunuh warga sipil,” kata Hamad kepada stasiun televisi Al Jazeera,Rabu (8/11/2023).
“Gaza tidak bisa dipecahkan dan akan tetap menjadi duri di tenggorokan Amerika dan Zionis,” katanya lagi merujuk pada Amerika Serikat dan Israel.
Perang besar di Gaza pecah setelah Hamas meluncurkan serangan mengejutkan pada 7 Oktober, yang diberi nama Operasi Badai al-Aqsa, menewaskan lebih dari 1.400 orang dan ratusan lainnya diculik.
Sejak itu pengeboman oleh Israel nyaris tanpa henti di Gaza telah menewaskan lebih dari 10.000 warga Palestina, sekitar 40 persen di antaranya adalah anak-anak, menurut penghitungan pejabat kesehatan di Gaza yang dikuasai Hamas.
Israel kemudian meluncurkan invasi darat dengan bersumpah menumpas Hamas. Belasan tentara Israel tewas dalam operasi darat, menambah total prajurit Zionis yang terbunuh sejak 7 Oktober menjadi lebih dari 300 orang.
Komentar petinggi Hamas itu muncul ketika Israel mengatakan pasukannya telah maju ke jantung kota Gaza yang padat penduduknya. Sedangkan Hamas mengatakan para pejuangnya telah menimbulkan kerugian besar pada pasukan penyerang.
Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant mengatakan, “Israel memiliki satu target–teroris Hamas di Gaza, infrastruktur mereka, komandan mereka, bunker, ruang komunikasi.”
Kepala juru bicara militer Israel Laksamana Muda Daniel Hagari mengatakan bahwa korps teknik tempur Israel menggunakan alat peledak untuk menghancurkan jaringan terowongan yang dibangun oleh Hamas yang membentang ratusan kilometer di bawah Gaza.
Sebaliknya, sumber-sumber di Hamas dan kelompok militan Jihad Islam Palestina yang terpisah, mengatakan tank-tank Israel menghadapi perlawanan sengit dari pejuang Hamas yang menggunakan jaringan terowongan untuk melancarkan penyergapan.
Tidak mungkin untuk memverifikasi klaim medan perang dari kedua belah pihak.
Israel telah menyuarakan ketakutannya bahwa operasi militer dapat semakin membahayakan para sandera, yang diyakini ditahan di terowongan. Israel mengatakan mereka tidak akan menyetujui gencatan senjata sampai para sandera dibebaskan. Hamas juga bersikeras tidak akan berhenti berperang saat Gaza diserang.
Washington mendukung posisi Israel bahwa gencatan senjata akan membantu Hamas secara militer. Namun Presiden AS Joe Biden mengatakan pada hari Selasa bahwa dia telah mendesak Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk menghentikan sementara pertempuran.
Israel sejauh ini masih belum jelas mengenai rencana jangka panjangnya jika mereka mencapai tujuan yang dinyatakan untuk mengalahkan Hamas. Dalam beberapa komentar langsung pertama mengenai masalah ini, Netanyahu mengatakan Israel akan berusaha untuk memikul tanggung jawab keamanan di Gaza “untuk jangka waktu yang tidak terbatas” setelah perang.
Namun para pejabat mengatakan Israel tidak tertarik untuk mengatur daerah kantong Palestina tersebut. Gallant mengatakan bahwa setelah perang selesai, baik Israel maupun Hamas tidak akan memerintah Gaza.
Sementara itu, sayap militer Hamas; Brigade Izz ad-Din al-Qassam, mengatakan pada Selasa malam bahwa mereka menembakkan rudal ke Tel Aviv, dan sirene roket terdengar di beberap kota Israel.
Warga Israel di Tel Aviv memperingati satu bulan sejak serangan Hamas dengan menyalakan lilin di sekitar foto para sandera di Habima Square. Ada yang menangis, ada pula yang bernyanyi atau berdoa.
“Saya datang untuk melihat wajah para sandera, untuk merasa menjadi bagian darinya. Saya ingin berada di sisi keluarga yang orang-orang terkasihnya berada di Gaza,” kata Valeria Nesterov (24), seorang penata rias di Tel Aviv.
Lihat Juga: Erdogan Sebut Penangkapan PM Nentanyahu Akan Pulihkan Kepercayaan kepada Sistem Internasional
(mas)