Sekjen PBB Sebut Tindakan Hamas karena Pendudukan 56 Tahun, Israel Marah
loading...
A
A
A
NEW YORK - Israel menyuarakan kemarahannya setelah Sekretaris Jenderal (Sekjen) PBB Antonio Guterres menyebut tindakan Hamas yang memicu perang besar saat ini karena dipicu oleh pendudukan atas Palestina selama 56 tahun.
"Serangan Hamas tidak terjadi dalam ruang hampa karena Palestina telah menjadi sasaran pendudukan yang menyesakkan selama 56 tahun," kata Guterres di hadapan sidang tingkat tinggi Dewan Keamanan PBB pada hari Selasa.
Saat membuka sidang, Guterres awalnya mengatakan tidak ada alasan untuk kekerasan mengerikan yang dilakukan militan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober lalu.
Namun Guterrs juga memperingatkan bahwa “hukuman kolektif” terhadap warga Palestina oleh militer Israel tidak bisa dibenarkan.
“Saya sangat prihatin dengan pelanggaran nyata terhadap hukum kemanusiaan internasional yang kita saksikan di Gaza. Biar saya perjelas: Tidak ada pihak dalam konflik bersenjata yang berada di atas hukum kemanusiaan internasional,” kata Guterres, tanpa menyebut nama Israel secara eksplisit.
Ucapan Sekjen PBB itu membuat marah Menteri Luar Negeri Israel Eli Cohen yang, sambil menuding Guterres dan meninggikan suaranya, menceritakan kisah-kisah nyata tentang warga sipil termasuk anak-anak yang terbunuh dalam serangan Hamas pada 7 Oktober lalu.
“Sekretaris Jenderal, Anda tinggal di dunia apa?” kata Cohen.
Menolak untuk menghubungkan kekerasan Hamas dengan pendudukan Israel atas Palestina, Cohen mengatakan negaranya memberikan Gaza kepada Palestina “hingga milimeter terakhir” dengan penarikannya pada tahun 2005.
Israel tak lama kemudian memberlakukan blokade terhadap wilayah miskin tersebut, yang berlaku sejak Hamas mengambil alih kekuasaan, dan Israel masih menduduki Tepi Barat.
Melangkah lebih jauh, Duta Besar Israel untuk PBB, Gilad Erdan, meminta Guterres untuk mengundurkan diri dari posisinya sebagai Sekjen PBB.
"Guterres telah menyatakan pemahamannya terhadap terorisme dan pembunuhan," kritik Erdan di media sosial X, seperti dikutip AFP, Rabu (25/10/2023).
Militan Hamas menyerbu Israel pada tanggal 7 Oktober dalam serangan mengejutkan yang diberi nama Operasi Badai al-Aqsa. Lebih dari 1.400 orang tewas dan ratusan lainnya disandera.
Israel merespons dengan mendeklarasikan perang yang menggunakan sandi Operasi Pedang Besi. Lebih dari 5.700 warga Palestina dilaporkan tewas akibat serangan militer Israel terhadap Gaza, Palestina.
Di sisi lain, Guterres, yang secara pribadi melakukan perjalanan ke persimpangan antara Mesir dan Gaza dalam upaya agar bantuan masuk, menyambut baik masuknya tiga konvoi bantuan sejauh ini melalui penyeberangan Rafah.
Namun Guterres mengatakan bantuan itu hanyalah “setetes bantuan di lautan kebutuhan" ketika badan PBB untuk pengungsi Palestina memperingatkan bahwa mereka terpaksa berhenti bekerja pada hari Rabu karena kekurangan bahan bakar.
“Untuk meringankan penderitaan yang luar biasa, membuat pengiriman bantuan lebih mudah dan aman, dan memfasilitasi pembebasan sandera, saya mengulangi seruan saya untuk segera melakukan gencatan senjata kemanusiaan," seru Guterres.
Israel, yang didukung oleh Amerika Serikat, menolak seruan untuk menghentikan serangannya, dengan mengatakan hal itu hanya akan memungkinkan Hamas untuk berkumpul kembali.
