Tak Diberi Senjata, Ukraina Tuduh Israel Memihak Rusia
loading...
A
A
A
TEL AVIV - Ukraina menuduh Israel berpihak pada Rusia setelah Tel Aviv menolak memberi bantuan senjata kepada Kyiv selama perangnya melawan invasi Moskow.
Tuduhan itu dilontarkan Kedutaan Besar Ukraina di Tel Aviv. Alih-alih memberikan dukungan kepada Kyiv, menurut kedutaan, Tel Aviv malah memperkuat hubungan dengan Moskow.
"Ukraina mencatat dengan penyesalan bahwa pemerintah Israel saat ini telah memilih jalur kerja sama yang erat dengan Rusia," kata kedutaan itu dalam sebuah pernyataan yang diunggah di halaman Facebook-nya pada Minggu.
"Ada kelambanan total dalam memberikan bantuan pertahanan kepada Ukraina selama satu setengah tahun terakhir di pihak negara Yahudi tersebut," lanjut pernyataan kedutaan.
Kedutaan menuduh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu membuat asumsi yang sepenuhnya fiktif dan spekulatif untuk membenarkan kelambanan pemerintahnya.
Dalam sebuah wawancara pekan lalu, Netanyahu berpendapat bahwa Israel tidak dapat memberikan senjata ke Kyiv karena keterlibatan Rusia di Suriah, di tengah kekhawatiran bahwa senjata tersebut pada akhirnya akan jatuh ke tangan Iran.
Diplomat Ukraina juga mengecam kesepakatan untuk mendirikan kantor cabang konsulat Rusia di Yerusalem Barat, yang dicapai awal bulan ini, serta kontak tingkat tinggi baru-baru ini antara Israel dan Rusia.
"Para pejabat Israel menunjukkan pengabaian terang-terangan terhadap batas-batas moral dengan menghadiri resepsi diplomatik yang diselenggarakan oleh Kedutaan Besar Rusia pekan lalu," imbuh pernyataan kedutaan Ukraina.
Keduataan tersebut melanjutkan, sementara sebagian besar negara demokratis telah memberikan sanksi kepada Rusia atas invasinya ke Ukraina, Israel tidak hanya menahan diri untuk tidak bergabung dengan pembatasan tersebut, tetapi sebaliknya--meningkatkan perdagangan dengan Moskow.
“Pada kenyataannya, di lapangan, apa yang disebut ‘netralitas’ pemerintah Israel harus dilihat sebagai posisi pro-Rusia yang jelas,” tegas kedutaan Ukraina.
Surat kabar Israel, Haaretz, pada Senin (26/6/2023), menggambarkan pernyataan keduataan itu sebagai kritik paling keras terhadap Israel oleh Ukraina sejak dimulainya perang antara Moskow dan Kyiv pada Februari 2022.
Duta Besar Ukraina di Tel Aviv, Yevgen Korniychuk, telah berulang kali mengeluhkan kurangnya dukungan dari Israel.
Tahun lalu, dia mengatakan kepada wartawan: "Anda tidak dapat membayangkan betapa sulitnya bagi saya untuk menjadi duta besar di Israel jika presiden saya [Volodymyr Zelensky] adalah seorang Yahudi—karena dia memiliki ekspektasi yang jauh lebih tinggi terhadap Israel daripada yang dapat diberikan oleh Israel."
Pada akhir 2022, menteri luar negeri Israel yang baru diangkat Eli Cohen berjanji bahwa negara itu akan terus mengirimkan bantuan kemanusiaan yang signifikan ke Ukraina, tetapi akan lebih sedikit berbicara tentang permusuhan antara Moskow dan Kyiv.
Tahun lalu, Ukraina juga meminta Israel untuk menyediakannya dengan sistem pertahanan udara Iron Dome, tetapi permintaan itu ditolak, dengan Israel mengatakan mereka tidak memiliki basis produksi yang cukup besar untuk memenuhi kebutuhan Kyiv.
Tuduhan itu dilontarkan Kedutaan Besar Ukraina di Tel Aviv. Alih-alih memberikan dukungan kepada Kyiv, menurut kedutaan, Tel Aviv malah memperkuat hubungan dengan Moskow.
"Ukraina mencatat dengan penyesalan bahwa pemerintah Israel saat ini telah memilih jalur kerja sama yang erat dengan Rusia," kata kedutaan itu dalam sebuah pernyataan yang diunggah di halaman Facebook-nya pada Minggu.
"Ada kelambanan total dalam memberikan bantuan pertahanan kepada Ukraina selama satu setengah tahun terakhir di pihak negara Yahudi tersebut," lanjut pernyataan kedutaan.
Kedutaan menuduh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu membuat asumsi yang sepenuhnya fiktif dan spekulatif untuk membenarkan kelambanan pemerintahnya.
Dalam sebuah wawancara pekan lalu, Netanyahu berpendapat bahwa Israel tidak dapat memberikan senjata ke Kyiv karena keterlibatan Rusia di Suriah, di tengah kekhawatiran bahwa senjata tersebut pada akhirnya akan jatuh ke tangan Iran.
Diplomat Ukraina juga mengecam kesepakatan untuk mendirikan kantor cabang konsulat Rusia di Yerusalem Barat, yang dicapai awal bulan ini, serta kontak tingkat tinggi baru-baru ini antara Israel dan Rusia.
"Para pejabat Israel menunjukkan pengabaian terang-terangan terhadap batas-batas moral dengan menghadiri resepsi diplomatik yang diselenggarakan oleh Kedutaan Besar Rusia pekan lalu," imbuh pernyataan kedutaan Ukraina.
Keduataan tersebut melanjutkan, sementara sebagian besar negara demokratis telah memberikan sanksi kepada Rusia atas invasinya ke Ukraina, Israel tidak hanya menahan diri untuk tidak bergabung dengan pembatasan tersebut, tetapi sebaliknya--meningkatkan perdagangan dengan Moskow.
“Pada kenyataannya, di lapangan, apa yang disebut ‘netralitas’ pemerintah Israel harus dilihat sebagai posisi pro-Rusia yang jelas,” tegas kedutaan Ukraina.
Surat kabar Israel, Haaretz, pada Senin (26/6/2023), menggambarkan pernyataan keduataan itu sebagai kritik paling keras terhadap Israel oleh Ukraina sejak dimulainya perang antara Moskow dan Kyiv pada Februari 2022.
Duta Besar Ukraina di Tel Aviv, Yevgen Korniychuk, telah berulang kali mengeluhkan kurangnya dukungan dari Israel.
Tahun lalu, dia mengatakan kepada wartawan: "Anda tidak dapat membayangkan betapa sulitnya bagi saya untuk menjadi duta besar di Israel jika presiden saya [Volodymyr Zelensky] adalah seorang Yahudi—karena dia memiliki ekspektasi yang jauh lebih tinggi terhadap Israel daripada yang dapat diberikan oleh Israel."
Pada akhir 2022, menteri luar negeri Israel yang baru diangkat Eli Cohen berjanji bahwa negara itu akan terus mengirimkan bantuan kemanusiaan yang signifikan ke Ukraina, tetapi akan lebih sedikit berbicara tentang permusuhan antara Moskow dan Kyiv.
Tahun lalu, Ukraina juga meminta Israel untuk menyediakannya dengan sistem pertahanan udara Iron Dome, tetapi permintaan itu ditolak, dengan Israel mengatakan mereka tidak memiliki basis produksi yang cukup besar untuk memenuhi kebutuhan Kyiv.
(mas)