Ukraina Klaim Hancurkan S-400 Rusia Berkeping-keping dengan HIMARS
loading...
A
A
A
KYIV - Militer Ukraina mengeklaim telah menghancurkan peluncur misil dari sistem pertahanan S-400 Rusia hingga berkeping-keping dalam serangan roket HIMARS pasokan Barat.
Itu merupakan balas dendam setelah Moskow melakukan serangan mengerikan di Kramatorsk, Donetsk, dengan menggunakan sistem pertahanan udara S-400 Triumf pada 27 Juni lalu.
Pusat Komunikasi Strategis dan Keamanan Informasi (Stratcom) Ukraina mengeklaim dalam tweet pada 14 Juli bahwa HIMARS MLRS Ukraina telah menghancurkan peluncur S-400 Rusia yang menyerang kota Kramatorsk.
"Sebuah HIMARS Ukraina berhasil menghancurkan rudal S-400 yang melukai 61 orang dan membunuh 13 orang tak bersalah di Kramatorsk (termasuk empat anak dan penulis Victoria Amelina). HIMARS memberikan balas dendam terbaik," kata Stratcom Ukraina dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip EurAsian Times, Minggu (16/7/2023).
Foto-foto yang di-posting oleh Stratcom Ukraina menunjukkan peluncur S-400 benar-benar hancur dan hangus. Stratcom tidak merinci kapan serangan balas dendam itu berlangsung.
Pada 27 Juni, yang diyakini sebagai salah satu pengeboman terburuk oleh pasukan Rusia di wilayah Kramatorsk, sekitar 11 orang tewas dan 61 lainnya luka-luka.
Serangan itu adalah pengingat yang gamblang bahwa meskipun Ukraina melancarkan serangan balasan, serangan udara Rusia masih jauh dari selesai.
Gubernur setempat Pavlo Kyrylenko mengumumkan pada saat itu bahwa serangan Rusia juga menyebabkan kerusakan pada 18 gedung bertingkat, 65 rumah, lima sekolah, dua taman kanak-kanak, pusat perbelanjaan, gedung administrasi, dan bangunan rekreasi.
Setelah serangan tersebut, penilaian awal dari sumber intelijen terbuka menyatakan bahwa itu dilakukan dengan menggunakan rudal permukaan-ke-udara S-300.
Namun, belakangan Polisi Nasional Ukraina mengaitkan serangan itu dengan rudal balistik jarak pendek Iskander.
Kramatorsk menjadi sasaran serangan Rusia diduga karena merupakan kota garis depan markas besar tentara Ukraina.
Kota itu terletak hanya 55 kilometer dari garis depan Bakhmut di Donetsk. Untuk alasan yang sama, Kramatorsk telah menjadi stasiun jalan bagi pasukan Ukraina, membuatnya sering menjadi sasaran misil Rusia.
Salah satu bagian paling menarik dari klaim Ukraina untuk membalas Kramatorsk dengan menghancurkan S-400 adalah fakta bahwa serangan itu dilakukan dengan menggunakan peluncur HIMARS.
Perkembangan ini muncul di tengah laporan bahwa HIMARS telah kehilangan kemilaunya, dan roket mereka sebagian besar dianggap tidak efisien oleh Rusia.
Klaim perangkat sistem pertahanan S-400 Rusia dihancurkan oleh serangan Ukraina bukan sekali ini muncul. Pada Januari 2023, EurAsian Times melaporkan bahwa militer Rusia diduga kehilangan peluncur dari S-400 di wilayah Zaporizhzhia, Ukraina timur.
Sebelumnya, intelijen Ukraina mengungkapkan bahwa Rusia lebih sering menggunakan rudal pertahanan udara S-300 dan S-400 untuk menyerang sasaran darat.
Juru bicara Angkatan Udara Ukraina Yuriy Inhat mengeklaim pada saat itu bahwa pasukan Rusia lebih suka mengerahkan lebih banyak S-300 untuk melawan target darat. Namun, S-400 juga digunakan dalam kapasitas ini.
S-300 dan S-400 keduanya dibuat untuk mencapai target di udara. Namun, dikatakan bahwa Rusia telah memodifikasi sistem pertahanan udara ini untuk menyerang sasaran darat.
Laporan sebelumnya dari militer Kyiv menyebutkan bahwa rudal anti-pesawat S-400 48N6DM menargetkan Kyiv, Ibu Kota Ukraina, pada 14 Januari tahun ini. Rudal S-400 yang ditembakkan pada saat itu kemungkinan besar berasal dari pangkalan udara Zyabrovka di Belarusia. Klaim tersebut belum bisa diverifikasi secara independen.