Amerika Serikat pada pekan lalu memveto rancangan resolusi mengenai krisis Gaza, dengan mengatakan bahwa resolusi yang diusulkan Rusia tersebut tidak cukup mendukung hak Israel untuk menanggapi serangan Hamas.
"Serangan Hamas tidak terjadi dalam ruang hampa karena Palestina telah menjadi sasaran pendudukan yang menyesakkan selama 56 tahun," kata Guterres di hadapan sidang tingkat tinggi Dewan Keamanan PBB pada hari Selasa.
Saat membuka sidang, Guterres awalnya mengatakan tidak ada alasan untuk kekerasan mengerikan yang dilakukan militan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober lalu.
Namun Guterrs juga memperingatkan bahwa “hukuman kolektif” terhadap warga Palestina oleh militer Israel tidak bisa dibenarkan.
“Saya sangat prihatin dengan pelanggaran nyata terhadap hukum kemanusiaan internasional yang kita saksikan di Gaza. Biar saya perjelas: Tidak ada pihak dalam konflik bersenjata yang berada di atas hukum kemanusiaan internasional,” kata Guterres, tanpa menyebut nama Israel secara eksplisit.
Ucapan Sekjen PBB itu membuat marah Menteri Luar Negeri Israel Eli Cohen yang, sambil menuding Guterres dan meninggikan suaranya, menceritakan kisah-kisah nyata tentang warga sipil termasuk anak-anak yang terbunuh dalam serangan Hamas pada 7 Oktober lalu.
“Sekretaris Jenderal, Anda tinggal di dunia apa?” kata Cohen.
Menolak untuk menghubungkan kekerasan Hamas dengan pendudukan Israel atas Palestina, Cohen mengatakan negaranya memberikan Gaza kepada Palestina “hingga milimeter terakhir” dengan penarikannya pada tahun 2005.
Israel tak lama kemudian memberlakukan blokade terhadap wilayah miskin tersebut, yang berlaku sejak Hamas mengambil alih kekuasaan, dan Israel masih menduduki Tepi Barat.
Melangkah lebih jauh, Duta Besar Israel untuk PBB, Gilad Erdan, meminta Guterres untuk mengundurkan diri dari posisinya sebagai Sekjen PBB.
"Guterres telah menyatakan pemahamannya terhadap terorisme dan pembunuhan," kritik Erdan di media sosial X, seperti dikutip AFP, Rabu (25/10/2023).
Militan Hamas menyerbu Israel pada tanggal 7 Oktober dalam serangan mengejutkan yang diberi nama Operasi Badai al-Aqsa. Lebih dari 1.400 orang tewas dan ratusan lainnya disandera.
Israel merespons dengan mendeklarasikan perang yang menggunakan sandi Operasi Pedang Besi. Lebih dari 5.700 warga Palestina dilaporkan tewas akibat serangan militer Israel terhadap Gaza, Palestina.
Di sisi lain, Guterres, yang secara pribadi melakukan perjalanan ke persimpangan antara Mesir dan Gaza dalam upaya agar bantuan masuk, menyambut baik masuknya tiga konvoi bantuan sejauh ini melalui penyeberangan Rafah.
Namun Guterres mengatakan bantuan itu hanyalah “setetes bantuan di lautan kebutuhan" ketika badan PBB untuk pengungsi Palestina memperingatkan bahwa mereka terpaksa berhenti bekerja pada hari Rabu karena kekurangan bahan bakar.
“Untuk meringankan penderitaan yang luar biasa, membuat pengiriman bantuan lebih mudah dan aman, dan memfasilitasi pembebasan sandera, saya mengulangi seruan saya untuk segera melakukan gencatan senjata kemanusiaan," seru Guterres.
Israel, yang didukung oleh Amerika Serikat, menolak seruan untuk menghentikan serangannya, dengan mengatakan hal itu hanya akan memungkinkan Hamas untuk berkumpul kembali.
Amerika Serikat pada pekan lalu memveto rancangan resolusi mengenai krisis Gaza, dengan mengatakan bahwa resolusi yang diusulkan Rusia tersebut tidak cukup mendukung hak Israel untuk menanggapi serangan Hamas.
(mas)