Edan! Ingin Jadi Wanita, Transgender Australia Bakar Penisnya
loading...
A
A
A
SYDNEY - Seorang warga transgender berusia 57 tahun di Australia yang terlahir sebagai laki-laki membakar penisnya melaui proses kimia. Itu dilakukannya untuk mengubah gender-nya menjadi wanita.
Para peneliti dari North Shore Urology Research Group Royal North Shore Hospital pada hari Rabu (28/6/2023) menerbitkan sebuah laporan di ScienceDirect.com, yang merinci kasus baru-baru ini yang melibatkan seorang wanita transgender berusia 57 tahun yang ditetapkan sebagai laki-laki saat lahir dan menginginkan operasi penentuan jenis kelamin.
Idenitas wanita transgender tersebut tidak diungkap dalam laporan tersebut, tetapi disebutkan bahwa para peneliti mendapat persetujuan darinya untuk menerbitkan kasusnya.
Laporan kasus dari Department of Urology, Royal North Shore Hospital di St Leonards, mengatakan tindakan pembakaran penis secara kimia itu dilakukan agar dia menjalani operasi pengesahan gender.
"Kami menyajikan kasus luka bakar penis kimia yang dilakukan sendiri yang membutuhkan penektomi darurat pada pasien trans-feminin," bunyi laporan tersebut, yang dilansir Newsweek, Kamis (29/6/2023).
"Kasus ini menyoroti tantangan untuk menyeimbangkan reseksi yang memadai dari jaringan nekrotik yang tidak dapat hidup sementara memungkinkan kosmetik yang memadai untuk operasi pengesahan gender (GAS) di masa depan di fasilitas kuaterner yang tidak menyediakan layanan penggantian kelamin," lanjut laporan tersebut.
Laporan itu tidak memberikan tanggal pasti kejadian tersebut tetapi mengatakan wanita itu tiba di departemen gawat darurat rumah sakit setempat tujuh hari setelah menderita luka bakar kimiawi di penisnya.
Dia dipindahkan ke Royal North Shore Hospital untuk perawatan lebih lanjut segera setelah itu.
Studi tersebut juga mencatat bahwa operasi tersebut tidak ditawarkan di bawah asuransi kesehatan masyarakat nasional Australia.
Sebelum operasi wanita transgender tersebut, laporan itu mencatat bahwa dia telah menerima terapi kekurangan androgen, yang digunakan untuk mengurangi hormon dalam tubuh.
Namun, menurut laporan tersebut, wanita transgender tersebut berhenti menggunakan terapi itu setelah pindah ke daerah yang lebih pedesaan, di mana aksesnya terbatas.
"Tujuan kami adalah untuk menyoroti tantangan bedah penektomi parsial dan pembentukan neo-meatus untuk memungkinkan GAS [operasi yang mengesahkan gender] di masa depan dan menyoroti kurangnya infrastruktur dalam sistem perawatan kesehatan publik untuk pengelolaan disforia gender baik di pedesaan maupun metropolitan,"imbuh laporan tersebut.
Laporan itu muncul ketika sejumlah negara bagian Amerika Serikat berupaya mengesahkan undang-undang yang akan melarang perawatan transgender untuk anak di bawah umur.
Menurut Human Rights Campaign, selain melarang perawatan medis transgender untuk anak di bawah umur, beberapa negara bagian, seperti Oklahoma, Texas, dan South Carolina, telah mempertimbangkan untuk melarang perawatan bagi transgender hingga usia 26 tahun.
Para peneliti dari North Shore Urology Research Group Royal North Shore Hospital pada hari Rabu (28/6/2023) menerbitkan sebuah laporan di ScienceDirect.com, yang merinci kasus baru-baru ini yang melibatkan seorang wanita transgender berusia 57 tahun yang ditetapkan sebagai laki-laki saat lahir dan menginginkan operasi penentuan jenis kelamin.
Idenitas wanita transgender tersebut tidak diungkap dalam laporan tersebut, tetapi disebutkan bahwa para peneliti mendapat persetujuan darinya untuk menerbitkan kasusnya.
Laporan kasus dari Department of Urology, Royal North Shore Hospital di St Leonards, mengatakan tindakan pembakaran penis secara kimia itu dilakukan agar dia menjalani operasi pengesahan gender.
"Kami menyajikan kasus luka bakar penis kimia yang dilakukan sendiri yang membutuhkan penektomi darurat pada pasien trans-feminin," bunyi laporan tersebut, yang dilansir Newsweek, Kamis (29/6/2023).
"Kasus ini menyoroti tantangan untuk menyeimbangkan reseksi yang memadai dari jaringan nekrotik yang tidak dapat hidup sementara memungkinkan kosmetik yang memadai untuk operasi pengesahan gender (GAS) di masa depan di fasilitas kuaterner yang tidak menyediakan layanan penggantian kelamin," lanjut laporan tersebut.
Laporan itu tidak memberikan tanggal pasti kejadian tersebut tetapi mengatakan wanita itu tiba di departemen gawat darurat rumah sakit setempat tujuh hari setelah menderita luka bakar kimiawi di penisnya.
Dia dipindahkan ke Royal North Shore Hospital untuk perawatan lebih lanjut segera setelah itu.
Studi tersebut juga mencatat bahwa operasi tersebut tidak ditawarkan di bawah asuransi kesehatan masyarakat nasional Australia.
Sebelum operasi wanita transgender tersebut, laporan itu mencatat bahwa dia telah menerima terapi kekurangan androgen, yang digunakan untuk mengurangi hormon dalam tubuh.
Namun, menurut laporan tersebut, wanita transgender tersebut berhenti menggunakan terapi itu setelah pindah ke daerah yang lebih pedesaan, di mana aksesnya terbatas.
"Tujuan kami adalah untuk menyoroti tantangan bedah penektomi parsial dan pembentukan neo-meatus untuk memungkinkan GAS [operasi yang mengesahkan gender] di masa depan dan menyoroti kurangnya infrastruktur dalam sistem perawatan kesehatan publik untuk pengelolaan disforia gender baik di pedesaan maupun metropolitan,"imbuh laporan tersebut.
Laporan itu muncul ketika sejumlah negara bagian Amerika Serikat berupaya mengesahkan undang-undang yang akan melarang perawatan transgender untuk anak di bawah umur.
Menurut Human Rights Campaign, selain melarang perawatan medis transgender untuk anak di bawah umur, beberapa negara bagian, seperti Oklahoma, Texas, dan South Carolina, telah mempertimbangkan untuk melarang perawatan bagi transgender hingga usia 26 tahun.
(mas)