Pemimpin Hizbullah, Hamas dan Jihad Islam Bertemu Bersama, Akan Ada Perang Besar?
loading...
A
A
A
GAZA - Pemimpin Hizbullah telah bertemu dengan para pemimpin kelompok Palestina Hamas dan Jihad Islam. Demikian dilaporkan stasiun televisi al-Manar. Mereka mendiskusikan langkah selanjutnya dalam menghadapi perang di Gaza.
Pertemuan ketiga pemimpin kelompok pejuang Islam itu menjadi kabar baik terkait persatuan ketiga kelompok tersebut dalam menghadapi perlawanan Israel. Banyak pihak menduga pertemuan itu sebagai ajang untuk menyatukan langkah untuk melawan Israel. Perang besar di Gaza pun diprediksi akan terjadi.
Stasiun televisi Al Manar milik Hizbullah melaporkan, Hassan Nasrallah bertemu dengan wakil pemimpin Hamas Saleh al-Arouri dan kepala Jihad Islam Ziad al-Nakhala, untuk menilai apa yang harus dilakukan aliansi mereka untuk “mencapai kemenangan nyata bagi perlawanan” di Gaza.
Kemenangan nyata menunjukkan ketiga faksi perjuangan tersebut tidak akan berhenti dalam memulai perang Gaza. Itu menunjukkan kemenangan tersebut belum terwujud.
“Pertemuan itu… menilai posisi yang diambil secara internasional dan apa yang harus dilakukan oleh Poros Perlawanan”, kata berita utama di al-Manar, mengacu pada aliansi Iran, Suriah, kelompok bersenjata Palestina, Hizbullah Lebanon dan faksi lainnya.
Hal menarik adalah perlunya posisi internasional yang solid dalam perang Gaza. Hal itu akan dilakukan ketiga faksi tersebut.
Sementara itu, Sekjen Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres mengatakan bahwa serangan Hamas terhadap Israel pada tanggal 7 Oktober “tidak terjadi dalam ruang hampa” dalam pidatonya di Dewan Keamanan mengenai Timur Tengah pada hari Selasa.
“Penting juga untuk menyadari bahwa serangan Hamas tidak terjadi dalam ruang hampa. Rakyat Palestina telah menjadi sasaran pendudukan yang menyesakkan selama 56 tahun,” kata Guterres. Dia menambahkan bahwa rakyat Palestina “telah melihat tanah mereka terus-menerus dirusak oleh pemukiman dan diganggu oleh kekerasan.”
Pada saat yang sama, Guterres mencatat bahwa “keluhan rakyat Palestina tidak dapat membenarkan serangan mengerikan yang dilakukan Hamas.” Dia menambahkan bahwa rakyat Palestina juga tidak boleh dihukum secara kolektif atas serangan Hamas.
Oleh karena itu, menurut Guterres, semua pihak yang berkonflik harus “terus berhati-hati dalam melakukan operasi militer untuk menyelamatkan warga sipil” serta “menghormati dan melindungi rumah sakit serta menghormati fasilitas PBB yang tidak dapat diganggu gugat yang saat ini menampung lebih dari 600.000 warga Palestina. ”
Guterres menyebut serangan intensif Israel terhadap Gaza “sangat mengkhawatirkan” karena “tingkat korban sipil, dan kehancuran besar-besaran di lingkungan terus meningkat.”
Setidaknya 35 rekan Guterres di PBB yang bekerja untuk Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina tewas dalam pemboman di Gaza selama dua minggu terakhir, menurut sekretaris jenderal.
Dia mengatakan “pelanggaran nyata terhadap hukum kemanusiaan internasional” terjadi di Gaza, dan contohnya perintah Israel agar lebih dari satu juta orang dievakuasi pada awal bulan ini.
Guterres menekankan bahwa bantuan yang diberikan ke Gaza tidak sesuai dengan kebutuhannya yang sangat besar, termasuk pasokan bahan bakar yang akan segera habis “dalam hitungan hari.”
