Jalur Gaza Membara, UNRWA: Gencatan Senjata Masalah Hidup atau Mati
loading...
A
A
A
NEW YORK - Badan PBB untuk Pengungsi Palestina, yang dikenal sebagai UNRWA, mengatakan hampir 672.000 warga Palestina berlindung di sekolah-sekolah dan fasilitas lainnya, yang kapasitasnya empat kali lipat.
Ketua UNRWA Philippe Lazzarini menuduh Israel melakukan hukuman kolektif dan memaksa warga Palestina mengungsi dari Gaza utara ke selatan, di mana mereka masih belum aman.
Pada pertemuan darurat PBB, ia juga memperingatkan gencatan senjata kemanusiaan telah menjadi masalah hidup dan mati bagi jutaan orang.
Badan tersebut menambahkan 64 stafnya telah tewas sejak perang dimulai, termasuk seorang pria yang terbunuh bersama istri dan delapan anaknya pada Senin malam.
“Ini adalah jumlah tertinggi pekerja bantuan PBB yang tewas dalam konflik di seluruh dunia dalam waktu singkat,” kata juru bicara Juliette Touma.
“UNRWA tidak akan pernah sama tanpa rekan-rekan ini,” imbuhnya seperti dikutip dari Sky News, Selasa (31/10/2021)
Kementerian Kesehatan di Gaza yang dikuasai Hamas pada hari Selasa mengatakan setidaknya 8.525 warga Palestina, termasuk 3.542 anak-anak, telah tewas dalam serangan Israel sejak perang dimulai.
Juru bicara kementerian kesehatan, Ashraf al Qudra, juga mengklaim 130 staf layanan kesehatan telah terbunuh, dengan 15 rumah sakit kini tidak berfungsi bersama dengan 32 pusat layanan kesehatan.
Sementara itu, sirene serangan udara terdengar di kota Eilat di Laut Merah pada hari Selasa dan militer Israel mengatakan pihaknya menjatuhkan “target udara” yang masuk.
Pada hari Selasa, militer Israel mengatakan mereka menggunakan sistem pertahanan udara "Arrow" untuk pertama kalinya sejak perang untuk mencegat rudal permukaan-ke-permukaan di Laut Merah yang ditembakkan ke wilayahnya.
“Tidak ada ancaman atau risiko terhadap warga sipil,” kata militer Israel pada hari sebelumnya.
Lebih dari 1.400 orang telah terbunuh di pihak Israel, menurut pemerintah negara tersebut, sejak serangan awal Hamas.
Ketua UNRWA Philippe Lazzarini menuduh Israel melakukan hukuman kolektif dan memaksa warga Palestina mengungsi dari Gaza utara ke selatan, di mana mereka masih belum aman.
Pada pertemuan darurat PBB, ia juga memperingatkan gencatan senjata kemanusiaan telah menjadi masalah hidup dan mati bagi jutaan orang.
Badan tersebut menambahkan 64 stafnya telah tewas sejak perang dimulai, termasuk seorang pria yang terbunuh bersama istri dan delapan anaknya pada Senin malam.
“Ini adalah jumlah tertinggi pekerja bantuan PBB yang tewas dalam konflik di seluruh dunia dalam waktu singkat,” kata juru bicara Juliette Touma.
“UNRWA tidak akan pernah sama tanpa rekan-rekan ini,” imbuhnya seperti dikutip dari Sky News, Selasa (31/10/2021)
Kementerian Kesehatan di Gaza yang dikuasai Hamas pada hari Selasa mengatakan setidaknya 8.525 warga Palestina, termasuk 3.542 anak-anak, telah tewas dalam serangan Israel sejak perang dimulai.
Juru bicara kementerian kesehatan, Ashraf al Qudra, juga mengklaim 130 staf layanan kesehatan telah terbunuh, dengan 15 rumah sakit kini tidak berfungsi bersama dengan 32 pusat layanan kesehatan.
Baca Juga
Sementara itu, sirene serangan udara terdengar di kota Eilat di Laut Merah pada hari Selasa dan militer Israel mengatakan pihaknya menjatuhkan “target udara” yang masuk.
Pada hari Selasa, militer Israel mengatakan mereka menggunakan sistem pertahanan udara "Arrow" untuk pertama kalinya sejak perang untuk mencegat rudal permukaan-ke-permukaan di Laut Merah yang ditembakkan ke wilayahnya.
“Tidak ada ancaman atau risiko terhadap warga sipil,” kata militer Israel pada hari sebelumnya.
Lebih dari 1.400 orang telah terbunuh di pihak Israel, menurut pemerintah negara tersebut, sejak serangan awal Hamas.
(ian)