Tahun Lalu Hanya Tos Tinju, Mohammed bin Salman dan Biden Sekarang Salaman

Senin, 11 September 2023 - 08:20 WIB
loading...
Tahun Lalu Hanya Tos...
Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman berjabat tangan dengan Presiden AS Joe Biden di sela-sela KTT G20 di New Delhi, India. Tahun lalu, kedua pemimpin ini hanya tos tinju saat bertemu. Foto/X via WION
A A A
NEW DELHI - Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman dan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden secara terbuka berjabat tangan pada KTT G20 di New Delhi, India.

Pemandangan ini kontras dengan tahun lalu ketika keduanya hanya melakukan "tos tinju" saat Biden berkunjung ke kerajaan. Adegan "tos tinju" Biden itu mendapat kecaman di AS karena dia melakukannya dengan Putra Mahkota Saudi, yang menurut intelijen AS memerintahkan pembunuhan jurnalis Washington Post Jamal Khashoggi.

Interaksi terbaru kedua pemimpin itu terjadi ketika mereka mengumumkan partisipasi negara masing-masing dalam kemitraan infrastruktur dan ekonomi internasional untuk mempromosikan Koridor Ekonomi India-Timur Tengah-Eropa yang baru.

“Ini adalah investasi regional yang mengubah keadaan,” kata Biden pada acara tersebut, sambil berterima kasih kepada para pemimpin dunia yang mendukungnya.



Khashoggi adalah jurnalis yang sering menulis kolom kritis terhadap pemerintah Saudi. Pada tahun 2018, setelah memasuki konsulat Arab Saudi di Istanbul, dia dieksekusi dan dimutilasi. CIA, di bawah pemerintahan Donald Trump, merilis laporan yang menyatakan Pangeran Mohammed bin Salman memerintahkan pembunuhan tersebut.

Setelah pertemuan Biden pada bulan Juli 2022 dengan Pangeran Mohammed bin Salman di Istana Al Salam di Jeddah, yang sebagian digunakan oleh presiden untuk meningkatkan prioritas energi AS, Biden menertawakan pertanyaan wartawan tentang saling sapa di antara mereka.

Fred Ryan, penerbit The Washington Post pada saat itu, menyebut interaksi tersebut “memalukan".

Hubungan berkelanjutan antara kedua pemimpin ini telah menuai kritik terhadap catatan hak asasi manusia (HAM) Arab Saudi, yang mencakup pembatasan agama yang ketat, penyiksaan yang disetujui negara, dan penindasan terhadap media.

Arab Saudi dan Rusia sama-sama memperpanjang pengurangan produksi minyak secara sukarela hingga akhir tahun pada Selasa pekan lalu, yang mendorong lonjakan tajam harga barel minyak ke puncak yang belum pernah terjadi sejak November lalu.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1643 seconds (0.1#10.140)