Ukraina Kesal Serangan Balik ke Rusia Dicap Lambat, Minta Pengkritik Tutup Mulut

Jum'at, 01 September 2023 - 08:01 WIB
loading...
Ukraina Kesal Serangan...
Ukraina kesal dengan para pengkritik yang menyebut serangan balik terhadap pasukan Ukraina berjalan lambat. Foto/REUTERS
A A A
TOLEDO - Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba kesal dengan para pengkritik di Barat yang tidak terkesan dengan serangan balik Kyiv terhadap pasukan Rusia.

Dia lantas menyarankan kepada pihak yang mengkritik operasi kontraofensif Kyiv untuk pergi ke garis depan dan melawan tentara Moskow.

“Mengkritik lambannya serangan balasan sama dengan meludahi wajah tentara Ukraina yang mengorbankan nyawanya setiap hari,” kesal Kuleba kepada wartawan pada hari Kamis di sela-sela pertemuan para menteri luar negeri Uni Eropa di kota Toledo, Spanyol.



"Saya akan merekomendasikan semua kritikus untuk tutup mulut, datang ke Ukraina dan mencoba membebaskan satu sentimeter persegi sendiri,” lanjut Kuleba, seperti dikutip Reuters, Jumat (1/9/2023).

Kata-katanya muncul setelah Kuleba mendesak negara-negara anggota Uni Eropa untuk memasok lebih banyak senjata mematikan ke Kyiv, termasuk rudal jarak jauh, kendaraan lapis baja dan sistem pertahanan udara.

Dia juga memperingatkan bahwa Moskow sedang meningkatkan produksi rudalnya.

“Kita harus menghilangkan kemampuan Rusia untuk memproduksi rudal dan drone. Kami melihat produksinya meningkat, dan mereka menggunakan unsur-unsur Barat, dan suku cadang Barat,” kata Kuleba.

Diplomat Kyiv ini meminta Barat untuk menindak pemasok yang diduga menghindari sanksi yang dijatuhkan Washington dan sekutunya terhadap Moskow.

Kuleba juga secara khusus meminta sistem pertahanan udara negara-negara Barat untuk melindungi apa yang disebutnya sebagai “jalur laut alternatif” yang menyalurkan produk pertanian Ukraina ke pasar luar negeri. Permintaan itu disampaikan setelah Rusia menghentikan partisipasinya dalam kesepakatan gandum yang juga dikenal sebagai Inisiatif Laut Hitam.

Moskow menarik diri dari perjanjian yang ditengahi PBB dan Turki pada bulan Juli, dengan alasan kegagalan negara-negara Barat untuk mencabut sanksi yang menghambat ekspor pertanian Rusia.

Pihak Rusia juga mengatakan siap untuk kembali ke kesepakatan setelah persyaratannya terpenuhi.

Kata-kata Kuleba muncul ketika serangan balasan Ukraina terus berlanjut, namun gagal membuahkan hasil nyata dalam waktu hampir tiga bulan sejak diluncurkan. Pasukan Ukraina juga menderita kerugian besar dalam operasi tersebut, baik personel maupun peralatan.

Menurut Kementerian Pertahanan Rusia, secara khusus, pasukan Kyiv telah kehilangan 25 tank Leopard buatan Jerman, 21 kendaraan tempur infanteri Bradley buatan AS, dan lebih dari 70 howitzer M777 Amerika dalam dua bulan pertama serangan balasan.

Perkembangan seperti ini telah mendorong banyak mantan dan pejabat NATO dan pejabat Eropa mempertanyakan prospek operasi tersebut serta strategi Barat dalam mempersenjatai Kyiv.

Pada pertengahan Agustus, kepala staf Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg, Stian Jenssen, menyarankan agar Ukraina melepaskan klaim teritorialnya dengan imbalan perdamaian dan keanggotaan NATO.

Kata-katanya memicu reaksi marah di Kyiv, memaksa pejabat tersebut untuk meminta maaf.
(mas)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1564 seconds (0.1#10.140)