Kisah Si Genius Albert Einstein Menolak Tawaran Jadi Presiden Israel
loading...
A
A
A
TEL AVIV - Albert Einstein merupakan ilmuwan genius Yahudi yang terkenal karena penemuannya dalam fisika teoretis. Namun, dia sebenarnya berpeluang terjun ke dunia politik karena pernah ditawari untuk menjadi presiden Israel.
Menyusul kematian presiden pertama Israel, Chaim Weizmann, pada tahun 1952, pemerintah Israel, yang saat itu dipimpin oleh Perdana Menteri David Ben-Gurion, menawarkan jabatan presiden kepada Einstein.
Presiden Israel kebanyakan melakukan tugas-tugas seremonial, sehingga peran tersebut lebih merupakan suatu kehormatan daripada posisi kekuasaan.
Baik Einstein maupun Ben-Gurion tidak menunjukkan antusiasme yang besar terhadap prospek Einstein menjadi presiden.
Einstein menganggap tawaran itu janggal, dan Ben-Gurion bercanda kepada asistennya; “Saya harus menawarkan jabatan itu kepadanya karena mustahil untuk tidak melakukannya. Namun jika dia menerimanya, kita berada dalam masalah.”
Sepanjang hidupnya, Einstein secara konsisten menunjukkan dukungannya terhadap negara Israel. “Saya menjadikan tujuan Zionisme sebagai tujuan saya karena melaluinya saya melihat cara untuk memperbaiki kesalahan yang mencolok,” tulisnya dalam surat tahun 1947 kepada Perdana Menteri India Jawaharlal Nehru.
Namun ketika ditawari kursi kepresidenan, Einstein langsung menolaknya, menolak pertemuan resmi dengan perwakilan kedutaan Israel. Duta Besar Israel untuk Amerika Serikat saat itu, Abba Eban, bersikeras mengiriminya surat atas nama Ben-Gurion.
Surat Eban itu juga berisi tawaran kursi presiden Israel untuk Einstein.
Tawaran Eban menegaskan kekaguman masyarakat Israel terhadap Einstein dan mendesaknya untuk mempertimbangkan potensi intelektual dan spiritual bangsa.
Menyusul kematian presiden pertama Israel, Chaim Weizmann, pada tahun 1952, pemerintah Israel, yang saat itu dipimpin oleh Perdana Menteri David Ben-Gurion, menawarkan jabatan presiden kepada Einstein.
Presiden Israel kebanyakan melakukan tugas-tugas seremonial, sehingga peran tersebut lebih merupakan suatu kehormatan daripada posisi kekuasaan.
Baik Einstein maupun Ben-Gurion tidak menunjukkan antusiasme yang besar terhadap prospek Einstein menjadi presiden.
Einstein menganggap tawaran itu janggal, dan Ben-Gurion bercanda kepada asistennya; “Saya harus menawarkan jabatan itu kepadanya karena mustahil untuk tidak melakukannya. Namun jika dia menerimanya, kita berada dalam masalah.”
Sepanjang hidupnya, Einstein secara konsisten menunjukkan dukungannya terhadap negara Israel. “Saya menjadikan tujuan Zionisme sebagai tujuan saya karena melaluinya saya melihat cara untuk memperbaiki kesalahan yang mencolok,” tulisnya dalam surat tahun 1947 kepada Perdana Menteri India Jawaharlal Nehru.
Namun ketika ditawari kursi kepresidenan, Einstein langsung menolaknya, menolak pertemuan resmi dengan perwakilan kedutaan Israel. Duta Besar Israel untuk Amerika Serikat saat itu, Abba Eban, bersikeras mengiriminya surat atas nama Ben-Gurion.
Surat Eban itu juga berisi tawaran kursi presiden Israel untuk Einstein.
Tawaran Eban menegaskan kekaguman masyarakat Israel terhadap Einstein dan mendesaknya untuk mempertimbangkan potensi intelektual dan spiritual bangsa.