Xi Jinping Dilaporkan Pecat Menhan China Terkait Skandal Korupsi
loading...
A
A
A
BEIJING - Presiden Xi Jinping dilaporkan telah memecat Menteri Pertahanan (Menhan) China Jenderal Li Shangfu. Laporan pemecatannya muncul di tengah upaya "bersih-bersih" di militer oleh pemerintah komunis.
Sebuah laporan di Financial Times (FT) mengutip tiga pejabat Amerika Serikat (AS) dan dua orang yang diberi pengarahan tentang intelijen, menyebutkan Presiden Xi Jinping memecat Jenderal Li dari jabatannya, menyusul tindakan serupa terhadap dua jenderal Pasukan Roket di Tentara Pembebasan Rakyat (PLA).
Investigasi terhadap Li berkaitan dengan pengadaan peralatan militer dan mencakup delapan pejabat senior dari unit pengadaan militer—yang dipimpin Li dari tahun 2017 hingga 2022 sebelum pengangkatannya sebagai menteri pertahanan. Komisi Inspeksi Disiplin Militer memimpin penyelidikan ini.
“Seperti yang ditulis Shakespeare di Hamlet, ‘Ada sesuatu yang busuk di negara bagian Denmark',” tulis Duta Besar AS untuk Jepang Rahm Emanuel di media sosial X sebagai sindiran atas skandal korupsi militer China.
"1: Menteri Pertahanan Li Shangfu tidak terlihat atau terdengar kabarnya selama 3 minggu; ke-2: Dia tidak hadir dalam perjalanannya ke Vietnam; Sekarang: Dia absen dari pertemuan yang dijadwalkan dengan Kepala Angkatan Laut Singapura karena dia ditempatkan sebagai tahanan rumah?" lanjut Emanuel.
“Mungkin akan ramai di sana,” imbuh Emanuel. "Kabar baiknya, saya dengar dia sudah melunasi hipoteknya dengan pengembang real estate Country Garden."
Emanuel sebelumnya memicu spekulasi mengenai pejabat militer China pekan lalu ketika dia pertama kali menulis bahwa pemerintah China semakin mirip dengan novel Agatha Christie; "And Then There Were None".
Jenderal Li Shangfu, yang ditunjuk sebagai Menhan China pada bulan Maret, belum muncul secara terbuka sejak 29 Agustus, ketika dia menyampaikan pidato di Forum Perdamaian dan Keamanan China-Afrika di Beijing.
Para pejabat internasional segera berspekulasi bahwa menghilangnya sang jenderal mungkin berkaitan dengan upaya Xi Jinping untuk memperkuat posisinya dan memberantas korupsi—sebuah posisi yang tampaknya didukung oleh para pejabat AS dengan keyakinan yang lebih kuat.
Sebuah laporan di Financial Times (FT) mengutip tiga pejabat Amerika Serikat (AS) dan dua orang yang diberi pengarahan tentang intelijen, menyebutkan Presiden Xi Jinping memecat Jenderal Li dari jabatannya, menyusul tindakan serupa terhadap dua jenderal Pasukan Roket di Tentara Pembebasan Rakyat (PLA).
Investigasi terhadap Li berkaitan dengan pengadaan peralatan militer dan mencakup delapan pejabat senior dari unit pengadaan militer—yang dipimpin Li dari tahun 2017 hingga 2022 sebelum pengangkatannya sebagai menteri pertahanan. Komisi Inspeksi Disiplin Militer memimpin penyelidikan ini.
“Seperti yang ditulis Shakespeare di Hamlet, ‘Ada sesuatu yang busuk di negara bagian Denmark',” tulis Duta Besar AS untuk Jepang Rahm Emanuel di media sosial X sebagai sindiran atas skandal korupsi militer China.
"1: Menteri Pertahanan Li Shangfu tidak terlihat atau terdengar kabarnya selama 3 minggu; ke-2: Dia tidak hadir dalam perjalanannya ke Vietnam; Sekarang: Dia absen dari pertemuan yang dijadwalkan dengan Kepala Angkatan Laut Singapura karena dia ditempatkan sebagai tahanan rumah?" lanjut Emanuel.
“Mungkin akan ramai di sana,” imbuh Emanuel. "Kabar baiknya, saya dengar dia sudah melunasi hipoteknya dengan pengembang real estate Country Garden."
Emanuel sebelumnya memicu spekulasi mengenai pejabat militer China pekan lalu ketika dia pertama kali menulis bahwa pemerintah China semakin mirip dengan novel Agatha Christie; "And Then There Were None".
Jenderal Li Shangfu, yang ditunjuk sebagai Menhan China pada bulan Maret, belum muncul secara terbuka sejak 29 Agustus, ketika dia menyampaikan pidato di Forum Perdamaian dan Keamanan China-Afrika di Beijing.
Para pejabat internasional segera berspekulasi bahwa menghilangnya sang jenderal mungkin berkaitan dengan upaya Xi Jinping untuk memperkuat posisinya dan memberantas korupsi—sebuah posisi yang tampaknya didukung oleh para pejabat AS dengan keyakinan yang lebih kuat.