Rusia Ancam Hancurkan Jet Tempur F-16 AS untuk Ukraina dalam 20 Hari
loading...
A
A
A
MOSKOW - Menteri Pertahanan Rusia Sergey Shoigu mengancam akan menghancurkan jet tempur F-16 buatan Amerika Serikat (AS) dalam waktu 20 hari setelah tiba di Ukraina.
Dia membuat estimasi waktu tersebut setelah menilai kesuksesan sistem pertahanan udara Rusia dalam menembak jatuh pesawat militer Ukraina bulan lalu.
Berbicara pada pertemuan tingkat menteri, Shoigu memuji pasukan Rusia karena berhasil melakukan lebih dari 1.400 intersepsi pada bulan Oktober.
Dia mengatakan jumlah intersepsi tersebut termasuk 37 pesawat Ukraina, hampir dua kali lipat jumlah F-16 yang ingin diberikan negara-negara Barat kepada Kyiv.
“Jika pasukan pertahanan udara kita bekerja dengan cara ini, [armada F-16] akan membutuhkan waktu kerja sekitar 20 hari,” katanya, seperti dikutip RT, Rabu (1/11/2023).
Menurut Kementerian Pertahanan Rusia, pesawat-pesawat yang dijatuhkan pasukan Rusia bulan lalu sebagian besar adalah MiG-29 dan Su-25 rancangan Soviet.
Shoigu sebelumnya mengeklaim bahwa pasukan Rusia telah menggunakan “kompleks baru” untuk meningkatkan intersepsi.
Seorang sumber yang dikutip oleh kantor berita TASS mengeklaim bahwa Rusia telah menggunakan pesawat radar udara A-50 untuk mendeteksi target Ukraina lebih awal dan pada ketinggian yang lebih rendah.
Sedangkan serangannya dilaporkan dilakukan dengan rudal anti-pesawat jarak jauh yang ditembakkan dari peluncur S-400, dipersenjatai dengan hulu ledak baru dan dipandu menggunakan data dari radar udara.
Sejak awal konflik dengan Moskow, Kyiv telah mendorong sekutu Barat-nya untuk memasok senjata yang semakin canggih. Pilot Ukraina saat ini sedang dilatih untuk menerbangkan F-16.
Belanda, Denmark, Norwegia dan Belgia telah berjanji untuk menyediakan jet tempur buatan AS tersebut selama beberapa tahun ke depan, sebagai bagian dari program mereka untuk beralih ke pesawat militer yang lebih modern.
Perdana Menteri Belanda Mark Rutte mengumumkan pada hari Senin bahwa F-16 pertama yang dialokasikan oleh pemerintahnya akan tiba di pangkalan militer di Rumania, tempat pelatihan pilot Ukraina dilakukan, dalam waktu dua minggu.
Laporan mengenai jumlah F-16 yang bisa diperoleh Ukraina tidak konsisten.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengeklaim pada bulan Agustus bahwa dia dijanjikan 42 jet oleh Belanda dan Belgia, namun pernyataan bersama oleh para donor tidak menyebutkan jumlah spesifiknya.
Rutte mengatakan pada saat itu bahwa seluruh armada F-16 negaranya memiliki 42 pesawat dan perlu mempertahankan beberapa pesawat untuk tujuan pelatihan.
Para pendukung Kyiv sebelumnya berpendapat bahwa senjata rancangan Barat akan menjadi penentu dalam konflik tersebut, dengan harapan mereka tertuju pada sistem peluncuran roket ganda HIMARS, rudal jelajah Storm Shadow, tank tempur utama Leopard, dan rudal taktis ATACMS.
Zelensky memuji pengumuman janji F-16 pada bulan Agustus sebagai hal yang “bersejarah, kuat, dan memotivasi.”
Kremlin telah menolak anggapan tersebut, dengan mengatakan bahwa senjata baru yang dipasok oleh Barat “akan terbakar seperti senjata lainnya”.
Dia membuat estimasi waktu tersebut setelah menilai kesuksesan sistem pertahanan udara Rusia dalam menembak jatuh pesawat militer Ukraina bulan lalu.
Berbicara pada pertemuan tingkat menteri, Shoigu memuji pasukan Rusia karena berhasil melakukan lebih dari 1.400 intersepsi pada bulan Oktober.
Dia mengatakan jumlah intersepsi tersebut termasuk 37 pesawat Ukraina, hampir dua kali lipat jumlah F-16 yang ingin diberikan negara-negara Barat kepada Kyiv.
“Jika pasukan pertahanan udara kita bekerja dengan cara ini, [armada F-16] akan membutuhkan waktu kerja sekitar 20 hari,” katanya, seperti dikutip RT, Rabu (1/11/2023).
Menurut Kementerian Pertahanan Rusia, pesawat-pesawat yang dijatuhkan pasukan Rusia bulan lalu sebagian besar adalah MiG-29 dan Su-25 rancangan Soviet.
Shoigu sebelumnya mengeklaim bahwa pasukan Rusia telah menggunakan “kompleks baru” untuk meningkatkan intersepsi.
Seorang sumber yang dikutip oleh kantor berita TASS mengeklaim bahwa Rusia telah menggunakan pesawat radar udara A-50 untuk mendeteksi target Ukraina lebih awal dan pada ketinggian yang lebih rendah.
Sedangkan serangannya dilaporkan dilakukan dengan rudal anti-pesawat jarak jauh yang ditembakkan dari peluncur S-400, dipersenjatai dengan hulu ledak baru dan dipandu menggunakan data dari radar udara.
Sejak awal konflik dengan Moskow, Kyiv telah mendorong sekutu Barat-nya untuk memasok senjata yang semakin canggih. Pilot Ukraina saat ini sedang dilatih untuk menerbangkan F-16.
Belanda, Denmark, Norwegia dan Belgia telah berjanji untuk menyediakan jet tempur buatan AS tersebut selama beberapa tahun ke depan, sebagai bagian dari program mereka untuk beralih ke pesawat militer yang lebih modern.
Perdana Menteri Belanda Mark Rutte mengumumkan pada hari Senin bahwa F-16 pertama yang dialokasikan oleh pemerintahnya akan tiba di pangkalan militer di Rumania, tempat pelatihan pilot Ukraina dilakukan, dalam waktu dua minggu.
Laporan mengenai jumlah F-16 yang bisa diperoleh Ukraina tidak konsisten.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengeklaim pada bulan Agustus bahwa dia dijanjikan 42 jet oleh Belanda dan Belgia, namun pernyataan bersama oleh para donor tidak menyebutkan jumlah spesifiknya.
Rutte mengatakan pada saat itu bahwa seluruh armada F-16 negaranya memiliki 42 pesawat dan perlu mempertahankan beberapa pesawat untuk tujuan pelatihan.
Para pendukung Kyiv sebelumnya berpendapat bahwa senjata rancangan Barat akan menjadi penentu dalam konflik tersebut, dengan harapan mereka tertuju pada sistem peluncuran roket ganda HIMARS, rudal jelajah Storm Shadow, tank tempur utama Leopard, dan rudal taktis ATACMS.
Zelensky memuji pengumuman janji F-16 pada bulan Agustus sebagai hal yang “bersejarah, kuat, dan memotivasi.”
Kremlin telah menolak anggapan tersebut, dengan mengatakan bahwa senjata baru yang dipasok oleh Barat “akan terbakar seperti senjata lainnya”.
(mas)