Iran Tuding Mossad Israel Berencana Sabotase Rudalnya
loading...
A
A
A
TEHERAN - Iran menuduh intelijen Israel , Mossad , berencana menjual suku cadang yang “rusak” untuk program rudal balistik Teheran melalui pemasok asing. Teheran juga mengklaim bahwa komponen cacat tersebut dirancang untuk meledak.
Wakil Menteri Pertahanan Iran, Brigadir Jenderal Reza Talaei-Nik, melontarkan tuduhan tersebut di TV pemerintah pada Kamis malam. Ia mengatakan intelijen Iran telah mengungkap operasi sabotase bertahun-tahun yang dimaksudkan untuk mengganggu perkembangan militer negara tersebut.
“Pasukan intelijen kami mendeteksi konektor tersebut sebelum memasuki sistem rudal,” kata pejabat tersebut, mengacu pada bagian-bagian rudal yang tidak berfungsi.
“Musuh tidak mengerti bahwa kami mendeteksi (rencana mereka), yang berarti mereka ingin mengejutkan kami dengan operasi sistem pertahanan namun mereka terkejut,” imbuhnya seperti dikutip dari RT, Sabtu (2/9/2023).
Dia menambahkan bahwa operasi tersebut akan melumpuhkan peralatan militer canggih dan menimbulkan kerugian jutaan dolar bagi pemerintah jika hal itu tidak diketahui, dan mengatakan bahwa Kementerian Pertahanan telah mengidentifikasi serta menghilangkan konektor bermasalah tersebut dari program rudal.
Talaei-Nik selanjutnya menjelaskan bahwa Teheran pertama kali diberi tahu tentang kemungkinan sabotase semacam itu sembilan tahun lalu, ketika badan intelijen menemukan bahwa Mossad Israel berfokus pada beberapa bidang dalam industri pertahanan, termasuk konektornya.
Dia mengatakan agen-agen Israel bekerja melalui jaringan profesional yang menyamar sebagai pemasok asing yang sah, dan diam-diam memasukkan suku cadang yang rusak dalam pengiriman ke Iran.
Wakil Menteri Pertahanan Iran itu menambahkan bahwa Teheran tidak akan ragu untuk mengambil tindakan hukum terhadap negara mana pun yang mungkin berkolaborasi dalam rencana tersebut. Meskipun ia tidak merinci negara lain yang terlibat, laporan New York Times pada tahun 2019 menyatakan bahwa Presiden AS saat itu Donald Trump telah menghidupkan kembali program rahasia Amerika untuk menyabotase rudal dan roket Iran, yang pertama kali dibuat pada masa pemerintahan Presiden George W. Bush. Tidak jelas apakah proyek yang sama akan berlanjut di bawah kepemimpinan penerus Trump.
Dugaan rencana sabotase Israel pertama kali dilaporkan oleh media Iran awal pekan ini, mengutip seorang pejabat yang tidak disebutkan namanya di Organisasi Intelijen Kementerian Pertahanan.
Sumber tersebut mencatat bahwa pemasok suku cadang tersebut bekerja di bawah perintah langsung dari Mossad, dan mengklaim bahwa mereka bertujuan untuk mengubah rudal yang diproduksi menjadi alat peledak untuk membahayakan lini industri dan karyawan yang bekerja di bidang senjata.
Sebuah siaran di TV pemerintah Iran juga menunjukkan bagian-bagian tersebut, mengatakan bahwa komponen-komponen itu bertanggung jawab untuk menghubungkan jaringan komputer rudal balistik buatan Iran, serta drone.
Teheran menuduh Tel Aviv melakukan operasi sabotase serupa di masa lalu, termasuk setelah ledakan besar di kompleks militer Parchin Iran tahun lalu. Ledakan misterius lainnya juga mengguncang program luar angkasa dan nuklir negara tersebut, meskipun para pejabat Israel secara konsisten membantah terlibat.
Wakil Menteri Pertahanan Iran, Brigadir Jenderal Reza Talaei-Nik, melontarkan tuduhan tersebut di TV pemerintah pada Kamis malam. Ia mengatakan intelijen Iran telah mengungkap operasi sabotase bertahun-tahun yang dimaksudkan untuk mengganggu perkembangan militer negara tersebut.
“Pasukan intelijen kami mendeteksi konektor tersebut sebelum memasuki sistem rudal,” kata pejabat tersebut, mengacu pada bagian-bagian rudal yang tidak berfungsi.
“Musuh tidak mengerti bahwa kami mendeteksi (rencana mereka), yang berarti mereka ingin mengejutkan kami dengan operasi sistem pertahanan namun mereka terkejut,” imbuhnya seperti dikutip dari RT, Sabtu (2/9/2023).
Dia menambahkan bahwa operasi tersebut akan melumpuhkan peralatan militer canggih dan menimbulkan kerugian jutaan dolar bagi pemerintah jika hal itu tidak diketahui, dan mengatakan bahwa Kementerian Pertahanan telah mengidentifikasi serta menghilangkan konektor bermasalah tersebut dari program rudal.
Talaei-Nik selanjutnya menjelaskan bahwa Teheran pertama kali diberi tahu tentang kemungkinan sabotase semacam itu sembilan tahun lalu, ketika badan intelijen menemukan bahwa Mossad Israel berfokus pada beberapa bidang dalam industri pertahanan, termasuk konektornya.
Dia mengatakan agen-agen Israel bekerja melalui jaringan profesional yang menyamar sebagai pemasok asing yang sah, dan diam-diam memasukkan suku cadang yang rusak dalam pengiriman ke Iran.
Wakil Menteri Pertahanan Iran itu menambahkan bahwa Teheran tidak akan ragu untuk mengambil tindakan hukum terhadap negara mana pun yang mungkin berkolaborasi dalam rencana tersebut. Meskipun ia tidak merinci negara lain yang terlibat, laporan New York Times pada tahun 2019 menyatakan bahwa Presiden AS saat itu Donald Trump telah menghidupkan kembali program rahasia Amerika untuk menyabotase rudal dan roket Iran, yang pertama kali dibuat pada masa pemerintahan Presiden George W. Bush. Tidak jelas apakah proyek yang sama akan berlanjut di bawah kepemimpinan penerus Trump.
Dugaan rencana sabotase Israel pertama kali dilaporkan oleh media Iran awal pekan ini, mengutip seorang pejabat yang tidak disebutkan namanya di Organisasi Intelijen Kementerian Pertahanan.
Sumber tersebut mencatat bahwa pemasok suku cadang tersebut bekerja di bawah perintah langsung dari Mossad, dan mengklaim bahwa mereka bertujuan untuk mengubah rudal yang diproduksi menjadi alat peledak untuk membahayakan lini industri dan karyawan yang bekerja di bidang senjata.
Sebuah siaran di TV pemerintah Iran juga menunjukkan bagian-bagian tersebut, mengatakan bahwa komponen-komponen itu bertanggung jawab untuk menghubungkan jaringan komputer rudal balistik buatan Iran, serta drone.
Teheran menuduh Tel Aviv melakukan operasi sabotase serupa di masa lalu, termasuk setelah ledakan besar di kompleks militer Parchin Iran tahun lalu. Ledakan misterius lainnya juga mengguncang program luar angkasa dan nuklir negara tersebut, meskipun para pejabat Israel secara konsisten membantah terlibat.
(ian)