Israel Bikin Al-Aqsa Kritis, Palestina Minta Perlindungan DK PBB
A
A
A
NEW YORK - Utusan Palestina untuk PBB, Riyadh Mansour, mengatakan kepada Dewan Keamanan (DK) PBB bahwa situasi di kompleks Masjid Al-Aqsa berada di titik kritis akibat aksi nekat Israel.
Palestina meminta perlindungan DK PBB dari agenda nekat dan tindakan destruktif Israel.
Permintaan Palestina itu disampaikan Mansour dalam pidatonya di hadapan DK PBB hari Selasa.”Kebuntuan konflik agama berkembang dengan cepat saat Israel terus melakukan tindakan ilegal di Yerusalem Timur yang diduduki,” katanya.
Dia menuduh Israel berperilaku agresif dan melakukan pelanggaran provokatif atas status quo kompleks Masjid Al-Aqsa yang dikelola warga muslim.
Tuduhan itu merujuk pada penutupan singkat situs suci tersebut setelah serangan tiga pria bersenjata yang menewaskan dua polisi Israel pada 14 Juli. Israel membuka lagi masjid itu dengan aturan baru, yakni pemasangan CCTV dan detektor logam. Atas rekomendasi badan keamanan Israel, detektor logam telah dilepas kemarin.
”Kami jelas-jelas berada di titik kritis,” kata Mansour. ”Oleh karena itu, kami harus sekali lagi memperingatkan terhadap bahaya provokasi dan hasutan semacam itu, dan memicu siklus kekerasan lagi pastinya akan memiliki konsekuensi luas,” ujar Mansour, yang dilansir Al Jazeera, Rabu (26/7/2017).
Protes CCTV
Sementara itu, di Yerusalem Timur, para pemimpin muslim mendesak umat Islam untuk terus melakukan protes dengan salat di luar dan tidak memasuki kompleks suci tersebut, meski Israel melepas detektor logam yang telah memicu ketegangan.
Sheikh Najeh Bakirat, Kepala Urusan Masjid al-Aqsa, mengatakan pada hari Selasa bahwa tindakan Israel tersebut tidak memenuhi tuntutan para jemaah muslim karena kamera keamanan tetap ada.
Sheikh Raed Saleh, seorang pejabat di Masjid Al-Aqsa, mengatakan bahwa orang-orang Palestina akan tidak pernah menerima status yang ada saat ini. ”Kecuali jika semua yang ditambahkan (Israel) setelah 14 Juli telah dihapus,” ujarnya.
”Gambar sampai saat ini tidak jelas, mereka melakukannya di tengah malam, di sampul kegelapan, seperti kelelawar. Tuhan tahu apa yang akan kita bangun keesokan paginya,” lanjut Saleh.
Pemerintah Israel sebelumnya menyatakan bahwa mereka akan mengganti detektor logam dengan pengaturan keamanan baru sesuai teknologi canggih. Namun, butuh waktu enam bulan untuk memasangnya.
Palestina meminta perlindungan DK PBB dari agenda nekat dan tindakan destruktif Israel.
Permintaan Palestina itu disampaikan Mansour dalam pidatonya di hadapan DK PBB hari Selasa.”Kebuntuan konflik agama berkembang dengan cepat saat Israel terus melakukan tindakan ilegal di Yerusalem Timur yang diduduki,” katanya.
Dia menuduh Israel berperilaku agresif dan melakukan pelanggaran provokatif atas status quo kompleks Masjid Al-Aqsa yang dikelola warga muslim.
Tuduhan itu merujuk pada penutupan singkat situs suci tersebut setelah serangan tiga pria bersenjata yang menewaskan dua polisi Israel pada 14 Juli. Israel membuka lagi masjid itu dengan aturan baru, yakni pemasangan CCTV dan detektor logam. Atas rekomendasi badan keamanan Israel, detektor logam telah dilepas kemarin.
”Kami jelas-jelas berada di titik kritis,” kata Mansour. ”Oleh karena itu, kami harus sekali lagi memperingatkan terhadap bahaya provokasi dan hasutan semacam itu, dan memicu siklus kekerasan lagi pastinya akan memiliki konsekuensi luas,” ujar Mansour, yang dilansir Al Jazeera, Rabu (26/7/2017).
Protes CCTV
Sementara itu, di Yerusalem Timur, para pemimpin muslim mendesak umat Islam untuk terus melakukan protes dengan salat di luar dan tidak memasuki kompleks suci tersebut, meski Israel melepas detektor logam yang telah memicu ketegangan.
Sheikh Najeh Bakirat, Kepala Urusan Masjid al-Aqsa, mengatakan pada hari Selasa bahwa tindakan Israel tersebut tidak memenuhi tuntutan para jemaah muslim karena kamera keamanan tetap ada.
Sheikh Raed Saleh, seorang pejabat di Masjid Al-Aqsa, mengatakan bahwa orang-orang Palestina akan tidak pernah menerima status yang ada saat ini. ”Kecuali jika semua yang ditambahkan (Israel) setelah 14 Juli telah dihapus,” ujarnya.
”Gambar sampai saat ini tidak jelas, mereka melakukannya di tengah malam, di sampul kegelapan, seperti kelelawar. Tuhan tahu apa yang akan kita bangun keesokan paginya,” lanjut Saleh.
Pemerintah Israel sebelumnya menyatakan bahwa mereka akan mengganti detektor logam dengan pengaturan keamanan baru sesuai teknologi canggih. Namun, butuh waktu enam bulan untuk memasangnya.
(mas)