5 Keunggulan Rudal Hipersonik Kinzhal milik Rusia, dari Hulu Ledak Nuklir hingga Sulit Dicegat
loading...
A
A
A
MOSKOW - Kinzhal menjadi rudal hipersonik yang menjadi andalan bagi militer Rusia. Misil itu juga pernah digunakan untuk menyerang target khusus dalam perang di Ukraina.
Misil Kinzhal juga dipamerkan kepada pemimpin tertinggi Korea Utara Kim Jong Un ketika berkunjung ke Rusia.
Foto/Reuters
Kinzhal adalah rudal balistik yang diluncurkan dari udara yang mampu membawa hulu ledak nuklir atau konvensional.
Dilaporkan memiliki jangkauan 1.500 hingga 2.000 km (930 hingga 1.240 mil) sambil membawa muatan 480 kg. Kecepatannya bisa mencapai Mach 10 (12.250 kpj).
Kecepatan dan kemampuan rudal tersebut untuk bermanuver menuju sasaran membuat mereka sangat sulit dilacak dan ditembak jatuh.
“Hal ini juga dapat mengatasi pertahanan target yang sangat dipertahankan, seperti kapal induk. Pengembangan dan penyebaran sistem senjata hipersonik akan memberi negara-negara kemampuan serangan yang ditingkatkan secara signifikan dan, berpotensi, sarana untuk melakukan kekerasan. Hal ini khususnya akan terjadi ketika kekuatan regional utama, seperti Rusia, mungkin berusaha memaksa negara tetangganya, dengan memanfaatkan ancaman serangan hipersonik terhadap sasaran-sasaran penting," kata Bosbotinis, dilansir Inews.co.uk
“Dengan demikian, penyebaran kemampuan hipersonik ke negara-negara regional juga dapat mengganggu stabilitas dan mengganggu keseimbangan kekuatan lokal.”
Foto/Reuters
Kinzhal adalah salah satu dari enam senjata "generasi berikutnya" yang diungkapkan oleh Presiden Vladimir Putin dalam pidatonya pada bulan Maret 2018. Ia mengatakan senjata-senjata ini dapat menembus sistem pertahanan rudal yang sudah ada dan yang akan datang.
Putin mengatakan pada bulan Desember 2021, dua bulan sebelum invasi ke Ukraina, bahwa Rusia adalah pemimpin global dalam rudal hipersonik dan, ketika negara-negara lain menyusul, kemungkinan besar sudah mengembangkan teknologi untuk melawan senjata-senjata baru ini.
Misil Kinzhal juga dipamerkan kepada pemimpin tertinggi Korea Utara Kim Jong Un ketika berkunjung ke Rusia.
Berikut adalah 5 keunggulan rudal hipersonik Kinzhal yang dimiliki Rusia.
1. Mampu Membawa Hulu Ledak Nuklir
Foto/Reuters
Kinzhal adalah rudal balistik yang diluncurkan dari udara yang mampu membawa hulu ledak nuklir atau konvensional.
Dilaporkan memiliki jangkauan 1.500 hingga 2.000 km (930 hingga 1.240 mil) sambil membawa muatan 480 kg. Kecepatannya bisa mencapai Mach 10 (12.250 kpj).
Kecepatan dan kemampuan rudal tersebut untuk bermanuver menuju sasaran membuat mereka sangat sulit dilacak dan ditembak jatuh.
2. Hanya Menargetkan Tempat Khusus
James Bosbotinis, seorang spesialis pertahanan dan urusan internasional yang berbasis di Inggris, menjelaskan: “Rudal hipersonik menawarkan sejumlah keunggulan dibandingkan senjata subsonik dan supersonik, khususnya dalam kaitannya dengan target yang kritis terhadap waktu, misalnya peluncur rudal balistik bergerak, di mana kecepatan tambahan senjata hipersonik sangatlah berharga."“Hal ini juga dapat mengatasi pertahanan target yang sangat dipertahankan, seperti kapal induk. Pengembangan dan penyebaran sistem senjata hipersonik akan memberi negara-negara kemampuan serangan yang ditingkatkan secara signifikan dan, berpotensi, sarana untuk melakukan kekerasan. Hal ini khususnya akan terjadi ketika kekuatan regional utama, seperti Rusia, mungkin berusaha memaksa negara tetangganya, dengan memanfaatkan ancaman serangan hipersonik terhadap sasaran-sasaran penting," kata Bosbotinis, dilansir Inews.co.uk
“Dengan demikian, penyebaran kemampuan hipersonik ke negara-negara regional juga dapat mengganggu stabilitas dan mengganggu keseimbangan kekuatan lokal.”
3. Misil Generasi Berikutnya
Foto/Reuters
Kinzhal adalah salah satu dari enam senjata "generasi berikutnya" yang diungkapkan oleh Presiden Vladimir Putin dalam pidatonya pada bulan Maret 2018. Ia mengatakan senjata-senjata ini dapat menembus sistem pertahanan rudal yang sudah ada dan yang akan datang.
Putin mengatakan pada bulan Desember 2021, dua bulan sebelum invasi ke Ukraina, bahwa Rusia adalah pemimpin global dalam rudal hipersonik dan, ketika negara-negara lain menyusul, kemungkinan besar sudah mengembangkan teknologi untuk melawan senjata-senjata baru ini.