Jejak Operasi Senjata Mata-mata Rezim Kim Jong-un dari Malaysia

Senin, 27 Februari 2017 - 12:03 WIB
Jejak Operasi Senjata Mata-mata Rezim Kim Jong-un dari Malaysia
Jejak Operasi Senjata Mata-mata Rezim Kim Jong-un dari Malaysia
A A A
KUALA LUMPUR - Situs ini terletak di kawasan Little India di Kuala Lumpur. Di belakang bangunan kumuh di situs itu berdiri sebuah perusahaan peralatan militer bernama Glocom.

Glocom adalah perusahaan yang dijalankan oleh agen intelijen rezim Korea Utara (Korut) pimpinan Kim Jong-un. Perusahaan ini menjual peralatan sistem radio, yang dinyatakan melanggar sanksi Dewan Keamanan PBB.

Penelusuran Reuters menemukan bahwa Glocom mengiklankan lebih dari 30 sistem radio untuk militer dan paramiliter. Hal itu juga muncul di website-nya yang berdomain Malaysia, glocom.com.my.

Namun, situs Glocom down sejak akhir tahun lalu. Ada alamat lokasi perusahaan di situs itu, yakni di kawasan Little India. Namun, setiap kontak yang dikirim tidak terjawab.

Menurut laporan Reuters dari dokumen PBB, ada dua perusahaan di Malaysia dikendalikan oleh pemegang saham asal Korut. Direksinya juga terdaftar di situs Glocom.

Menurut dokumen PBB, Korut memang menjalankan bisnis senjata di kawasan itu. Pada Juli lalu, peralatan komunikasi militer Korut dikirim via udara dari China menuju Eritrea. Pengiriman peralatan itu dicegat di negara yang tidak disebutkan namanya oleh PBB.

Peralatan yang disita meliputi 45 kotak sistem radio perang dan aksesori berlabel "Glocom", singkatan dari Global Communications Co.

Laporan itu menyatakan, Glocom dikendalikan oleh Reconnaissance General Bureau, badan intelijen Korut yang beroperasi di luar negeri dan menjalankan tugas pengadaan senjata.

Seorang juru bicara misi atau duta Korut di PBB mengatakan kepada Reuters, bahwa dia tidak memiliki informasi tentang Glocom.

Resolusi PBB 1874 yang diadopsi pada tahun 2009, memperluas embargo senjata terhadap Korut. Resolusi itu mencakup peralatan militer dan semua material terkait. Namun, laporan PBB menyatakan pelaksanaan sanksi tidak konsisten dijalankan negara-negara anggota DK PBB.

Malaysia adalah salah satu dari sedikit negara di dunia yang memiliki ikatan yang kuat dengan Korut. Warga mereka dapat melakukan perjalanan ke masing-masing negara tanpa visa. Namun hubungan kedua negara mulai memburuk setelah Kim Jong-nam, kakak tiri diktator Kim Jong-un, tewas dibunuh dengan racun VX di Kuala Lumpur International Airport (KLIA)2 pada 13 Februari lalu.

Louis Low, managing director dari Pan Systems di Singapura mengatakan bahwa perusahaannya memiliki kantor di Pyongyang dari 1996. Tapi, secara resmi hubungan dengan Korut berakhir pada tahun 2010 dan tidak lagi mengendalikan bisnis di sana.

”Mereka menggunakan nama Pan System dan mengatakan itu adalah perusahaan asing, tetapi mereka mengoperasikan semuanya sendiri,” kata Low kepada Reuters mengacu pada Korut.

Salah satu direktur dari Pan System Pyongyang adalah Ryang Su Nyo. Menurut sumber yang mengetahui latar belakang perusaan itu, Ryang melaporkan operasinya ke ” Liaison Office 519”, sebuah departemen di Reconnaissance General Bureau. Ryang juga tercatat sebagai pemegang saham Global System International, perusahaan yang terdaftar situs Glocom.

Laporan PBB mengungkap bahwa Ryang sering bepergian ke Singapura dan Malaysia untuk bertemu dengan perwakilan Pan Systems. Dia pernah melakukan perjalanan pada bulan Februari 2014. Dia dan dua orang diduga warga Korut ditahan di Malaysia karena mencoba menyelundupkan sebuah material senilai 2 juta ringgit melalui bea cukai di KLIA 2.

Pemerintah Malaysia hingga kini belum berkomentar atas laporan yang bersumber dari PBB ini. Sebelumnya, Kepolisian Diraja Malaysia melakukan sweeping di KLIA2 untuk mencari racun mematikan VX yang oleh PBB dinyatakan sebagai senjata pemusnah massal.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3983 seconds (0.1#10.140)