China Diduga Sebar Narasi 'Uighur Bahagia' Lewat Performa Aktris Lokal

Selasa, 15 Agustus 2023 - 11:15 WIB
loading...
China Diduga Sebar Narasi Uighur Bahagia Lewat Performa Aktris Lokal
Perempuan berjuluk Rahat Abdullah dari China yang viral di media sosial Pakistan dengan mengampanyekan narasi Uighur Bahagia. Foto/Licas News
A A A
BEIJING - Seorang perempuan berjuluk "Rahat Abdullah dari China" sering tampil di saluran media sosial, YouTube dan Facebook Pakistan dengan mengenakan gaun sutra Atlas, pakaian tradisional Pakistan atau China.

Dianggap sebagai bintang internet China, dia juga bernyanyi dalam bahasa Urdu di radio lokal dan memasak hidangan Uighur di program televisi Pakistan—meski dia menyebut hidangan itu sebagai kuliner China.

Popularitasnya yang tiba-tiba meningkat telah menimbulkan pertanyaan di antara orang Uighur yang tinggal di Pakistan, tentang bagaimana upaya Beijing untuk menggunakan warga Uighur lokal sebagai alat propaganda pro-Partai Komunis China (PKC) untuk mengecilkan perlakuan mengerikan pemerintah China terhadap Muslim Uighur di Xinjiang.

China telah mendapat kecaman internasional yang keras atas pelanggaran hak asasi manusia (HAM) yang parah terhadap komunitas Muslim Uighur, termasuk kerja paksa. Pemerintah Amerika Serikat (AS) dan beberapa Parlemen Barat telah menyatakan bahwa pelanggaran tersebut sebagai genosida atau kejahatan terhadap kemanusiaan.



Abdullah diyakini berasal dari kota Ghulja—atau Yining dalam bahasa China—di Xinjiang. Informasi di platform media sosial Pakistan mengatakan bahwa dia memperoleh gelar sarjana hukum di China dan tiba di Pakistan pada 2010.

Dia dikenal mengajar bahasa Mandarin di berbagai universitas di Pakistan dan digambarkan dalam video sebagai pembawa pesan persahabatan antara China dan Pakistan yang mayoritas penduduknya Muslim.

Tapi Abdullah tidak bergaul dengan warga Uighur setempat, menurut Omar Uighur, pendiri yayasan yang memberikan bantuan kepada pengungsi Uighur di Pakistan. "Dia tidak datang ke pernikahan atau pemakaman," katanya.

"Uighur juga tidak bertemu dengannya. Dia menyebarkan propaganda di media Pakistan tentang bagaimana orang Uighur hidup bahagia," sambung Omar, dikutip dari Radio Free Asia, Minggu (13/8/2023).

Di saat warga Uighur di Pakistan tidak dapat dengan bebas kembali ke Xinjiang dan beberapa wanita Uighur yang menikah dengan warga Pakistan ditahan otoritas China di wilayah tersebut, Abdullah dapat mengunjungi Ghulja di bulan Juni.

Selama kunjungannya, dia berpartisipasi dalam pernikahan dan merekam lagu dan tarian Uighur di sana, kemudian mengunggahnya di Facebook dan platform media sosial lain untuk memberikan kesan kepada para pengikutnya di Pakistan bahwa orang Uighur hidup bahagia.

Pembawa Acara Televisi dan Aktris


Hingga baru-baru ini, Abdullah memiliki sekitar 10 pengikut media sosial, tetapi jumlah pengikutnya telah meningkat menjadi lebih dari 40.000, sebagian besar karena penampilannya di televisi Pakistan.



Dia juga menjadi pembawa acara program "Ni Hao"—bahasa Mandarin untuk "Halo"—di Kay2 TV Pakistan, sebuah saluran yang menerima investasi dari China. Abdullah juga memerankan seorang wanita Pakistan yang menikah dengan pria China dalam serial televisi yang menyoroti persahabatan antara China dan Pakistan.

