Rusia Disebut Incar Rudal Misterius Iran dengan Jangkauan 1.500 Km
loading...
A
A
A
TEHERAN - Rusia dilaporkan sedang berupaya untuk memperoleh rudal jelajah baru Iran. Misil yang masih misterius ini diklaim memiliki jangkauan sekitar 1.500 kilometer atau 930 mil.
Mengutip Newsweek, Jumat (22/9/2023), gelagat Moskow yang tertarik dengan senjata baru Iran itu terlihat ketika Menteri Pertahanan Sergei Shoigu mengamati dengan seksama misil tersebut selama kunjungannya pada Rabu lalu.
Dalam kunjungan Shoigu tersebut, Moskow menyatakan bahwa hubungan dengan Teheran mencapai titik tertinggi baru di tengah upaya perang Rusia di Ukraina.
Rudal jelajah baru yang diamati Shoigu terlihat tampak identik dengan rudal Quds-3. "[Rudal Quds-3 adalah] senjata yang digunakan oleh pasukan Houthi yang didukung Teheran di Yaman," tulis akun yang bernama "Iran Defense" di media sosial X—akun yang mengunggah video Shoigu mengamati rudal misterius tersebut.
"Rudal jelajah semacam itu akan sangat cocok untuk Rusia," lanjut akun tersebut.
Hanya ada sedikit rincian yang tersedia seputar pengembangan rudal ini, dan kemungkinan minat Rusia terhadap teknologi tersebut.
Pakar militer David Hambling membenarkan bahwa misil jelajah yang belum diketahui namanya itu terlihat sangat mirip dengan Quds-3 yang digunakan di Yaman. Hambling menduga Yaman merupakan tempat uji coba rudal jenis tersebut.
Shoigu mengunjungi Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran selama kunjungannya ke Iran pada Rabu lalu.
"Melihat senjata rudal dan kendaraan udara tak berawak, serta peralatan pertahanan udara buatan Iran,” kata Kementerian Pertahanan Rusia yang mengonfirmasi kunjungan Shoigu.
Gambar dan rekaman dari kunjungan tersebut menunjukkan bahwa Shoigu juga melihat amunisi anti-pesawat Iran yang "berkeliaran", yang dikenal sebagai rudal 358.
Iran telah mengembangkan kemampuan rudalnya, dan pada awal Agustus, Teheran dilaporkan mulai menguji rudal jelajah baru dengan mesin ramjet.
“Seperti rudal jelajah lainnya, Quds-3 ditenagai oleh mesin jet turbofan kecil, membuatnya jauh lebih cepat dibandingkan drone penyerang berpenggerak baling-baling seperti Shahed-136 yang dijual ke Rusia, dan memberinya peluang lebih baik untuk menembus pertahanan,” kata Hambling kepada Newsweek.
Mengutip Newsweek, Jumat (22/9/2023), gelagat Moskow yang tertarik dengan senjata baru Iran itu terlihat ketika Menteri Pertahanan Sergei Shoigu mengamati dengan seksama misil tersebut selama kunjungannya pada Rabu lalu.
Dalam kunjungan Shoigu tersebut, Moskow menyatakan bahwa hubungan dengan Teheran mencapai titik tertinggi baru di tengah upaya perang Rusia di Ukraina.
Rudal jelajah baru yang diamati Shoigu terlihat tampak identik dengan rudal Quds-3. "[Rudal Quds-3 adalah] senjata yang digunakan oleh pasukan Houthi yang didukung Teheran di Yaman," tulis akun yang bernama "Iran Defense" di media sosial X—akun yang mengunggah video Shoigu mengamati rudal misterius tersebut.
"Rudal jelajah semacam itu akan sangat cocok untuk Rusia," lanjut akun tersebut.
Hanya ada sedikit rincian yang tersedia seputar pengembangan rudal ini, dan kemungkinan minat Rusia terhadap teknologi tersebut.
Pakar militer David Hambling membenarkan bahwa misil jelajah yang belum diketahui namanya itu terlihat sangat mirip dengan Quds-3 yang digunakan di Yaman. Hambling menduga Yaman merupakan tempat uji coba rudal jenis tersebut.
Shoigu mengunjungi Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran selama kunjungannya ke Iran pada Rabu lalu.
"Melihat senjata rudal dan kendaraan udara tak berawak, serta peralatan pertahanan udara buatan Iran,” kata Kementerian Pertahanan Rusia yang mengonfirmasi kunjungan Shoigu.
Gambar dan rekaman dari kunjungan tersebut menunjukkan bahwa Shoigu juga melihat amunisi anti-pesawat Iran yang "berkeliaran", yang dikenal sebagai rudal 358.
Iran telah mengembangkan kemampuan rudalnya, dan pada awal Agustus, Teheran dilaporkan mulai menguji rudal jelajah baru dengan mesin ramjet.
“Seperti rudal jelajah lainnya, Quds-3 ditenagai oleh mesin jet turbofan kecil, membuatnya jauh lebih cepat dibandingkan drone penyerang berpenggerak baling-baling seperti Shahed-136 yang dijual ke Rusia, dan memberinya peluang lebih baik untuk menembus pertahanan,” kata Hambling kepada Newsweek.
(mas)