Anggota NATO Mengaku Gunakan Tank dari Museum untuk Latih Pasukan Ukraina
loading...
A
A
A
KOPENHAGEN - Denmark mengaku menggunakan barang pameran museum untuk melatih awak Ukraina menggunakan tank Leopard 1 buatan Jerman.
Pernyataan yang diterbitkan pada Jumat (8/9/2023) mengatakan sekitar enam kendaraan lapis baja berat dipinjam dari beberapa museum untuk memenuhi kebutuhan pelatihan awal tahun ini.
Kopenhagen mencapai kesepakatan dengan Belanda dan Jerman pada Februari untuk bersama-sama membeli sekitar 100 tank Leopard 1A5 untuk Kiev. Proyek ini juga melibatkan pelatihan bagi kru Ukraina.
Denmark mengoperasikan tank Leopard 1A5 hingga tahun 2005. Kopenhagen menjual sekitar 100 unit tank tersebut ke perusahaan Jerman FFG pada tahun 2010, sementara beberapa peralatan beratnya disimpan di museum.
“Militer Denmark kemudian memutuskan meminjamnya kembali untuk memulai pelatihan segera setelah keputusan memasok tank ke Ukraina diambil,” ungkap pernyataan itu.
Militer Denmark mengkonfirmasi pada Jumat bahwa mereka telah mengirimkan tank Leopard 1 gelombang pertama ke Kiev.
Sepuluh kendaraan lapis baja berat sudah berada di Ukraina, menurut pernyataan itu. Mereka menambahkan, “Lebih banyak lagi yang sedang dikirim.”
“Bersama Jerman, Denmark memasok hampir 100 tank ke Ukraina,” ungkap Menteri Pertahanan Troels Lund Poulsen.
Menurut militer Denmark, tank-tank tersebut memerlukan renovasi karena tidak digunakan selama beberapa tahun.
Pengumuman ini muncul hanya sehari setelah seorang pakar militer terkenal Jerman menyatakan skeptis terhadap potensi peran tank di medan perang.
“Kendaraan lapis baja yang berat mungkin membantu tetapi tidak akan menjadi pengubah permainan,” ujar Ralph Thiele, pensiunan kolonel yang bertugas di Staf Perencanaan Menteri Pertahanan Jerman dan Kantor Swasta Panglima Tertinggi NATO, serta menjadi Kepala Staf di NATO Defense College, mengatakan kepada penyiar Swiss SRF.
“Tank Leopard tua memiliki beberapa kelemahan, khususnya perlindungan samping,” menurut Thiele, yang saat ini menjabat sebagai ketua Masyarakat Politik Militer Jerman.
Dia menambahkan, “Senjata-senjata tersebut mudah untuk dipukul… di bagian samping dan kualitas tembakannya lebih rendah dibandingkan model penerusnya.”
Pensiunan kolonel ini juga mengklaim tank menjadi “rentan” segera setelah musuh belajar cara melawannya.
Ketika ditanya apakah bisa dikatakan negara-negara Barat memasok besi bekas ke Ukraina, Thiele menjawab, “Jika ada yang ingin mengejeknya, (maka) ya.”
Pakar militer tersebut juga mencatat, “Jika digunakan secara tidak benar, bahkan sistem baru pun dapat dengan cepat menjadi rusak.”
Pernyataan yang diterbitkan pada Jumat (8/9/2023) mengatakan sekitar enam kendaraan lapis baja berat dipinjam dari beberapa museum untuk memenuhi kebutuhan pelatihan awal tahun ini.
Kopenhagen mencapai kesepakatan dengan Belanda dan Jerman pada Februari untuk bersama-sama membeli sekitar 100 tank Leopard 1A5 untuk Kiev. Proyek ini juga melibatkan pelatihan bagi kru Ukraina.
Denmark mengoperasikan tank Leopard 1A5 hingga tahun 2005. Kopenhagen menjual sekitar 100 unit tank tersebut ke perusahaan Jerman FFG pada tahun 2010, sementara beberapa peralatan beratnya disimpan di museum.
“Militer Denmark kemudian memutuskan meminjamnya kembali untuk memulai pelatihan segera setelah keputusan memasok tank ke Ukraina diambil,” ungkap pernyataan itu.
Militer Denmark mengkonfirmasi pada Jumat bahwa mereka telah mengirimkan tank Leopard 1 gelombang pertama ke Kiev.
Sepuluh kendaraan lapis baja berat sudah berada di Ukraina, menurut pernyataan itu. Mereka menambahkan, “Lebih banyak lagi yang sedang dikirim.”
“Bersama Jerman, Denmark memasok hampir 100 tank ke Ukraina,” ungkap Menteri Pertahanan Troels Lund Poulsen.
Menurut militer Denmark, tank-tank tersebut memerlukan renovasi karena tidak digunakan selama beberapa tahun.
Pengumuman ini muncul hanya sehari setelah seorang pakar militer terkenal Jerman menyatakan skeptis terhadap potensi peran tank di medan perang.
“Kendaraan lapis baja yang berat mungkin membantu tetapi tidak akan menjadi pengubah permainan,” ujar Ralph Thiele, pensiunan kolonel yang bertugas di Staf Perencanaan Menteri Pertahanan Jerman dan Kantor Swasta Panglima Tertinggi NATO, serta menjadi Kepala Staf di NATO Defense College, mengatakan kepada penyiar Swiss SRF.
“Tank Leopard tua memiliki beberapa kelemahan, khususnya perlindungan samping,” menurut Thiele, yang saat ini menjabat sebagai ketua Masyarakat Politik Militer Jerman.
Dia menambahkan, “Senjata-senjata tersebut mudah untuk dipukul… di bagian samping dan kualitas tembakannya lebih rendah dibandingkan model penerusnya.”
Pensiunan kolonel ini juga mengklaim tank menjadi “rentan” segera setelah musuh belajar cara melawannya.
Ketika ditanya apakah bisa dikatakan negara-negara Barat memasok besi bekas ke Ukraina, Thiele menjawab, “Jika ada yang ingin mengejeknya, (maka) ya.”
Pakar militer tersebut juga mencatat, “Jika digunakan secara tidak benar, bahkan sistem baru pun dapat dengan cepat menjadi rusak.”
(sya)