Presiden Mesir al-Sisi Tolak Masuk Pengungsi Gaza Meski Terancam Dibom Israel
loading...
A
A
A
KAIRO - Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi mengatakan dia tidak akan membiarkan masuknya pengungsi secara massal dari Gaza, Palestina. Alasannya pembiaran itu akan menjadi preseden bagi pengungsian warga Palestina dari Tepi Barat ke Yordania.
Penolakan masuk oleh pemimpin Mesir itu telah mengabaikan keselamatan warga Gaza yang terancam oleh pengeboman militer Israel yang nyaris tanpa henti.
Setelah melakukan pembicaraan dengan Kanselir Jerman Olaf Scholz yang sedang berkunjung, Presiden al-Sisi menyalahkan serangan udara Israel di perbatasan Rafah antara Gaza dan Mesir sebagai penyebab kegagalan memberikan bantuan kepada 2,4 juta penduduk di wilayah tersebut.
“Pengungsian warga Palestina dari Gaza ke Mesir berarti pengungsian yang sama juga akan terjadi pada warga Palestina dari Tepi Barat ke Yordania,” katanya, seperti dikutip AFP, Kamis (19/10/2023).
“Selanjutnya, negara Palestina yang kita bicarakan dan yang dibicarakan dunia akan menjadi mustahil untuk diterapkan–karena tanahnya sudah ada, namun rakyatnya tidak ada," lanjut dia.
Pertemuan Presiden al-Sisi dengan Kanselir Shcolz terjadi ketika Gaza menghadapi pengeboman ganas Israel selama 12 hari berturut-turut sebagai pembalasan atas serangan mengejutkan lintas batas yang dilancarkan oleh Hamas pada 7 Oktober lalu.
Serangan Hamas yang diberi nama Operasi Badai al-Aqsa telah menewaskan lebih dari 1.400 orang.
Hampir 3.500 orang tewas di Gaza akibat serangan udara Israel. Wilayah kantong Palestina yang dekepung Israel itu hampir kehabisan listrik, makanan, air dan bahan bakar.
Tekanan meningkat agar bantuan diizinkan masuk melalui penyeberangan Rafah Mesir dengan Gaza, satu-satunya akses ke wilayah yang terkepung dan tidak dikontrol oleh Israel.
Presiden Sisi mengatakan Mesir "tidak menutup" penyeberangan tersebut. "Namun perkembangan di lapangan dan pengeboman berulang-ulang yang dilakukan Israel terhadap penyeberangan sisi Palestina telah menghalangi operasinya," katanya.
Ratusan truk yang membawa bantuan telah menunggu selama enam hari di sisi penyeberangan Mesir, yang telah dibom empat kali oleh pesawat tempur Israel.
Kanselir Scholz mengatakan kepada wartawan bahwa Berlin dan Kairo bekerja sama untuk mendapatkan akses kemanusiaan ke Jalur Gaza secepat mungkin.
Kedua pemimpin tersebut juga memperingatkan akan adanya ancaman penyebaran regional, di mana presiden Mesir menyerukan “intervensi internasional segera” untuk menghentikan eskalasi militer berbahaya yang mungkin tidak terkendali.
Scholz menegaskan kembali bahwa Jerman berusaha menghindari "perang besar di Timur Tengah" dan memperingatkan Hizbullah dan Iran "sekali lagi untuk tidak ikut campur dalam konflik ini".
Penolakan masuk oleh pemimpin Mesir itu telah mengabaikan keselamatan warga Gaza yang terancam oleh pengeboman militer Israel yang nyaris tanpa henti.
Setelah melakukan pembicaraan dengan Kanselir Jerman Olaf Scholz yang sedang berkunjung, Presiden al-Sisi menyalahkan serangan udara Israel di perbatasan Rafah antara Gaza dan Mesir sebagai penyebab kegagalan memberikan bantuan kepada 2,4 juta penduduk di wilayah tersebut.
“Pengungsian warga Palestina dari Gaza ke Mesir berarti pengungsian yang sama juga akan terjadi pada warga Palestina dari Tepi Barat ke Yordania,” katanya, seperti dikutip AFP, Kamis (19/10/2023).
“Selanjutnya, negara Palestina yang kita bicarakan dan yang dibicarakan dunia akan menjadi mustahil untuk diterapkan–karena tanahnya sudah ada, namun rakyatnya tidak ada," lanjut dia.
Pertemuan Presiden al-Sisi dengan Kanselir Shcolz terjadi ketika Gaza menghadapi pengeboman ganas Israel selama 12 hari berturut-turut sebagai pembalasan atas serangan mengejutkan lintas batas yang dilancarkan oleh Hamas pada 7 Oktober lalu.
Serangan Hamas yang diberi nama Operasi Badai al-Aqsa telah menewaskan lebih dari 1.400 orang.
Hampir 3.500 orang tewas di Gaza akibat serangan udara Israel. Wilayah kantong Palestina yang dekepung Israel itu hampir kehabisan listrik, makanan, air dan bahan bakar.
Tekanan meningkat agar bantuan diizinkan masuk melalui penyeberangan Rafah Mesir dengan Gaza, satu-satunya akses ke wilayah yang terkepung dan tidak dikontrol oleh Israel.
Presiden Sisi mengatakan Mesir "tidak menutup" penyeberangan tersebut. "Namun perkembangan di lapangan dan pengeboman berulang-ulang yang dilakukan Israel terhadap penyeberangan sisi Palestina telah menghalangi operasinya," katanya.
Ratusan truk yang membawa bantuan telah menunggu selama enam hari di sisi penyeberangan Mesir, yang telah dibom empat kali oleh pesawat tempur Israel.
Kanselir Scholz mengatakan kepada wartawan bahwa Berlin dan Kairo bekerja sama untuk mendapatkan akses kemanusiaan ke Jalur Gaza secepat mungkin.
Kedua pemimpin tersebut juga memperingatkan akan adanya ancaman penyebaran regional, di mana presiden Mesir menyerukan “intervensi internasional segera” untuk menghentikan eskalasi militer berbahaya yang mungkin tidak terkendali.
Scholz menegaskan kembali bahwa Jerman berusaha menghindari "perang besar di Timur Tengah" dan memperingatkan Hizbullah dan Iran "sekali lagi untuk tidak ikut campur dalam konflik ini".
(mas)