Negara NATO Ini Ingin Pasok Rudal S-300 yang Rusak ke Ukraina
loading...
A
A
A
SOFIA - Bulgaria, salah satu negara anggota NATO, ingin memberikan rudal anti-pesawat S-300 yang sudah rusak kepada Ukraina agar diperbaiki dan digunakan untuk perang melawan Rusia.
Pada 27 September, Parlemen Bulgaria melakukan pemungutan suara secara tertutup untuk mendukung pasokan rudal S-300 ke Kyiv.
Pihak berwenang Bulgaria mengatakan bahwa Kyiv akan dapat memperbaiki dan menggunakannya untuk tujuan pertahanan.
Sebelum pengambilan keputusan, ada perdebatan yang berlangsung lebih dari tiga jam—dimulai dari sesi terbuka namun berlanjut secara tertutup untuk mendengarkan penjelasan dari Kepala Departemen Pertahanan Brigadir Jenderal Petyo Mirchev dan orang kedua di komando Angkatan Udara.
Mengutip laporan Sofia Globe, Kamis (28/9/2023), hasil pasti dari pemungutan suara tertutup tidak diketahui. Juga tidak jelas mengapa pemungutan suara diadakan secara tertutup.
Sebelumnya, Komite Pertahanan Majelis Nasional Bulgaria menerima proposal agar Bulgaria mengirim rudal anti-pesawat yang rusak untuk sistem S-300 dan amunisi 5,56x45 mm ke Ukraina.
Senjata-senjata itu tidak lagi dibutuhkan oleh Bulgaria. Keputusan untuk memasok rudal S-300 ke Ukraina dilaporkan diambil dalam sidang luar biasa Majelis Nasional.
Para ahli dan Kementerian Pertahanan Bulgaria mengatakan bahwa rudal tersebut tidak dapat diperbaiki di Bulgaria, namun Ukraina memiliki fasilitas yang dapat memperbaikinya.
Hristo Gadzhev, Ketua Komite Pertahanan Parlemen, menyatakan dalam diskusi terbuka bahwa masalah tersebut melibatkan amunisi yang terlalu tua untuk diperbaiki bahkan oleh produsennya.
Gadzhev menyatakan bahwa jumlah rudal yang diberikan ke Ukraina akan minimal dan tidak akan membahayakan kesiapan tempur tentara Bulgaria dengan cara apapun.
Manfaat lainnya adalah tidak ada lagi bahaya bagi personel militer Bulgaria jika menyimpan amunisi yang buruk.
Sebelumnya, pemerintah Bulgaria menyetujui rancangan perjanjian antara Kementerian Dalam Negeri Bulgaria dan Kementerian Pertahanan Ukraina untuk penyediaan peralatan transportasi lapis baja secara gratis.
Pada 27 September, Parlemen Bulgaria melakukan pemungutan suara secara tertutup untuk mendukung pasokan rudal S-300 ke Kyiv.
Pihak berwenang Bulgaria mengatakan bahwa Kyiv akan dapat memperbaiki dan menggunakannya untuk tujuan pertahanan.
Sebelum pengambilan keputusan, ada perdebatan yang berlangsung lebih dari tiga jam—dimulai dari sesi terbuka namun berlanjut secara tertutup untuk mendengarkan penjelasan dari Kepala Departemen Pertahanan Brigadir Jenderal Petyo Mirchev dan orang kedua di komando Angkatan Udara.
Mengutip laporan Sofia Globe, Kamis (28/9/2023), hasil pasti dari pemungutan suara tertutup tidak diketahui. Juga tidak jelas mengapa pemungutan suara diadakan secara tertutup.
Sebelumnya, Komite Pertahanan Majelis Nasional Bulgaria menerima proposal agar Bulgaria mengirim rudal anti-pesawat yang rusak untuk sistem S-300 dan amunisi 5,56x45 mm ke Ukraina.
Senjata-senjata itu tidak lagi dibutuhkan oleh Bulgaria. Keputusan untuk memasok rudal S-300 ke Ukraina dilaporkan diambil dalam sidang luar biasa Majelis Nasional.
Para ahli dan Kementerian Pertahanan Bulgaria mengatakan bahwa rudal tersebut tidak dapat diperbaiki di Bulgaria, namun Ukraina memiliki fasilitas yang dapat memperbaikinya.
Hristo Gadzhev, Ketua Komite Pertahanan Parlemen, menyatakan dalam diskusi terbuka bahwa masalah tersebut melibatkan amunisi yang terlalu tua untuk diperbaiki bahkan oleh produsennya.
Gadzhev menyatakan bahwa jumlah rudal yang diberikan ke Ukraina akan minimal dan tidak akan membahayakan kesiapan tempur tentara Bulgaria dengan cara apapun.
Manfaat lainnya adalah tidak ada lagi bahaya bagi personel militer Bulgaria jika menyimpan amunisi yang buruk.
Sebelumnya, pemerintah Bulgaria menyetujui rancangan perjanjian antara Kementerian Dalam Negeri Bulgaria dan Kementerian Pertahanan Ukraina untuk penyediaan peralatan transportasi lapis baja secara gratis.
(mas)