Turki: Tak Realistis Kesampingkan Assad dari Kesepakatan Suriah
A
A
A
DAVOS - Turki menunjukkan dukungannya terhadap kehadiran Presiden Suriah Bashar al-Assad dalam kesepakatan soal Suriah. Turki mengatakan bahwa tidak lagi realistis untuk menuntut solusi dari konflik Suriah tanpa Presiden Bashar al-Assad.
Ankara mengakui jika tahun lalu Assad adalah seorag diktator di Suriah. Tapi ini untuk pertama kalinya seorang pejabat senior Turki secara terbuka mengatakan tidak realistis untuk bersikeras mengesampingkan pemimpin yang diperangi itu untuk sebuah solusi.
"Kami harus pragmatis, realistis. Fakta-fakta di lapangan telah berubah secara dramatis," kata Wakil Perdana Menteri Turki Mehmet Simsek pada Forum Ekonomi Dunia di Davos.
"Turki tidak bisa lagi bersikeras penyelesaian Suriah tanpa Assad. Hal ini tidak realistis," imbuhnya seperti dikutip dari Daily Mail, Sabtu (21/1/2017).
Turki, kritikus vokal terhadap Assad, telah mendukung pemberontak oposisi Suriah berjuang untuk penggulingan sejak konflik yang kompleks itu dimulai dengan demonstrasi anti-pemerintah pada Maret 2011.
"Sejauh posisi kami yang dipusatkan terhadap Assad, kami berpikir jika penderitaan dan tragedi rakyat Suriah secara jelas harus disalahkan kepada Assad," tegasnya.
Di Davos, Simsek mengatakan harus ada awal di Astana untuk memastikan konflik berhenti. Turki dan Rusia menginisiasi pembicaraan intra Suriah di Ibu Kota Kazakhstan Astana.
"Untuk saat ini setidaknya pertempuran telah berhenti, itu sangat, sangat kritis karena itu menjadi awal mula bagi segalanya. Itu adalah proses untuk memastikan kita telah menerjemahkan jeda menjadi gencatan senjata, dan kemudian tentu saja pembicaraan biasa, yaitu menyelesaikan konflik," tukasnya.
Ankara mengakui jika tahun lalu Assad adalah seorag diktator di Suriah. Tapi ini untuk pertama kalinya seorang pejabat senior Turki secara terbuka mengatakan tidak realistis untuk bersikeras mengesampingkan pemimpin yang diperangi itu untuk sebuah solusi.
"Kami harus pragmatis, realistis. Fakta-fakta di lapangan telah berubah secara dramatis," kata Wakil Perdana Menteri Turki Mehmet Simsek pada Forum Ekonomi Dunia di Davos.
"Turki tidak bisa lagi bersikeras penyelesaian Suriah tanpa Assad. Hal ini tidak realistis," imbuhnya seperti dikutip dari Daily Mail, Sabtu (21/1/2017).
Turki, kritikus vokal terhadap Assad, telah mendukung pemberontak oposisi Suriah berjuang untuk penggulingan sejak konflik yang kompleks itu dimulai dengan demonstrasi anti-pemerintah pada Maret 2011.
"Sejauh posisi kami yang dipusatkan terhadap Assad, kami berpikir jika penderitaan dan tragedi rakyat Suriah secara jelas harus disalahkan kepada Assad," tegasnya.
Di Davos, Simsek mengatakan harus ada awal di Astana untuk memastikan konflik berhenti. Turki dan Rusia menginisiasi pembicaraan intra Suriah di Ibu Kota Kazakhstan Astana.
"Untuk saat ini setidaknya pertempuran telah berhenti, itu sangat, sangat kritis karena itu menjadi awal mula bagi segalanya. Itu adalah proses untuk memastikan kita telah menerjemahkan jeda menjadi gencatan senjata, dan kemudian tentu saja pembicaraan biasa, yaitu menyelesaikan konflik," tukasnya.
(ian)