Ada Apa Gerangan ketika Ribuan Orang Yahudi Berkumpul di Uman, Ukraina?
loading...
A
A
A
Langkah mereka yang percaya diri terkadang membuat penduduk setempat menyingkir sambil membisikkan kata-kata kotor atau hinaan anti-Semit.
“Mentalitas kami berbeda,” aku Boris, 28, seorang relawan Yahudi-Ukraina bertubuh kekar yang paham bahasa Ibrani dan membantu polisi dan warga Uman memediasi konflik dengan para peziarah.
“Sulit bagi polisi tanpa kami karena mereka tidak bisa berbahasa Ibrani atau Inggris,” katanya.
Sebagian besar penduduk Uman menyambut baik Hasidim dan masuknya uang tunai yang mereka bawa ke Ukraina, salah satu negara termiskin di Eropa yang perekonomiannya menyusut sepertiga akibat perang.
“Ada momen-momen [negatif] tetapi hal itu diimbangi dengan peluang mendapatkan uang,” Aleks Melnik, yang tinggal di Jalan Pushkin, mengatakan kepada Al Jazeera.
Dia jauh lebih tidak senang dengan tindakan keamanan yang ketat di Uman, korupsi yang mewabah di Ukraina, dan cara pihak berwenang yang tidak transparan membelanjakan pembayaran wajib sebesar USD200 dari setiap jamaah.
Melnik, 42, mengatakan dia harus menunjukkan kartu identitasnya kepada petugas polisi yang menjaga jalan, dan tidak boleh mengemudikan mobilnya ke sana kecuali dia membayar suap sebesar USD100.
“Kami pasti bisa belajar dari mereka,” katanya sambil duduk di bangku yang berjarak kurang dari 50 meter (164 kaki) dari makam Nachman.
Lokasi makam tampak seperti sarang lebah yang bersenandung dengan suara doa ratusan pria yang menggelengkan kepala sambil memegang buku atau selebaran agama.
Anti-Semitisme dulunya merajalela di wilayah yang sekarang disebut Ukraina.
“Mentalitas kami berbeda,” aku Boris, 28, seorang relawan Yahudi-Ukraina bertubuh kekar yang paham bahasa Ibrani dan membantu polisi dan warga Uman memediasi konflik dengan para peziarah.
“Sulit bagi polisi tanpa kami karena mereka tidak bisa berbahasa Ibrani atau Inggris,” katanya.
Sebagian besar penduduk Uman menyambut baik Hasidim dan masuknya uang tunai yang mereka bawa ke Ukraina, salah satu negara termiskin di Eropa yang perekonomiannya menyusut sepertiga akibat perang.
“Ada momen-momen [negatif] tetapi hal itu diimbangi dengan peluang mendapatkan uang,” Aleks Melnik, yang tinggal di Jalan Pushkin, mengatakan kepada Al Jazeera.
Dia jauh lebih tidak senang dengan tindakan keamanan yang ketat di Uman, korupsi yang mewabah di Ukraina, dan cara pihak berwenang yang tidak transparan membelanjakan pembayaran wajib sebesar USD200 dari setiap jamaah.
Melnik, 42, mengatakan dia harus menunjukkan kartu identitasnya kepada petugas polisi yang menjaga jalan, dan tidak boleh mengemudikan mobilnya ke sana kecuali dia membayar suap sebesar USD100.
“Kami pasti bisa belajar dari mereka,” katanya sambil duduk di bangku yang berjarak kurang dari 50 meter (164 kaki) dari makam Nachman.
Lokasi makam tampak seperti sarang lebah yang bersenandung dengan suara doa ratusan pria yang menggelengkan kepala sambil memegang buku atau selebaran agama.
Anti-Semitisme dulunya merajalela di wilayah yang sekarang disebut Ukraina.