Pada 4 Juni, Abdullah menyanyikan lagu rakyat Pakistan dalam program TV Iduladha di Islamabad sambil mengenakan pakaian Atlas Uighur tradisional dan memperkenalkan dirinya sebagai "Rahat Abdullah dari China".

Foto-foto di akun media sosialnya menunjukkan bahwa dia memiliki koneksi dengan Kedutaan Besar China di Pakistan dan organisasi China lainnya di sana sejak 2017.

Abdullah, yang relatif tidak dikenal di kalangan Uighur tetapi mendapatkan popularitas melalui siaran lokal di Pakistan, tidak menanggapi permintaan komentar dari Radio Free Asia melalui pesan yang dikirim ke akun media sosialnya.

Mengundang Cendekiawan Pakistan


Kemasyhuran baru Abdullah datang ketika China dan Pakistan telah memperkuat hubungan di berbagai sektor dalam beberapa tahun terakhir, dan karena Beijing telah mengundang beberapa tokoh Pakistan berpengaruh dalam perjalanan ke Xinjiang.

Pada 18 Juli, Ma Xingrui, Sekretaris Partai Komunis Daerah Otonomi Uighur Xinjiang, dan ketua pemerintah Xinjiang Erkin Tuniyaz, menyambut delegasi cendekiawan Pakistan di Urumqi, ibu kota Xinjiang.

Dalam pertemuan tersebut, Ma memberi tahu para tamunya bahwa mereka telah menciptakan lingkungan hidup yang bebas dan bahagia bagi masyarakat Xinjiang. Dia juga mengkritik negara-negara Barat yang mengikuti jejak Amerika Serikat dalam mengutuk China atas pelanggaran HAM.

Selama ini, dugaan kekejaman terhadap Uighur di Xinjiang meliputi termasuk penahanan di kamp detensi dan penjara "pendidikan ulang”, penyiksaan, kekerasan seksual serta kerja paksa.

Qibla Ayaz, ketua Dewan Ideologi Islam Pakistan dan pemimpin delegasi yang berkunjung, menegaskan dukungan tak tergoyahkan para peserta untuk China dan menyatakan kekagumannya atas kemajuan pembangunan Xinjiang dan kehidupan damai penduduk Muslimnya.

Para peserta juga menyatakan harapan untuk menciptakan hubungan yang lebih dekat dengan Xinjiang melalui Koridor Ekonomi Pakistan-China, proyek jaringan infrastruktur China sepanjang 3.000 kilometer di bawah Inisiatif Sabuk dan Jalan (BRI) untuk mengamankan dan mengurangi waktu perjalanan impor energi China di Timur Tengah.

Kampanye China Tidak Efektif


Beberapa warga Pakistan telah menyatakan keprihatinan yang semakin besar bahwa pemerintah mereka tetap diam tentang pelanggaran di Xinjiang.

Cendekiawan Pakistan Muhammad Usman Asad, yang berbicara atas nama Uighur di Xinjiang, mengatakan bahwa ketika China mengundang ulama Pakistan untuk berkeliling Xinjiang, berita tentang kunjungan mereka selalu muncul di media sosial China, tetapi tidak di media Pakistan.

"Yang disebut cendekiawan agama ini bukanlah jenis cendekiawan yang akan didengar oleh massa Muslim di Pakistan," kata Asad, yang melakukan aksi duduk sendirian di Islamabad pada Juni 2022 untuk memprotes kebijakan represif China terhadap Uighur.

"Mereka hanya organisasi Islam yang pro-pemerintah dan disponsori pemerintah, jadi propaganda palsu mereka tentang China tidak akan banyak berpengaruh," sambungnya.

Meski demikian, China memperluas upayanya untuk membersihkan citranya, kata Asad, menyusul kritik keras dari negara-negara Barat tentang perlakuan brutal pemerintahannya terhadap Uighur dan minoritas Turki lainnya di Xinjiang.

"Sama seperti kampanye China untuk meningkatkan citranya melalui bidang agama yang tidak efektif, kampanyenya di Pakistan melalui bintang internet berbahasa Inggris China atau Pakistan juga tidak efektif," pungkas Asad.
(mas)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1338 seconds (0.1#10.140)