Abu Sayyaf Penggal Sandera Sakit-sakitan karena Hambat Pergerakan

Senin, 17 April 2017 - 10:38 WIB
Abu Sayyaf Penggal Sandera Sakit-sakitan karena Hambat Pergerakan
Abu Sayyaf Penggal Sandera Sakit-sakitan karena Hambat Pergerakan
A A A
MANILA - Militer Filipina mengatakan, milisi Abu Sayyaf telah memenggal salah satu dari empat nelayan Filipina yang disandera sejak Desember lalu. Alasan eksekusi itu, karena sandera sudah sakit-sakitan dan dianggap menghambat pergerakan mereka.

Komandan militer pulau Jolo, Filipina, Brigadir Jenderal Cirilito Sobejana, mengatakan sandera yang dieksekusi penggal adalah kapten kapal Filipina, Noel Besconde. Eksekusi dilakukan di hutan dekat Patikul pada hari Kamis pekan lalu. Namun, jasad korban belum ditemukan.

Noel diculik bersama dengan tiga awak kapal oleh kelompok Abu Sayyaf—kelompok yang memiliki hubungan dengan kelompok Islamic State (ISIS)—pada bulan Desember saat berlayar di dekat Laut Sulawesi.

”Alasan mengapa dia dipenggal adalah dia menghambat gerakan mereka,” kata Sobejana. ”Mereka (milisi Abu Sayyaf) sangat mobile dan kita mengejar mereka,” ujarnya, seperti dilansir Reuters, Senin (17/4/2017).

Pasukan Filipina belum menemukan tubuh Noel. Tapi, Sobejana mengatakan bahwa militer Filipina sudah menerima video pemenggalan tersebut.

Menurut Sobejana, kelompok penculik itu menuntut uang tebusan sekitar USD60.500 untuk pembebasan Noel. Tapi, pemerintah Filipina mempertahankan kebijakannya untuk menolak membayar tebusan kepada kelompok penculik.

Militer Filipina menambahkan, perang habis-habisan telah diluncurkan untuk melawan Abu Sayyaf di pulau Jolo dan Basilan. Namun, perang ini terkendala karena Abu Sayyaf menyusup di antara masyarakat sipil dalam jumlah besar.

Hingga kini, kelompok Abu Sayyaf masih menyandera kru Noel bersama dengan lebih dari selusin warga negara asing di Jolo, yang merupakan pulau utama dari Provinsi Sulu.

Pada tahun lalu, kelompok Abu Sayyaf memenggal sandera asal Kanada John Ridsdel dan Robert Hall. Kemudian, pada Februari lalu, sandera sal Jerman, Jurgen Kantner, juga bernasib serupa ketika permintaan uang tebusan sebesar USD600.000 tidak dibayar.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5425 seconds (0.1#10.140)