Al-Quran Dibakar, Sekjen NATO Sebut Bukan Kejahatan
loading...
A
A
A
BRUSSELS - Sekretaris Jenderal (Sekjen) NATO , Jens Stoltenberg, mengatakan bahwa membakar al-Quran di depan umum belum tentu merupakan kejahatan. Pernyataan itu dikeluarkannya menanggapi pertanyaan tentang insiden baru-baru ini di Swedia yang menyebabkan kemarahan di kalangan umat Islam.
Masalah ini sangat sensitif, mengingat negara mayoritas Muslim di Turki adalah salah satu dari dua negara anggota yang sejauh ini menolak meratifikasi tawaran Swedia untuk bergabung dengan blok militer pimpinan Amerika Serikat (AS) itu.
"Saya memahami emosi dan kedalaman perasaan yang disebabkan oleh hal ini," kata Stoltenberg kepada wartawan pada konferensi pers seperti dikutip dari RT, Jumat (30/6/2023).
Dia menambahkan bahwa pembakaran al-Quran menyinggung dan tidak menyenangkan tetapi tidak harus ilegal.
Stoltenberg juga membahas protes anti-NATO di Swedia yang berlangsung awal bulan ini.
"Saya tidak suka mereka. Tapi saya membela hak untuk tidak setuju. Ini bagian dari kebebasan berekspresi,” ujarnya.
“Yang penting bagi saya adalah kita harus membuat kemajuan dalam menyelesaikan aksesi Swedia ke dalam aliansi,” jelas kepala NATO itu.
“Saya berbicara dengan (Presiden Turki Recep Tayyip) Erdogan baru-baru ini dan kami sepakat untuk mengadakan pertemuan pejabat tingkat tinggi di sini di Brussel, Kamis, minggu depan,” ungkapnya.
Pada hari Rabu, seorang warga Irak yang tinggal di Swedia membakar salinan al-Quran di luar sebuah masjid di Stockholm di tengah perayaan Idul Adha, hari besar umat Islam.
Turki, salah satu dari dua negara anggota yang sejauh ini belum meratifikasi tawaran Swedia untuk bergabung dengan blok tersebut, mengutuk keras otoritas Swedia karena membiarkan pembakaran al-Quran terus berlanjut.
“Kami pada akhirnya akan mengajari monumen arogansi Barat bahwa menghina Muslim bukanlah kebebasan berpikir,” kata Erdogan, menurut kantor berita Anadolu.
“Adapun (untuk) mereka yang melakukan kejahatan ini, mereka yang mengizinkannya dengan kedok kebebasan berpikir, mereka yang menutup mata terhadap keburukan ini tidak akan mencapai tujuan mereka,” kata pemimpin Turki itu.
Ankara sebelumnya keberatan dengan demonstrasi anti-Turki di Stockholm yang diorganisir oleh kelompok Kurdi dan sayap kiri. Erdogan mengancam akan memblokir aksesi Swedia ke NATO kecuali negara Nordik itu mengekstradisi orang-orang yang terkait dengan Partai Pekerja Kurdistan (PKK), yang dianggap Ankara sebagai organisasi teroris.
Pihak berwenang Swedia telah mengutuk pembakaran al-Quran di depan umum di masa lalu, tetapi berpendapat bahwa tindakan semacam itu dilindungi oleh undang-undang liberal negara tersebut.
“Swedia memiliki kebebasan berekspresi yang luas, tetapi itu tidak berarti bahwa Pemerintah Swedia, atau saya sendiri, mendukung pendapat yang diungkapkan,” kata Menteri Luar Negeri Tobias Billstrom pada bulan Januari lalu.
Masalah ini sangat sensitif, mengingat negara mayoritas Muslim di Turki adalah salah satu dari dua negara anggota yang sejauh ini menolak meratifikasi tawaran Swedia untuk bergabung dengan blok militer pimpinan Amerika Serikat (AS) itu.
"Saya memahami emosi dan kedalaman perasaan yang disebabkan oleh hal ini," kata Stoltenberg kepada wartawan pada konferensi pers seperti dikutip dari RT, Jumat (30/6/2023).
Dia menambahkan bahwa pembakaran al-Quran menyinggung dan tidak menyenangkan tetapi tidak harus ilegal.
Stoltenberg juga membahas protes anti-NATO di Swedia yang berlangsung awal bulan ini.
"Saya tidak suka mereka. Tapi saya membela hak untuk tidak setuju. Ini bagian dari kebebasan berekspresi,” ujarnya.
“Yang penting bagi saya adalah kita harus membuat kemajuan dalam menyelesaikan aksesi Swedia ke dalam aliansi,” jelas kepala NATO itu.
“Saya berbicara dengan (Presiden Turki Recep Tayyip) Erdogan baru-baru ini dan kami sepakat untuk mengadakan pertemuan pejabat tingkat tinggi di sini di Brussel, Kamis, minggu depan,” ungkapnya.
Pada hari Rabu, seorang warga Irak yang tinggal di Swedia membakar salinan al-Quran di luar sebuah masjid di Stockholm di tengah perayaan Idul Adha, hari besar umat Islam.
Turki, salah satu dari dua negara anggota yang sejauh ini belum meratifikasi tawaran Swedia untuk bergabung dengan blok tersebut, mengutuk keras otoritas Swedia karena membiarkan pembakaran al-Quran terus berlanjut.
“Kami pada akhirnya akan mengajari monumen arogansi Barat bahwa menghina Muslim bukanlah kebebasan berpikir,” kata Erdogan, menurut kantor berita Anadolu.
“Adapun (untuk) mereka yang melakukan kejahatan ini, mereka yang mengizinkannya dengan kedok kebebasan berpikir, mereka yang menutup mata terhadap keburukan ini tidak akan mencapai tujuan mereka,” kata pemimpin Turki itu.
Ankara sebelumnya keberatan dengan demonstrasi anti-Turki di Stockholm yang diorganisir oleh kelompok Kurdi dan sayap kiri. Erdogan mengancam akan memblokir aksesi Swedia ke NATO kecuali negara Nordik itu mengekstradisi orang-orang yang terkait dengan Partai Pekerja Kurdistan (PKK), yang dianggap Ankara sebagai organisasi teroris.
Pihak berwenang Swedia telah mengutuk pembakaran al-Quran di depan umum di masa lalu, tetapi berpendapat bahwa tindakan semacam itu dilindungi oleh undang-undang liberal negara tersebut.
“Swedia memiliki kebebasan berekspresi yang luas, tetapi itu tidak berarti bahwa Pemerintah Swedia, atau saya sendiri, mendukung pendapat yang diungkapkan,” kata Menteri Luar Negeri Tobias Billstrom pada bulan Januari lalu.
(ian)