Ukraina Boleh Gunakan Rudal Jerman untuk Serang Rusia
loading...
A
A
A
BERLIN - Ketua Komite Pertahanan Bundestag Marie-Agnes Strack-Zimmermann mendukung penyediaan rudal jelajah Taurus buatan Jerman kepada Ukraina.
Anggota parlemen tersebut juga berpendapat Kiev mempunyai hak menyerang sasaran di Crimea, dan di wilayah Rusia secara umum.
Sejauh ini, pemerintahan Kanselir Olaf Scholz enggan memasok rudal jarak jauh ke Kiev, meskipun sudah berulang kali diminta.
Dalam wawancara dengan surat kabar Berliner Morgenpost yang diterbitkan pada Sabtu (30/9/2023), Strack-Zimmermann berpendapat Berlin “sekarang harus segera mengirimkan Taurus,” karena pengerahan rudal jelajah tersebut dapat membantu militer Ukraina mengganggu jalur pasokan Rusia.
Ketika ditanya apakah dia mempunyai masalah dengan Kiev yang berpotensi menggunakan rudal-rudal tersebut untuk menyerang sasaran di tanah Rusia, anggota parlemen tersebut menjawab dengan negatif, dan menambahkan “itu termasuk Krimea.”
Menurut anggota parlemen tersebut, hukum internasional memberi Ukraina hak untuk “menyerang sasaran militer juga di wilayah agresor Rusia,” dengan menggunakan senjata apa pun yang mereka miliki, terlepas dari asal usulnya.
Namun, penggunaan rudal Taurus yang disengaja terhadap warga sipil akan dilarang, seperti halnya pengerahan pasukan Jerman ke Ukraina, jelas Strack-Zimmermann.
Ketika ditanya apakah dia khawatir atas potensi pemotongan bantuan Amerika Serikat ke Kiev jika Donald Trump menjadi presiden tahun depan, ketua Komite Pertahanan Bundestag mengakui, tanpa dukungan Washington, konflik akan berkembang secara berbeda.
Namun, dia menegaskan, jika Eropa bersatu dalam upayanya, maka mereka dapat memikul beban untuk mendukung Ukraina sendirian.
Meskipun Inggris dan Perancis dalam beberapa bulan terakhir telah memberikan rudal jarak jauh Storm Shadow dan SCALP-EG kepada Ukraina, pemerintah Jerman sejauh ini tidak mau melakukan hal yang sama.
Menjelaskan sikap ini, Kanselir Scholz mengatakan serangan Ukraina jauh ke wilayah Rusia dapat memicu eskalasi besar-besaran. Pejabat Jerman lainnya menyatakan AS belum melakukan tindakan serupa.
Rudal Taurus dapat membawa hulu ledak seberat 500 kilogram dan memiliki jangkauan sekitar 500 kilometer (300 mil).
Awal bulan ini, Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock mengatakan, meskipun dia sepenuhnya memahami keinginan Kiev mendapatkan roket-roket tersebut, “Pengiriman semacam itu bukanlah sesuatu yang dapat dilakukan dengan cepat karena setiap detail harus diselesaikan terlebih dahulu.”
Rusia secara konsisten memperingatkan negara-negara Barat agar tidak memasok senjata ke Kiev, dengan alasan hal itu hanya akan memperpanjang konflik, dan juga berisiko menimbulkan konfrontasi langsung antara NATO dan Moskow.
Anggota parlemen tersebut juga berpendapat Kiev mempunyai hak menyerang sasaran di Crimea, dan di wilayah Rusia secara umum.
Sejauh ini, pemerintahan Kanselir Olaf Scholz enggan memasok rudal jarak jauh ke Kiev, meskipun sudah berulang kali diminta.
Dalam wawancara dengan surat kabar Berliner Morgenpost yang diterbitkan pada Sabtu (30/9/2023), Strack-Zimmermann berpendapat Berlin “sekarang harus segera mengirimkan Taurus,” karena pengerahan rudal jelajah tersebut dapat membantu militer Ukraina mengganggu jalur pasokan Rusia.
Ketika ditanya apakah dia mempunyai masalah dengan Kiev yang berpotensi menggunakan rudal-rudal tersebut untuk menyerang sasaran di tanah Rusia, anggota parlemen tersebut menjawab dengan negatif, dan menambahkan “itu termasuk Krimea.”
Menurut anggota parlemen tersebut, hukum internasional memberi Ukraina hak untuk “menyerang sasaran militer juga di wilayah agresor Rusia,” dengan menggunakan senjata apa pun yang mereka miliki, terlepas dari asal usulnya.
Namun, penggunaan rudal Taurus yang disengaja terhadap warga sipil akan dilarang, seperti halnya pengerahan pasukan Jerman ke Ukraina, jelas Strack-Zimmermann.
Ketika ditanya apakah dia khawatir atas potensi pemotongan bantuan Amerika Serikat ke Kiev jika Donald Trump menjadi presiden tahun depan, ketua Komite Pertahanan Bundestag mengakui, tanpa dukungan Washington, konflik akan berkembang secara berbeda.
Namun, dia menegaskan, jika Eropa bersatu dalam upayanya, maka mereka dapat memikul beban untuk mendukung Ukraina sendirian.
Meskipun Inggris dan Perancis dalam beberapa bulan terakhir telah memberikan rudal jarak jauh Storm Shadow dan SCALP-EG kepada Ukraina, pemerintah Jerman sejauh ini tidak mau melakukan hal yang sama.
Menjelaskan sikap ini, Kanselir Scholz mengatakan serangan Ukraina jauh ke wilayah Rusia dapat memicu eskalasi besar-besaran. Pejabat Jerman lainnya menyatakan AS belum melakukan tindakan serupa.
Rudal Taurus dapat membawa hulu ledak seberat 500 kilogram dan memiliki jangkauan sekitar 500 kilometer (300 mil).
Awal bulan ini, Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock mengatakan, meskipun dia sepenuhnya memahami keinginan Kiev mendapatkan roket-roket tersebut, “Pengiriman semacam itu bukanlah sesuatu yang dapat dilakukan dengan cepat karena setiap detail harus diselesaikan terlebih dahulu.”
Rusia secara konsisten memperingatkan negara-negara Barat agar tidak memasok senjata ke Kiev, dengan alasan hal itu hanya akan memperpanjang konflik, dan juga berisiko menimbulkan konfrontasi langsung antara NATO dan Moskow.
(sya)