Negara Dihajar Krisis, Presiden Ini Malah Pamer Patung Raksasanya

Senin, 12 September 2016 - 16:37 WIB
Negara Dihajar Krisis, Presiden Ini Malah Pamer Patung Raksasanya
Negara Dihajar Krisis, Presiden Ini Malah Pamer Patung Raksasanya
A A A
HARARE - Presiden Zimbabwe, Robert Mugabe, meluncurkan patung raksasa setinggi 3,8 meter yang menggambar sosoknya. Pembuatan patung itu memicu kecaman publik mengingat Zimbabwe sedang dihajar krisis ekonomi dalam beberapa tahun terakhir.

Patung yang menggambarkan presiden berusia 92 tahun itu berdiri dengan pose menantang, di mana satu tangan mengepal di angkat di atas kepala. Patung raksasa Mugabe juga digambarkan mengenakan kacamata tebal berbingkai.

Patung Mugabe ini dibuat lebih dari enam bulan oleh Dominic Benhura, seorang pematung lokal yang karyanya telah dipamerkan di seluruh dunia.

”Untuk melihat diri sendiri direproduksi dengan cara ini, itu adalah sesuatu yang harus lebih dihargai daripada hanya dengan mengatakan 'terima kasih',” katanya dikutip oleh surat kabar Pemerintah Zimbabwe, Herald, selama upacara peresmian patung.

Benhura mengatakan dia telah menghabiskan enam bulan memproduksi senirupa Mugabe setelah ditugaskan oleh sang presiden.

”Saya ingin menjadikannya sebagai sosok sebesar mungkin," katanya. "Ini adalah (orang) nomor satu kami, jadi saya ingin memberikan kesan yang kuat,” katanya.

Tapi karyanya diejek oleh warga Zimbabwe di media sosial. Rata-rata menjuluki patung itu dengan sebutan “Superman dalam gaya The Simpsons”.

Peresmian patung itu dilakukan setelah Menteri Keuangan Zimbabwe; Patrick Chinamasa, menyelesaikan tur Eropa dalam upaya untuk mengamankan kesepakatan bail-out Dana Moneter Internasional.

Kondisi ekonomi yang mengerikan di negara itu telah mendorong protes besar-besaran oleh kelompok guru, dokter dan perawat. Protes melawan rezim Mugabe jarang terjadi di Zimbabwe. Protes justru biasanya muncul dari kubu oposisi yang kerap ditangani polisi secara brutal.

Mugabe sudah memperingatkan bahwa pihaknya memiliki batas kesabaran terhadap pemrotes. Pihaknya mengisyaratkan untuk melarang situs media sosial seperti Facebook dan Twitter yang dianggap telah membantu mempertemukan para pengunjuk rasa.

“Biarkan partai oposisi ini dan semua kelompok yang diperingatkan bahwa kesabaran kami memiliki batas dan pasti akan segera habis,” katanya. ”Jika kami mengambil tindakan yang menyakitkan, mereka hanya menyalahkan diri mereka sendiri,” lanjut dia, seperti dikutip Telegraph, Senin (12/9/2016).
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4023 seconds (0.1#10.140)