Kunjungan Zelensky ke AS Dianggap Gagal, Akhir Segera Tiba bagi Ukraina?

Selasa, 26 September 2023 - 06:01 WIB
loading...
Kunjungan Zelensky ke...
Presiden AS Joe Biden bertemu dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky di Ruang Oval Gedung Putih di Washington, 21 September 2023. Foto/REUTERS/Kevin Lamarque
A A A
WASHINGTON - Kunjungan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky di Washington dan di PBB dalam perjalanannya ke Amerika Serikat (AS) pekan lalu kurang mendapat sambutan.

Dia juga dianggap tak mampu mencapai tujuan-tujuan utama. Para pengamat menilai perkembangan itu menunjukkan masa jabatannya telah berlalu dan akhir bagi Kiev sudah dekat.

Zelensky mengunjungi Washington pada Kamis pekan lalu untuk kedua kalinya sejak Rusia melancarkan operasi militer khususnya.

Berbeda dengan pendahulunya dari Partai Demokrat Nancy Pelosi, Ketua DPR Kevin McCarthy menolak permintaan Zelensky untuk berpidato di sesi gabungan Kongres AS.

Hal ini juga terjadi ketika majelis rendah Kongres sedang berjuang meloloskan rencana anggaran pengeluaran jangka pendek untuk menghindari penutupan pemerintah pada akhir bulan ini.

Di dalam anggaran itu juga termasuk berlanjutnya dukungan keuangan untuk Kiev yang menjadi salah satu hambatan di kalangan Partai Republik.

Biden memang mengumumkan paket keamanan baru untuk Kiev, meskipun paket itu tidak mencakup rudal jarak jauh ATACMS yang dicari Zelensky.

Namun, menurut laporan media, Biden selama kunjungan tersebut memberi tahu Zelensky bahwa AS akan mengirimkan sejumlah kecil ATACMS ke Ukraina untuk pertama kalinya.



Juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih menolak permintaan konfirmasi dan komentar dari Sputnik.

Pensiunan Letkol Angkatan Darat AS dan konsultan internasional Earl Rasmussen, mantan Wakil Presiden Institut Eurasia, mengatakan, “Pemimpin Ukraina gagal mencapai banyak tujuan selama kunjungannya ke AS, termasuk mengisolasi Rusia di Dewan Keamanan dan mendapatkan dukungan internasional yang lebih besar.”

“Dia juga tidak menerima sambutan yang kuat dari Kongres AS,” papar Rasmussen.

“Orang akan menilai petualangan di AS sebagai petualangan tanpa kegembiraan dan jelas ada kekecewaan,” lanjut Rasmussen.

“Tidak ada demonstrasi besar-besaran pro-Ukraina atau anti-Rusia di New York atau Washington. Aula Majelis PBB hanya setengah penuh untuk presentasinya, yang tampaknya lebih didasarkan pada dunia alternatif,” ungkap Rasmussen kepada Sputnik.

Dia menjelaskan, "Pada dasarnya kunjungan ini bukanlah suatu peristiwa, bahkan The New York Times menerbitkan artikel kritis sehari sebelum kemunculannya di PBB. Kebetulan? Kemungkinan besar tidak."

“Semua ini berarti satu hal, kenyataan yang harus dipahami Ukraina sekarang,” tutur Rasmussen.

“Akhirnya akan segera tiba bagi Zelensky dan Ukraina,” ujar Rasmussen. “Kekalahan militer sudah dekat... Pertanyaannya adalah apakah kita mencari penyelesaian dan mengakhiri pembunuhan, atau apakah kita meningkatkan eskalasi konflik untuk memperpanjang konflik dan sebagai hasilnya kita melihat lebih banyak korban jiwa dan peningkatan peluang terjadinya konflik langsung. "

Mantan analis Pentagon Chuck Spinney berspekulasi Zelensky mungkin menyadari kesempatannya untuk menggalang dukungan Barat untuk mendukung perjuangannya sekali lagi telah hilang.

"Saya pikir 'Momen Gereja' Zelensky yang palsu telah berlalu," ujar Spinney kepada Sputnik.

Bahasa tubuhnya menunjukkan dia tahu dia kehilangan kontak dengan para audiensnya.

Nicolai Petro, yang menjabat sebagai profesor studi politik di Universitas Rhode Island, mengatakan perjalanan Zelensky ke Amerika menghidupkan kembali minat publik terhadap isu Ukraina, namun dia harus menanggung keluhan dari beberapa sponsornya tentang kurangnya keberhasilan militer dan korupsi Ukraina.

“Sayangnya, hanya sedikit yang bisa dilakukan untuk mengatasi kedua hal ini,” papar Petro.

Dia menekankan, “Fakta bahwa lemahnya kontrol pengawasan atas pendanaan dan pengiriman militer ke Ukraina diperkirakan mengakibatkan hilangnya sebagian besar hal ini, tidak terungkap kemarin, sumber di Gedung Putih mengetahuinya pada April 2022 dan CBS News melaporkannya pada bulan Agustus 2022."

Korupsi yang meluas menyebabkan pemborosan dan penyalahgunaan sistem senjata yang dipasok AS dan NATO kemungkinan besar akan terus berlanjut, prediksi Petro.
(sya)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1438 seconds (0.1#10.140)