3 Alasan Umat Islam Menentang Pembakaran Alquran di Swedia dan Denmark
loading...
A
A
A
Beberapa Muslim percaya bahwa penargetan simbol-simbol suci Islam untuk penodaan adalah bukti iklim kebencian yang lebih luas terhadap Muslim dan didorong oleh kelompok sayap kanan Eropa.
Ini ditambah dengan seruan sayap kanan untuk mengakhiri imigrasi dari negara-negara Muslim dan bahkan pengusiran warga Muslim sebagai bagian dari teori konspirasi bahwa Muslim akan “menggantikan” penduduk “asli” Eropa.
Sementara salah satu tokoh utama di balik serentetan pembakaran Al Quran baru-baru ini adalah seorang Kristen Irak yang tinggal di Swedia. Banyak yang percaya ada upaya dari sayap kanan untuk menciptakan ketegangan komunal di Eropa antara non-Muslim dan Muslim.
Foto/Reuters
Negara-negara Muslim, termasuk Iran dan Pakistan, mengatakan penodaan Al-Qur'an sama dengan hasutan kekerasan dan menyerukan pertanggungjawaban. Ribuan orang turun ke jalan di beberapa negara untuk mengutuk pembakaran tersebut.
“Tampak bagi saya bahwa dengan memprotes pembakaran Alquran, umat Islam sebenarnya mendefinisikan kembali apa itu cinta dan juga akal,” kata Irfan Ahmad, seorang profesor antropologi di Universitas Ibnu Haldun di Istanbul, kepada Al Jazeera.
“Karena seperti yang kita ketahui, pembakaran Al-Quran – tidak seperti penggambarannya oleh pers Barat – ini bukanlah pertanyaan kebebasan berekspresi, tetapi merupakan tindakan kebencian dan tidak masuk akal," tuturnya.
Pada bulan Juli, mosi diajukan ke Badan Hak Asasi Manusia PBB sebagai tanggapan atas pembakaran Alquran di Swedia. Mosi tersebut meminta negara-negara Barat untuk meninjau undang-undang mereka dan menutup celah yang dapat “menghalangi pencegahan dan penuntutan tindakan dan advokasi kebencian agama”.
Ini ditambah dengan seruan sayap kanan untuk mengakhiri imigrasi dari negara-negara Muslim dan bahkan pengusiran warga Muslim sebagai bagian dari teori konspirasi bahwa Muslim akan “menggantikan” penduduk “asli” Eropa.
Sementara salah satu tokoh utama di balik serentetan pembakaran Al Quran baru-baru ini adalah seorang Kristen Irak yang tinggal di Swedia. Banyak yang percaya ada upaya dari sayap kanan untuk menciptakan ketegangan komunal di Eropa antara non-Muslim dan Muslim.
Baca Juga
3. Bukan Kebebasan Berekspresi, Tapi Tindakan Kebencian
Foto/Reuters
Negara-negara Muslim, termasuk Iran dan Pakistan, mengatakan penodaan Al-Qur'an sama dengan hasutan kekerasan dan menyerukan pertanggungjawaban. Ribuan orang turun ke jalan di beberapa negara untuk mengutuk pembakaran tersebut.
“Tampak bagi saya bahwa dengan memprotes pembakaran Alquran, umat Islam sebenarnya mendefinisikan kembali apa itu cinta dan juga akal,” kata Irfan Ahmad, seorang profesor antropologi di Universitas Ibnu Haldun di Istanbul, kepada Al Jazeera.
“Karena seperti yang kita ketahui, pembakaran Al-Quran – tidak seperti penggambarannya oleh pers Barat – ini bukanlah pertanyaan kebebasan berekspresi, tetapi merupakan tindakan kebencian dan tidak masuk akal," tuturnya.
Pada bulan Juli, mosi diajukan ke Badan Hak Asasi Manusia PBB sebagai tanggapan atas pembakaran Alquran di Swedia. Mosi tersebut meminta negara-negara Barat untuk meninjau undang-undang mereka dan menutup celah yang dapat “menghalangi pencegahan dan penuntutan tindakan dan advokasi kebencian agama”.
(ahm)