Hamas Diduga Gunakan Senjata Ukraina untuk Serang Israel, Ini Respons Putin
loading...
A
A
A
BISHKEK - Hamas, kelompok perlawanan Palestina di Gaza, diduga menggunakan senjata Ukraina yang dipasok Barat saat meluncurkan Operasi Badai al-Aqsa ke Israel pekan lalu. Presiden Rusia Vladimir Putin menyebut praktik korupsi di Kyiv sebagai penyebabnya.
Putin mengatakan bahwa sebagian senjata yang dikirim Barat ke Ukraina berakhir di tangan militan Hamas mungkin lebih berkaitan dengan korupsi daripada pengiriman yang disengaja.
“Saya ragu ada pengiriman senjata dari Ukraina, tapi saya yakin ada kebocoran senjata dari Ukraina,” katanya dalam konferensi pers di Bishkek, Ibu Kota Kyrgyzstan, pada Jumat sebagaimana dilansir RT, Sabtu (14/10/2023).
“Kami tahu tingkat korupsi di Ukraina sangat tinggi. Pasar gelap muncul ketika ada banyak orang yang ingin membeli, dan di Ukraina banyak pula yang ingin menjual,” paparnya.
Menurutnya, orang-orang Ukraina pasti menjual senjata di pasar internasional melalui negara-negara di Afrika dan Timur Tengah.
“Wah, mereka bahkan menjual [senjata] ke Rusia, dan jika mereka bisa menjualnya ke Rusia, tidak ada yang mengejutkan saya lagi,” imbuh orang nomor satu Rusia tersebut.
Dugaan mengenai Hamas yang menggunakan senjata pasokan Amerika Serikat dan sekutunya ke Ukraina pertama kali diungkap oleh mantan Presiden Rusia Dmitry Medvedev, yang mengeklaim bahwa peralatan tersebut sedang digunakan secara aktif di Israel.
Intelijen militer Kyiv merespons dengan menuduh Rusia mengirimkan senjata Barat yang direbut di Ukraina ke Hamas dalam operasi “bendera palsu” yang dirancang untuk membuat Kyiv terlihat buruk di mata para pendukungnya.
Israel tidak mengonfirmasi atau menyangkal klaim Medvedev soal dugaan senjata Ukraina jatuh ke tangan Hamas, namun menolak sindiran Ukraina mengenai keterlibatan Rusia dalam serangan Hamas dan menyebutnya sebagai “omong kosong belaka".
Dalam Operasi Badai al-Aqsa, Sabtu pekan lalu, milisi Hamas menembakkan ribuan roket ke Israel dalam hitungan menit, diikuti dengan serangan darat ke pemukiman, desa, dan kota-kota Israel selatan.
Pihak berwenang Israel mengatakan lebih dari 1.300 orang tewas dalam serangan mendadak itu. Tel Aviv menanggapinya dengan mendeklarasikan perang melawan Gaza.
Berbicara tentang konflik yang meningkat, Putin mencatat bahwa Israel sedang menghadapi serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya namun tanggapannya “cukup brutal".
Dia juga menawarkan mediasi Rusia, mengingat Moskow memiliki hubungan yang sangat baik dengan Israel, serta ikatan tradisional dengan Palestina. "Sehingga tidak ada yang curiga bahwa kami ingin memainkan semacam permainan," ujarnya.
Putin mengatakan bahwa sebagian senjata yang dikirim Barat ke Ukraina berakhir di tangan militan Hamas mungkin lebih berkaitan dengan korupsi daripada pengiriman yang disengaja.
“Saya ragu ada pengiriman senjata dari Ukraina, tapi saya yakin ada kebocoran senjata dari Ukraina,” katanya dalam konferensi pers di Bishkek, Ibu Kota Kyrgyzstan, pada Jumat sebagaimana dilansir RT, Sabtu (14/10/2023).
“Kami tahu tingkat korupsi di Ukraina sangat tinggi. Pasar gelap muncul ketika ada banyak orang yang ingin membeli, dan di Ukraina banyak pula yang ingin menjual,” paparnya.
Menurutnya, orang-orang Ukraina pasti menjual senjata di pasar internasional melalui negara-negara di Afrika dan Timur Tengah.
“Wah, mereka bahkan menjual [senjata] ke Rusia, dan jika mereka bisa menjualnya ke Rusia, tidak ada yang mengejutkan saya lagi,” imbuh orang nomor satu Rusia tersebut.
Dugaan mengenai Hamas yang menggunakan senjata pasokan Amerika Serikat dan sekutunya ke Ukraina pertama kali diungkap oleh mantan Presiden Rusia Dmitry Medvedev, yang mengeklaim bahwa peralatan tersebut sedang digunakan secara aktif di Israel.
Intelijen militer Kyiv merespons dengan menuduh Rusia mengirimkan senjata Barat yang direbut di Ukraina ke Hamas dalam operasi “bendera palsu” yang dirancang untuk membuat Kyiv terlihat buruk di mata para pendukungnya.
Israel tidak mengonfirmasi atau menyangkal klaim Medvedev soal dugaan senjata Ukraina jatuh ke tangan Hamas, namun menolak sindiran Ukraina mengenai keterlibatan Rusia dalam serangan Hamas dan menyebutnya sebagai “omong kosong belaka".
Dalam Operasi Badai al-Aqsa, Sabtu pekan lalu, milisi Hamas menembakkan ribuan roket ke Israel dalam hitungan menit, diikuti dengan serangan darat ke pemukiman, desa, dan kota-kota Israel selatan.
Pihak berwenang Israel mengatakan lebih dari 1.300 orang tewas dalam serangan mendadak itu. Tel Aviv menanggapinya dengan mendeklarasikan perang melawan Gaza.
Berbicara tentang konflik yang meningkat, Putin mencatat bahwa Israel sedang menghadapi serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya namun tanggapannya “cukup brutal".
Dia juga menawarkan mediasi Rusia, mengingat Moskow memiliki hubungan yang sangat baik dengan Israel, serta ikatan tradisional dengan Palestina. "Sehingga tidak ada yang curiga bahwa kami ingin memainkan semacam permainan," ujarnya.
(mas)