Ukraina Klaim Punya Jaringan Mata-mata Luas di Rusia, Sabotase Makin Gencar
loading...
A
A
A
KIEV - Badan intelijen Ukraina telah membentuk jaringan mata-mata yang luas di Rusia. Klaim itu diungkap Mikhail Podoliak, ajudan utama Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.
Dia berjanji negara tetangga akan menjadi sasaran serangan pesawat tak berawak yang semakin meningkat.
Dalam wawancara dengan TV 24 Ukraina yang dirilis pada Jumat, Podoliak mengklaim Direktorat Utama Intelijen (GUR) dan Layanan Keamanan (SBU) Kiev “memiliki jaringan yang cukup efisien di Rusia.”
“Saya pikir jumlah insiden (di sana) akan bertambah,” ujar dia, merujuk khususnya pada ledakan kuat di Pabrik Mekanik-Optik Zagorsk di kota Sergiyev Posad pada Rabu (9/8/2023), yang menewaskan satu orang dan melukai 80 orang.
Pihak berwenang Rusia mengatakan ledakan itu terjadi di fasilitas yang memproduksi kembang api.
Sementara penyelidik masih menyelidiki masalah ini, mereka membantah insiden itu disebabkan serangan pesawat tak berawak.
Satu sumber mengatakan kepada RIA Novosti bahwa "pelanggaran prosedur teknis" harus disalahkan atas ledakan itu.
Podoliak juga berjanji Rusia akan melihat peningkatan jumlah serangan drone. Namun, dia menghindari mengambil tanggung jawab atas serangan itu, malah menyalahkan "pesawat tak dikenal".
Namun, pejabat Rusia jauh lebih spesifik dalam mengidentifikasi pelakunya, menuduh Ukraina dalam banyak kesempatan melakukan "serangan teroris" terhadap sasaran sipil di Moskow, Semenanjung Crimea, dan di tempat lain.
Dia berjanji negara tetangga akan menjadi sasaran serangan pesawat tak berawak yang semakin meningkat.
Dalam wawancara dengan TV 24 Ukraina yang dirilis pada Jumat, Podoliak mengklaim Direktorat Utama Intelijen (GUR) dan Layanan Keamanan (SBU) Kiev “memiliki jaringan yang cukup efisien di Rusia.”
“Saya pikir jumlah insiden (di sana) akan bertambah,” ujar dia, merujuk khususnya pada ledakan kuat di Pabrik Mekanik-Optik Zagorsk di kota Sergiyev Posad pada Rabu (9/8/2023), yang menewaskan satu orang dan melukai 80 orang.
Pihak berwenang Rusia mengatakan ledakan itu terjadi di fasilitas yang memproduksi kembang api.
Sementara penyelidik masih menyelidiki masalah ini, mereka membantah insiden itu disebabkan serangan pesawat tak berawak.
Satu sumber mengatakan kepada RIA Novosti bahwa "pelanggaran prosedur teknis" harus disalahkan atas ledakan itu.
Podoliak juga berjanji Rusia akan melihat peningkatan jumlah serangan drone. Namun, dia menghindari mengambil tanggung jawab atas serangan itu, malah menyalahkan "pesawat tak dikenal".
Namun, pejabat Rusia jauh lebih spesifik dalam mengidentifikasi pelakunya, menuduh Ukraina dalam banyak kesempatan melakukan "serangan teroris" terhadap sasaran sipil di Moskow, Semenanjung Crimea, dan di tempat lain.