Dia menegaskan kembali seruannya untuk “segera gencatan senjata kemanusiaan,” solusi dua negara untuk konflik Palestina-Israel dan pembebasan segera semua sandera “tanpa syarat.”
Pertemuan ketiga pemimpin kelompok pejuang Islam itu menjadi kabar baik terkait persatuan ketiga kelompok tersebut dalam menghadapi perlawanan Israel. Banyak pihak menduga pertemuan itu sebagai ajang untuk menyatukan langkah untuk melawan Israel. Perang besar di Gaza pun diprediksi akan terjadi.
Stasiun televisi Al Manar milik Hizbullah melaporkan, Hassan Nasrallah bertemu dengan wakil pemimpin Hamas Saleh al-Arouri dan kepala Jihad Islam Ziad al-Nakhala, untuk menilai apa yang harus dilakukan aliansi mereka untuk “mencapai kemenangan nyata bagi perlawanan” di Gaza.
Baca Juga
Kemenangan nyata menunjukkan ketiga faksi perjuangan tersebut tidak akan berhenti dalam memulai perang Gaza. Itu menunjukkan kemenangan tersebut belum terwujud.
“Pertemuan itu… menilai posisi yang diambil secara internasional dan apa yang harus dilakukan oleh Poros Perlawanan”, kata berita utama di al-Manar, mengacu pada aliansi Iran, Suriah, kelompok bersenjata Palestina, Hizbullah Lebanon dan faksi lainnya.
Hal menarik adalah perlunya posisi internasional yang solid dalam perang Gaza. Hal itu akan dilakukan ketiga faksi tersebut.
Sementara itu, Sekjen Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres mengatakan bahwa serangan Hamas terhadap Israel pada tanggal 7 Oktober “tidak terjadi dalam ruang hampa” dalam pidatonya di Dewan Keamanan mengenai Timur Tengah pada hari Selasa.
“Penting juga untuk menyadari bahwa serangan Hamas tidak terjadi dalam ruang hampa. Rakyat Palestina telah menjadi sasaran pendudukan yang menyesakkan selama 56 tahun,” kata Guterres. Dia menambahkan bahwa rakyat Palestina “telah melihat tanah mereka terus-menerus dirusak oleh pemukiman dan diganggu oleh kekerasan.”
Pada saat yang sama, Guterres mencatat bahwa “keluhan rakyat Palestina tidak dapat membenarkan serangan mengerikan yang dilakukan Hamas.” Dia menambahkan bahwa rakyat Palestina juga tidak boleh dihukum secara kolektif atas serangan Hamas.
Oleh karena itu, menurut Guterres, semua pihak yang berkonflik harus “terus berhati-hati dalam melakukan operasi militer untuk menyelamatkan warga sipil” serta “menghormati dan melindungi rumah sakit serta menghormati fasilitas PBB yang tidak dapat diganggu gugat yang saat ini menampung lebih dari 600.000 warga Palestina. ”
Guterres menyebut serangan intensif Israel terhadap Gaza “sangat mengkhawatirkan” karena “tingkat korban sipil, dan kehancuran besar-besaran di lingkungan terus meningkat.”
Setidaknya 35 rekan Guterres di PBB yang bekerja untuk Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina tewas dalam pemboman di Gaza selama dua minggu terakhir, menurut sekretaris jenderal.
Dia mengatakan “pelanggaran nyata terhadap hukum kemanusiaan internasional” terjadi di Gaza, dan contohnya perintah Israel agar lebih dari satu juta orang dievakuasi pada awal bulan ini.
Guterres menekankan bahwa bantuan yang diberikan ke Gaza tidak sesuai dengan kebutuhannya yang sangat besar, termasuk pasokan bahan bakar yang akan segera habis “dalam hitungan hari.”
Dia menegaskan kembali seruannya untuk “segera gencatan senjata kemanusiaan,” solusi dua negara untuk konflik Palestina-Israel dan pembebasan segera semua sandera “tanpa syarat.”
(ahm)