Perawan Lagi demi Calon Suami ala Perempuan Tunisia

Selasa, 20 Juni 2017 - 05:27 WIB
Perawan Lagi demi Calon Suami ala Perempuan Tunisia
Perawan Lagi demi Calon Suami ala Perempuan Tunisia
A A A
TUNIS - Di Tunisia, para perempuan muda memilih menjalani operasi bedah untuk menjadi perawanlagi saat mereka menikah. Mereka sadar praktik seperti itu sejatinya menipu calon suaminya, tapi menjadi perawan di hari pernikahan merupakan faktor penting.

Yasmine—bukan nama sebenarnya—terlihat gugup. Dia menggigit jari dan memeriksa telepon genggamnya terus-menerus. ”Saya menganggap ini sebagai penipuan dan saya benar-benar khawatir,” ucap Yasmine.

Yasmine tidak sendirian yang memilih menjadi perawan lagi lewat operasi bedah demi calon suami. Dia dan beberapa perempuan muda berada di lantai empat sebuah klinik swasta di Tunis, sebuah klinik layanan ginekologi. Di ruang tunggu klinik berwarna merah muda itu, seorang perempuan lain menunggu dengan sabar untuk dicek.

Yasmine mengatakan bahwa dia akan menjalani hymenoplasty, sebuah prosedur singkat yang menjanjikan layanan untuk merekonstruksi keperawanannya dengan pembedahan.

Seorang sosiolog, Samia Ellouni, mengatakan bahwa para perempuan Tunisia sadar betul telah hidup dalam masyarakat modern. Tapi, tidak banyak modernitas dalam hal seksualitas dan kebebasan wanita.

Pernikahan Yasmine dijadwalkan berlangsung dalam waktu dua bulan mendatang. Perempuan berusia 28 tahun tersebut khawatir suaminya akan mengetahui bahwa dia sebenarnya sudah tidak perawan.

Dia datang berkonsultasi dengan kekhawatiran bahwa pada suatu saat di masa depan kebenaran bisa terbongkar. ”Suatu hari saya mungkin secara tidak sengaja berbohong dalam percakapan dengan suami saya,” katanya. ”Atau suami saya mungkin memiliki kecurigaan.”

Di negara itu, ada beberapa laporan tentang perempuan muda yang bercerai sesaat setelah menikah karena suami mereka menduga istri-istrinya sudah tidak perawan.

Yasmine lahir di keluarga liberal dan menghabiskan bertahun-tahun tinggal di luar negeri. Dia takut tunangannya akan membatalkan pernikahan mereka jika mengetahui kebenaran tentang sejarah seksualnya.

”Saya berselingkuh sekali dengan seorang pria,” katanya. ”Saat itu, saya tidak bisa membayangkan betapa besarnya tekanan di masyarakat saya dan apa konsekuensinya,” lanjut Yasmine, seperti dikutip BBC, semalam (19/6/2017).

”Jadi sekarang saya takut, jika saya mengungkapkan ini kepada tunangan saya, saya yakin pernikahan kami akan dibatalkan,” imbuh Yasmine.

Yasmine sekarang harus membayar hampir USD400 (Rp5,3 juta) untuk prosedur yang akan memakan waktu sekitar 30 menit ini. Dia telah menabung uang itu selama beberapa bulan dan merahasiakannya dari keluarga dan tunangannya.

Dokter yang akan melaksanakan prosedur operasi untuk Yasmine adalah seorang ginekolog, yang disebut dengan nama singkat Rachid. Dia rata-rata melakukan dua hymenoplasty seminggu.

Rachid mengatakan 99 persen pasiennya dimotivasi oleh rasa takut bahwa mereka mungkin akan membuat malu keluarga dan keluarga calon suami.

Banyak perempuan seperti Yasmine berusaha menyamarkan kenyataan bahwa mereka sebenarnya tidak lagi perawan. Tapi, hilangnya keperawanan tidak sepenuhnya karena aktivitas seksual sebelum menikah.

”Ginekolog melakukan perbaikan selaput dara. Ini bukan hal yang luar biasa,” kata Rachid. ”Tapi di sini beberapa dokter menolak melakukannya. Saya pribadi melakukannya karena saya tidak setuju dengan mereka yang membuat keperawanan semacam hal yang sakral.”

"Ini sangat mengganggu saya, ini adalah manifestasi dari masyarakat yang didominasi laki-laki yang tercakup dalam beberapa prinsip keagamaan. Saya bersungguh-sungguh ketika saya mengatakan itu dominasi laki-laki dan saya akan terus perang habis-habisan untuk melawannya,” papar Rachid.

Sosiolog Samia Elloumi menambahkan; ”Dalam masyarakat Tunisia yang merupakan masyarakat terbuka ini, kita menjadi munafik.”

"Ada semacam konservatisme sosial yang dominan, yang sulit dibenarkan karena kita mengklaim hidup dalam masyarakat modern. Tetapi tidak banyak modernitas dalam hal seksualitas dan kebebasan perempuan.”
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3569 seconds (0.1#10.140)