Pembuat Vaksin Hadapi Tantangan Produksi Terberat Dalam Sejarah

Minggu, 02 Agustus 2020 - 09:05 WIB
loading...
Pembuat Vaksin Hadapi Tantangan Produksi Terberat Dalam Sejarah
Pembuat Vaksin Hadapi Tantangan Produksi Terberat Dalam Sejarah
A A A
WASHINGTON - Mengembangkan vaksin Covid-19 dalam waktu singkat adalah pekerjaan yang sulit. Namun, memproduksi vaksin itu dalam jumlah yang sangat besar dan dalam waktu singkat, jauh lebih sulit.

Menurut beberapa pengembang dan produsen vaksin, dari mengerahkan para pakar di tengah pembatasan perjalanan global hingga mengelola kondisi penyimpanan yang ekstrem dan bahkan menemukan jenis botol, dan jarum suntik baru untuk milyaran dosis, dipenuhi rintangan yang berat.

Halangan apa pun dalam rantai pasokan yang belum teruji, yang dapat merentang dari Pune di India hingga Oxford di Inggris dan Baltimore di Amerika Serikat (AS), dapat menyebabkan penundaan dalam proses yang rumit.

(Baca: Menengok 5 Laboratorium Riset Sains dan Teknologi Terbaik di Dunia )

Kolonel Nelson Michael, Direktur Pusat Penelitian Penyakit Menular AS, yang bekerja pada proyek "Kecepatan Warp", proyek Washington untuk mengirimkan vaksin dalam skala besar pada Januari, mengatakan, perusahaan biasanya memiliki waktu bertahun-tahun untuk menyelesaikan masalah ini.

"Tapi, sekarang mereka hanya memiliki waktu beberapa minggu saja," ucap Michael, seperti dilansir Japan Today.

Banyak perhatian dunia difokuskan pada perlombaan ilmiah untuk mengembangkan vaksin. Namun di balik layar, para ahli menghadapi kenyataan yang lebih baik, yakni dunia mungkin tidak memiliki kapasitas yang cukup untuk membuat, mengemas, dan mendistribusikan miliaran dosis sekaligus.

Perusahaan dan pemerintah berlomba untuk meningkatkan mesin untuk mengatasi kekurangan kritis dalam pengisian otomatis dan kapasitas finishing, langkah terakhir dalam proses pembuatan vaksin.

"Ini adalah tantangan logistik terbesar di dunia yang pernah dihadapi. Kita bisa melihat kita akan memvaksin sekitar 60 persen dari populasi dunia," kata Toby Peters, seorang ahli teknik dan teknologi di universitas Birmingham, Inggris.

(Baca: 10 Negara Ini Menggaji Tinggi Para Ilmuwannya, Cek Daftarnya )
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2158 seconds (0.1#10.140)