Perbedaan Two State Solution dan Three State Solution, Dua Solusi Damaikan Israel dan Palestina
loading...
A
A
A
GAZA - Two State Solution dan Three State Solution merupakan dua solusi yang dicanangkan PBB dalam rangka menciptakan perdamaian di Timur Tengah, lebih spesifiknya perdamaian antara Israel dan Palestina.
Israel dan Palestina memang telah dikenal akan konflik yang tak kunjung usai. Sebab setiap kali ada perjanjian untuk solusi perdamaian, akan selalu ditentang oleh kedua belah pihak karena dianggap berat sebelah.
Bangsa Arab menilai jika Two State Solution dan Three State Solution adalah solusi buatan AS yang memberatkan Palestina dan selalu mendukung Israel.
Sehingga, kedua solusi tersebut dinilai tidak akan bisa mengembalikan kedamaian di dua wilayah yang selalu berkonflik itu meskipun sudah terealisasi.
Sebelum membahas tentang perdamaian Two State Solution dan Three State Solution, alangkah baiknya untuk memahami kedua solusi yang dicanangkan PBB tersebut.
Dilansir dari Britannica, pada tahun 1993 pemerintah Israel dan Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) menyepakati rencana penerapan solusi dua negara sebagai bagian dari Perjanjian Oslo, yang mengarah pada pembentukan Otoritas Palestina (PA).
Solusi dua negara, mengusulkan kerangka penyelesaian konflik Israel-Palestina dengan mendirikan dua negara untuk dua bangsa, yakni Israel untuk bangsa Yahudi dan Palestina untuk rakyat Palestina.
Palestina akan mendapatkan otonomi dan mengendalikan wilayah yang mencakup Tepi Barat (West Bank) dan Jalur Gaza, dengan Ibu Kota di Yerusalem Timur. Sementara Israel akan menguasai sisanya.
Namun solusi tersebut berujung dengan kegagalan setelah pada tahun 2009 mulai muncul kekecewaan besar dari sisi Palestina. Di mana dalam jajak pendapat disebutkan jika sebesar 60% masyarakat Palestina menginginkan seluruh wilayah kekuasaan Israel.
Dalam sebuah jajak pendapat yang diterbitkan pada tahun 2021 oleh Pusat Penelitian Kebijakan dan Survei Palestina mengungkapkan bahwa hanya 39% warga Palestina yang mendukung solusi dua negara.
Rupanya tidak hanya Palestina yang menyatakan ketidaksetujuan, sebab menurut laporan yang diterbitkan pada tahun 2021 oleh RAND Corporation menemukan bahwa 60% warga Israel di seluruh spektrum politik menentang solusi dua negara.
Setelah gagalnya solusi dua negara atau Two State Solution, mulai muncul solusi baru yang menyangkut tiga negara, yakni Israel, Palestina, dan Yordania di sekitar tahun 2008-2009.
Dalam solusi ini konsepnya adalah memecah Tepi Barat menjadi dua wilayah terpisah, yang dikelola oleh Palestina dan Yordania. Sedangkan Israel tetap pada wilayah kekuasaan sebelumnya dan Gaza juga masih dibawah kendali Palestina.
Menurut Tablet Magazine, gagasan tersebut mungkin dinilai semakin gila karena menyudutkan Palestina.
Namun dengan lancarnya Israel menjalin hubungan resmi dengan sebagian besar negara-negara Arab, membuat beberapa negara sudah mulai enggan untuk berkomentar.
Sementara Palestina yang ingin mewujudkan mimpinya untuk merebut seluruh wilayah Israel mulai terlihat mustahil, mengingat solusi yang baru ini justru semakin menyudutkannya.
Perbedaan antara Two State Solution dan Three State Solution paling mencolok terlihat dari negara yang ikut serta, dimana Yordania sebagai negara tetangga Palestina mulai dimasukkan dalam wilayah yang diperebutkan Israel dan Palestina.
Selain itu, perbedaan juga terletak dari wilayah kekuasaan. Dalam solusi dua negara Palestina punya kuasa penuh terhadap Gaza dan Tepi Barat.
Namun dalam solusi tiga negara, Yordania ikut serta dalam menguasai Tepi Barat. Sedangkan dari pihak Israel sendiri tidak ada perubahan yang berarti dalam dua solusi tersebut.
