Mengenal Bom Tandan, Senjata Terlarang yang Ingin Dikirim AS ke Ukraina

Jum'at, 07 Juli 2023 - 20:05 WIB
loading...
A A A
Koalisi Munisi Tandan, sebuah kelompok aktivis yang mencoba melarang senjata di mana-mana, mengatakan submunisi tandan yang berpotensi mematikan masih terbengkalai di Laos dan Vietnam 50 tahun setelah penggunaannya.

Dalam sebuah pernyataan Jumat, Human Rights Watch mengatakan baik Ukraina dan Rusia telah membunuh warga sipil dengan penggunaan munisi tandan dalam perang sejauh ini.

“Amunisi cluster tetap menjadi salah satu senjata paling berbahaya di dunia. Mereka membunuh dan melukai tanpa pandang bulu dan menyebabkan penderitaan manusia yang meluas,” kata Gilles Carbonnier, wakil presiden Komite Palang Merah Internasional, dalam sebuah konferensi tentang amunisi di Swiss tahun lalu.

“Setiap penggunaan munisi tandan, di mana pun, oleh siapa pun, harus dikutuk,” tegas Carbonnier.

Sebagian besar dunia telah melarang penggunaan senjata ini melalui Konvensi Munisi Tandan (CCM), yang juga melarang penimbunan, produksi, dan pengirimannya.

Meskipun 123 negara telah bergabung dalam konvensi itu, Amerika Serikat, Ukraina, Rusia, dan 71 negara lainnya belum.

Menurut Human Rights Watch, menggunakan amunisi untuk menyerang pasukan atau kendaraan musuh tidak ilegal menurut hukum internasional, tetapi menyerang warga sipil dengan senjata dapat dianggap sebagai kejahatan perang.

Di mana bom cluster pernah digunakan sebelumnya?


Menurut Koalisi Munisi Tandan, senjata tandan telah digunakan sejak Perang Dunia II dan dalam lebih dari tiga lusin konflik sejak itu.

"AS terakhir menggunakan senjata ini di Irak dari 2003 hingga 2006," kata koalisi itu.

Menurut pernyataan tahun 2017 dari Komando Pusat AS, pasukan AS mulai menghentikan penggunaan amunisi tandan secara bertahap pada tahun 2016 karena bahaya yang ditimbulkannya terhadap warga sipil.
(ian)
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1734 seconds (0.1#10.140)