Pesawat Pembawa Warga Israel Mendarat Darurat di Jeddah, Netanyahu: Terima Kasih Arab Saudi
loading...
A
A
A
TEL AVIV - Sebuah pesawat yang membawa warga Israel pulang dari negara kepulauan Seychelles di Samudra Hindia mendarat darurat di Jeddah sebelum terbang kembali ke Tel Aviv.
Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu beterima kasih kepada Arab Saudi karena telah mengizinkan pesawat itu mendarat darurat di Jeddah pada Senin malam.
Dia memuji Riyadh, menyebutnya sebagai tanda niat baik ketika Amerika Serikat berupaya menengahi upaya hubungan formal antara Arab Saudi dan Israel.
“Saya sangat menghargai sikap hangat pemerintah Saudi terhadap penumpang Israel yang penerbangannya mengalami kesulitan,” katanya dalam video yang direkam dalam bahasa Ibrani dengan teks bahasa Arab, sambil menunjuk ke arah peta wilayah di belakangnya.
“Saya sangat menghargai hubungan bertetangga yang baik," ujarnya, seperti dikutip Al Jazeera, Rabu (30/8/2023).
Penerbangan Air Seychelles yang membawa 128 penumpang mendarat darurat di Jeddah pada Senin karena gangguan listrik.
Kementerian Luar Negeri Israel mengatakan para penumpang bermalam di hotel bandara di Jeddah dan diterbangkan kembali oleh maskapai dengan pesawat alternatif.
Data pelacakan dari FlightRadar24 menunjukkan pesawat Airbus A320 Air Seychelles, penerbangan HM22, dialihkan ke Jeddah pada Senin malam saat berada di atas Laut Merah. Maskapai ini tidak menanggapi permintaan komentar.
Air Seychelles A320 lainnya terbang ke Jeddah pada hari Selasa dari Dubai untuk menjemput para pelancong dan membawa mereka ke Tel Aviv.
Para penumpang keluar dari Bandara Internasional Ben Gurion Israel pada Selasa malam, beberapa di antaranya tampak terkejut dengan segerombolan wartawan, fotografer, dan balon pesta yang menyambut mereka.
Dalam wawancara dengan media Israel, para penumpang mengatakan pengalaman mereka di Jeddah menyenangkan, bahkan beberapa warga Saudi bahkan menyapa mereka dalam bahasa Ibrani.
“Sambutan yang kami dapatkan dari pihak Saudi sangat mengejutkan,” Emmanuelle Arbel, salah satu penumpang, mengatakan kepada Radio 103FM, yang dikutip Times of Israel.
“Mereka mengatakan kepada kami 'Sama-sama' dan tersenyum. Sebenarnya, kami tidak mengharapkan hal ini.”
Belum ada reaksi langsung dari pemerintah Arab Saudi.
Pada Juli 2022, Arab Saudi mencabut larangan penerbangan Israel selama kunjungan Presiden AS Joe Biden ke kerajaan tersebut.
Meskipun Arab Saudi bukan salah satu negara Teluk dan Arab yang menormalisasi hubungan dengan Israel sebagai bagian dari Perjanjian Abraham tahun 2020 yang ditengahi AS, spekulasi mengenai kesepakatan normalisasi yang akan datang semakin berkembang.
Israel dan Arab Saudi tidak memiliki hubungan resmi, meskipun mereka telah mengembangkan hubungan informal yang kuat dalam beberapa tahun terakhir karena kekhawatiran mereka mengenai semakin besarnya pengaruh Iran di wilayah tersebut.
Kesepakatan normalisasi dengan Arab Saudi, negara Arab paling kuat dan terkaya, berpotensi mengubah kawasan dan meningkatkan posisi Israel dalam sejarah.
Namun menjadi perantara kesepakatan semacam itu merupakan sebuah tantangan berat karena kerajaan tersebut telah mengatakan bahwa mereka tidak akan secara resmi mengakui Israel sebelum adanya resolusi terhadap konflik Israel-Palestina yang telah berlangsung selama beberapa dekade.
Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu beterima kasih kepada Arab Saudi karena telah mengizinkan pesawat itu mendarat darurat di Jeddah pada Senin malam.
Dia memuji Riyadh, menyebutnya sebagai tanda niat baik ketika Amerika Serikat berupaya menengahi upaya hubungan formal antara Arab Saudi dan Israel.
“Saya sangat menghargai sikap hangat pemerintah Saudi terhadap penumpang Israel yang penerbangannya mengalami kesulitan,” katanya dalam video yang direkam dalam bahasa Ibrani dengan teks bahasa Arab, sambil menunjuk ke arah peta wilayah di belakangnya.
“Saya sangat menghargai hubungan bertetangga yang baik," ujarnya, seperti dikutip Al Jazeera, Rabu (30/8/2023).
Penerbangan Air Seychelles yang membawa 128 penumpang mendarat darurat di Jeddah pada Senin karena gangguan listrik.
Kementerian Luar Negeri Israel mengatakan para penumpang bermalam di hotel bandara di Jeddah dan diterbangkan kembali oleh maskapai dengan pesawat alternatif.
Data pelacakan dari FlightRadar24 menunjukkan pesawat Airbus A320 Air Seychelles, penerbangan HM22, dialihkan ke Jeddah pada Senin malam saat berada di atas Laut Merah. Maskapai ini tidak menanggapi permintaan komentar.
Air Seychelles A320 lainnya terbang ke Jeddah pada hari Selasa dari Dubai untuk menjemput para pelancong dan membawa mereka ke Tel Aviv.
Para penumpang keluar dari Bandara Internasional Ben Gurion Israel pada Selasa malam, beberapa di antaranya tampak terkejut dengan segerombolan wartawan, fotografer, dan balon pesta yang menyambut mereka.
Dalam wawancara dengan media Israel, para penumpang mengatakan pengalaman mereka di Jeddah menyenangkan, bahkan beberapa warga Saudi bahkan menyapa mereka dalam bahasa Ibrani.
“Sambutan yang kami dapatkan dari pihak Saudi sangat mengejutkan,” Emmanuelle Arbel, salah satu penumpang, mengatakan kepada Radio 103FM, yang dikutip Times of Israel.
“Mereka mengatakan kepada kami 'Sama-sama' dan tersenyum. Sebenarnya, kami tidak mengharapkan hal ini.”
Belum ada reaksi langsung dari pemerintah Arab Saudi.
Pada Juli 2022, Arab Saudi mencabut larangan penerbangan Israel selama kunjungan Presiden AS Joe Biden ke kerajaan tersebut.
Meskipun Arab Saudi bukan salah satu negara Teluk dan Arab yang menormalisasi hubungan dengan Israel sebagai bagian dari Perjanjian Abraham tahun 2020 yang ditengahi AS, spekulasi mengenai kesepakatan normalisasi yang akan datang semakin berkembang.
Israel dan Arab Saudi tidak memiliki hubungan resmi, meskipun mereka telah mengembangkan hubungan informal yang kuat dalam beberapa tahun terakhir karena kekhawatiran mereka mengenai semakin besarnya pengaruh Iran di wilayah tersebut.
Kesepakatan normalisasi dengan Arab Saudi, negara Arab paling kuat dan terkaya, berpotensi mengubah kawasan dan meningkatkan posisi Israel dalam sejarah.
Namun menjadi perantara kesepakatan semacam itu merupakan sebuah tantangan berat karena kerajaan tersebut telah mengatakan bahwa mereka tidak akan secara resmi mengakui Israel sebelum adanya resolusi terhadap konflik Israel-Palestina yang telah berlangsung selama beberapa dekade.
(mas)