Mengapa Bos Hizbullah Tak Deklarasikan Perang Habis-habisan Melawan Israel?
loading...
A
A
A
BEIRUT - Sekretaris Jenderal Hizbullah Lebanon Hassan Nasrallah pada Jumat (3/11/2023) malam muncul berpidato untuk pertama kalinya sejak perang Israel-Hamas pecah tiga pekan lalu. Pidatonya telah ditunggu-tunggu banyak orang berharap sekaligus khawatir bahwa dia akan mendeklarasikan perang habis-habisan melawan militer Zionis.
Sepanjang pidatonya, dia tidak mendeklarasikan perang. Namun dia memperingatkan bahwa konflik yang lebih luas di Timur Tengah adalah kemungkinan yang realistis.
Sebagai kekuatan militer tangguh yang didukung oleh Iran, Hizbullah telah melawan pasukan Israel di sepanjang perbatasan Lebanon-Israel dalam eskalasi paling mematikan sejak mereka berperang dengan militer Zionis pada tahun 2006.
“Hizbullah semakin meningkat dari hari ke hari, memaksa Israel untuk menempatkan pasukannya di dekat perbatasan Lebanon,” kata Nasrallah dalam pidato yang disiarkan televisi. “Apa yang terjadi di perbatasan mungkin tampak sederhana namun sangat penting.”
Nasrallah menyalahkan Amerika Serikat (AS) atas perang di Gaza dan tingginya angka kematian warga sipil dan bahwa deeskalasi di daerah kantong yang terkepung itu sangat penting untuk mencegah perang regional.
Bos Hizbullah berterima kasih kepada kelompok-kelompok di Yaman dan Irak, yang merupakan bagian dari apa yang dikenal sebagai “Poros Perlawanan”. Kelompok ini mencakup milisi Syiah Irak, yang telah menembaki pasukan AS di Suriah dan Irak, dan kelompok Houthi di Yaman, yang bergabung dalam konflik tersebut dengan menembakkan drone ke arah Israel.
Beberapa jam sebelumnya, masyarakat Beirut, Lebanon, yang telah merasakan banyak krisis, menanti-nantikan pidato Nasrallah. Ada yang khawatir, tapi juga ada yang berharap bos Hizbullah itu mengumumkan perang terhadap Israel.
“Entah tidak akan terjadi apa-apa–atau kita semua akan pergi ke sana untuk bersama Tuhan,” kata seorang warga Lebanon yang ketakutan, sambil menunjuk ke angkasa, ketika dia berbicara tentang pidato Nasrallah yang sudah ditunggu-tunggu.
“Kami menunggu dengan tidak sabar. Kami berharap dia akan mengumumkan perang terhadap musuh Israel dan negara-negara Barat yang mendukungnya,” kata Ahed Madi (43), warga Lebanon yang berbicara dari kota perbatasan Shebaa.
Rabih Awad (41), asal kota Rashaya al-Fokhar di selatan, mengatakan perang baru antara Hizbullah dan Israel akan menjadi pukulan mematikan bagi Lebanon, yang sedang bergulat dengan krisis ekonomi yang parah.
Sepanjang pidatonya, dia tidak mendeklarasikan perang. Namun dia memperingatkan bahwa konflik yang lebih luas di Timur Tengah adalah kemungkinan yang realistis.
Sebagai kekuatan militer tangguh yang didukung oleh Iran, Hizbullah telah melawan pasukan Israel di sepanjang perbatasan Lebanon-Israel dalam eskalasi paling mematikan sejak mereka berperang dengan militer Zionis pada tahun 2006.
“Hizbullah semakin meningkat dari hari ke hari, memaksa Israel untuk menempatkan pasukannya di dekat perbatasan Lebanon,” kata Nasrallah dalam pidato yang disiarkan televisi. “Apa yang terjadi di perbatasan mungkin tampak sederhana namun sangat penting.”
Nasrallah menyalahkan Amerika Serikat (AS) atas perang di Gaza dan tingginya angka kematian warga sipil dan bahwa deeskalasi di daerah kantong yang terkepung itu sangat penting untuk mencegah perang regional.
Bos Hizbullah berterima kasih kepada kelompok-kelompok di Yaman dan Irak, yang merupakan bagian dari apa yang dikenal sebagai “Poros Perlawanan”. Kelompok ini mencakup milisi Syiah Irak, yang telah menembaki pasukan AS di Suriah dan Irak, dan kelompok Houthi di Yaman, yang bergabung dalam konflik tersebut dengan menembakkan drone ke arah Israel.
Beberapa jam sebelumnya, masyarakat Beirut, Lebanon, yang telah merasakan banyak krisis, menanti-nantikan pidato Nasrallah. Ada yang khawatir, tapi juga ada yang berharap bos Hizbullah itu mengumumkan perang terhadap Israel.
“Entah tidak akan terjadi apa-apa–atau kita semua akan pergi ke sana untuk bersama Tuhan,” kata seorang warga Lebanon yang ketakutan, sambil menunjuk ke angkasa, ketika dia berbicara tentang pidato Nasrallah yang sudah ditunggu-tunggu.
“Kami menunggu dengan tidak sabar. Kami berharap dia akan mengumumkan perang terhadap musuh Israel dan negara-negara Barat yang mendukungnya,” kata Ahed Madi (43), warga Lebanon yang berbicara dari kota perbatasan Shebaa.
Rabih Awad (41), asal kota Rashaya al-Fokhar di selatan, mengatakan perang baru antara Hizbullah dan Israel akan menjadi pukulan mematikan bagi Lebanon, yang sedang bergulat dengan krisis ekonomi yang parah.