Lihat Juga: 6 Kendala ICC Tak Mampu Menangkap PM Benjamin Netanyahu, Salah Satunya Arab dan Mesir Juga Tak Berkutik
Israel dan Palestina memang telah dikenal akan konflik yang tak kunjung usai. Sebab setiap kali ada perjanjian untuk solusi perdamaian, akan selalu ditentang oleh kedua belah pihak karena dianggap berat sebelah.
Bangsa Arab menilai jika Two State Solution dan Three State Solution adalah solusi buatan AS yang memberatkan Palestina dan selalu mendukung Israel.
Sehingga, kedua solusi tersebut dinilai tidak akan bisa mengembalikan kedamaian di dua wilayah yang selalu berkonflik itu meskipun sudah terealisasi.
Sebelum membahas tentang perdamaian Two State Solution dan Three State Solution, alangkah baiknya untuk memahami kedua solusi yang dicanangkan PBB tersebut.
Two State Solution
Dilansir dari Britannica, pada tahun 1993 pemerintah Israel dan Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) menyepakati rencana penerapan solusi dua negara sebagai bagian dari Perjanjian Oslo, yang mengarah pada pembentukan Otoritas Palestina (PA).
Solusi dua negara, mengusulkan kerangka penyelesaian konflik Israel-Palestina dengan mendirikan dua negara untuk dua bangsa, yakni Israel untuk bangsa Yahudi dan Palestina untuk rakyat Palestina.
Palestina akan mendapatkan otonomi dan mengendalikan wilayah yang mencakup Tepi Barat (West Bank) dan Jalur Gaza, dengan Ibu Kota di Yerusalem Timur. Sementara Israel akan menguasai sisanya.
Namun solusi tersebut berujung dengan kegagalan setelah pada tahun 2009 mulai muncul kekecewaan besar dari sisi Palestina. Di mana dalam jajak pendapat disebutkan jika sebesar 60% masyarakat Palestina menginginkan seluruh wilayah kekuasaan Israel.
Dalam sebuah jajak pendapat yang diterbitkan pada tahun 2021 oleh Pusat Penelitian Kebijakan dan Survei Palestina mengungkapkan bahwa hanya 39% warga Palestina yang mendukung solusi dua negara.
Rupanya tidak hanya Palestina yang menyatakan ketidaksetujuan, sebab menurut laporan yang diterbitkan pada tahun 2021 oleh RAND Corporation menemukan bahwa 60% warga Israel di seluruh spektrum politik menentang solusi dua negara.
Three State Solution
Setelah gagalnya solusi dua negara atau Two State Solution, mulai muncul solusi baru yang menyangkut tiga negara, yakni Israel, Palestina, dan Yordania di sekitar tahun 2008-2009.
Dalam solusi ini konsepnya adalah memecah Tepi Barat menjadi dua wilayah terpisah, yang dikelola oleh Palestina dan Yordania. Sedangkan Israel tetap pada wilayah kekuasaan sebelumnya dan Gaza juga masih dibawah kendali Palestina.
Menurut Tablet Magazine, gagasan tersebut mungkin dinilai semakin gila karena menyudutkan Palestina.
Namun dengan lancarnya Israel menjalin hubungan resmi dengan sebagian besar negara-negara Arab, membuat beberapa negara sudah mulai enggan untuk berkomentar.
Sementara Palestina yang ingin mewujudkan mimpinya untuk merebut seluruh wilayah Israel mulai terlihat mustahil, mengingat solusi yang baru ini justru semakin menyudutkannya.
Perbedaan Two State Solution dan Three State Solution
Perbedaan antara Two State Solution dan Three State Solution paling mencolok terlihat dari negara yang ikut serta, dimana Yordania sebagai negara tetangga Palestina mulai dimasukkan dalam wilayah yang diperebutkan Israel dan Palestina.
Selain itu, perbedaan juga terletak dari wilayah kekuasaan. Dalam solusi dua negara Palestina punya kuasa penuh terhadap Gaza dan Tepi Barat.
Namun dalam solusi tiga negara, Yordania ikut serta dalam menguasai Tepi Barat. Sedangkan dari pihak Israel sendiri tidak ada perubahan yang berarti dalam dua solusi tersebut.
Lihat Juga: 6 Kendala ICC Tak Mampu Menangkap PM Benjamin Netanyahu, Salah Satunya Arab dan Mesir Juga Tak Berkutik
(sya)