Itu merupakan balas dendam setelah Moskow melakukan serangan mengerikan di Kramatorsk, Donetsk, dengan menggunakan sistem pertahanan udara S-400 Triumf pada 27 Juni lalu.
Pusat Komunikasi Strategis dan Keamanan Informasi (Stratcom) Ukraina mengeklaim dalam tweet pada 14 Juli bahwa HIMARS MLRS Ukraina telah menghancurkan peluncur S-400 Rusia yang menyerang kota Kramatorsk.
"Sebuah HIMARS Ukraina berhasil menghancurkan rudal S-400 yang melukai 61 orang dan membunuh 13 orang tak bersalah di Kramatorsk (termasuk empat anak dan penulis Victoria Amelina). HIMARS memberikan balas dendam terbaik," kata Stratcom Ukraina dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip EurAsian Times, Minggu (16/7/2023).
Foto-foto yang di-posting oleh Stratcom Ukraina menunjukkan peluncur S-400 benar-benar hancur dan hangus. Stratcom tidak merinci kapan serangan balas dendam itu berlangsung.
Pada 27 Juni, yang diyakini sebagai salah satu pengeboman terburuk oleh pasukan Rusia di wilayah Kramatorsk, sekitar 11 orang tewas dan 61 lainnya luka-luka.
Serangan itu adalah pengingat yang gamblang bahwa meskipun Ukraina melancarkan serangan balasan, serangan udara Rusia masih jauh dari selesai.
Gubernur setempat Pavlo Kyrylenko mengumumkan pada saat itu bahwa serangan Rusia juga menyebabkan kerusakan pada 18 gedung bertingkat, 65 rumah, lima sekolah, dua taman kanak-kanak, pusat perbelanjaan, gedung administrasi, dan bangunan rekreasi.
Setelah serangan tersebut, penilaian awal dari sumber intelijen terbuka menyatakan bahwa itu dilakukan dengan menggunakan rudal permukaan-ke-udara S-300.
Namun, belakangan Polisi Nasional Ukraina mengaitkan serangan itu dengan rudal balistik jarak pendek Iskander.
Kramatorsk menjadi sasaran serangan Rusia diduga karena merupakan kota garis depan markas besar tentara Ukraina.
Kota itu terletak hanya 55 kilometer dari garis depan Bakhmut di Donetsk. Untuk alasan yang sama, Kramatorsk telah menjadi stasiun jalan bagi pasukan Ukraina, membuatnya sering menjadi sasaran misil Rusia.
Salah satu bagian paling menarik dari klaim Ukraina untuk membalas Kramatorsk dengan menghancurkan S-400 adalah fakta bahwa serangan itu dilakukan dengan menggunakan peluncur HIMARS.
Perkembangan ini muncul di tengah laporan bahwa HIMARS telah kehilangan kemilaunya, dan roket mereka sebagian besar dianggap tidak efisien oleh Rusia.
Klaim perangkat sistem pertahanan S-400 Rusia dihancurkan oleh serangan Ukraina bukan sekali ini muncul. Pada Januari 2023, EurAsian Times melaporkan bahwa militer Rusia diduga kehilangan peluncur dari S-400 di wilayah Zaporizhzhia, Ukraina timur.
Sebelumnya, intelijen Ukraina mengungkapkan bahwa Rusia lebih sering menggunakan rudal pertahanan udara S-300 dan S-400 untuk menyerang sasaran darat.
Juru bicara Angkatan Udara Ukraina Yuriy Inhat mengeklaim pada saat itu bahwa pasukan Rusia lebih suka mengerahkan lebih banyak S-300 untuk melawan target darat. Namun, S-400 juga digunakan dalam kapasitas ini.
S-300 dan S-400 keduanya dibuat untuk mencapai target di udara. Namun, dikatakan bahwa Rusia telah memodifikasi sistem pertahanan udara ini untuk menyerang sasaran darat.
Laporan sebelumnya dari militer Kyiv menyebutkan bahwa rudal anti-pesawat S-400 48N6DM menargetkan Kyiv, Ibu Kota Ukraina, pada 14 Januari tahun ini. Rudal S-400 yang ditembakkan pada saat itu kemungkinan besar berasal dari pangkalan udara Zyabrovka di Belarusia. Klaim tersebut belum bisa diverifikasi secara independen.
(mas)