4 Ritual Unik Pengabdi Matahari di Stonehenge, Tanpa Darah, Alkohol, dan Seks Bebas
loading...
A
A
A
LONDON - Ribuan orang memadati situs warisan budaya Stonehenge untuk menyambut matahari sebagai awal menandai awal musim panas. Bukan hanya sekadar berkumpul, mereka juga melakukan ritual yang bersifat mistik.
Mereka yang datang umumnya adalah bukan hanya wisatawan, tetapi juga penganut pagan, hippie, hingga penyihir. Itu terlihat dari kostum yang mereka pakai.
Mereka berkumpul di sekitar lingkaran batu prasejarah di Inggris selatan untuk mengekspresikan pengabdian mereka pada matahari, atau untuk bersenang-senang bersama. Bahkan, Mereka tinggal dan merayakan malam di Stonehenge dan menyambut matahari terbit di hari terpanjang di Belahan Bumi Utara.
Foto/Reuters
Bagi para druid atau pendeta agama Celtic kuno menganggap Stonehenge memiliki kepentingan selama berabad-abad.
Mereka berada di sana untuk melakukan ritual fajar di sekitar titik balik matahari dengan jubah putih tradisional mereka. Fokus utama ritual itu sebagai penekanan tentang siklus kehidupan, kematian dan kelahiran kembali.
Saat fajar, matahari terbit di belakang apa yang dikenal sebagai Batu Tumit di bagian timur laut cakrawala dan sinar pertama menyinari jantung Stonehenge, salah satu monumen prasejarah paling terkenal di dunia dan Situs Warisan Dunia.
Matahari matahari terbit yang sedikit berkabut, yang disambut dengan tabuhan genderang, nyanyian dan sorakan.
“Stonehenge terus memikat dan menyatukan orang untuk merayakan musim, seperti yang telah dilakukan selama ribuan tahun,” kata Nichola Tasker, direktur Stonehenge di English Heritage, sebuah badan amal yang mengelola ratusan situs bersejarah. “Ada suasana yang indah dari matahari terbenam hingga matahari terbit, dan semua orang menikmati pagi yang sangat atmosferik,” tambahnya.
Foto/Reuters
Orang yang berkumpul di Stonehenge diperbolehkan menghabiskan waktu di dalam lingkaran batu. Mereka melantunkan lagu dan memainkan gitar akustik.
Tapi, mereka tidak diperbolehkan mengonsumsi alkohol dan pengera suara.
Mereka yang datang umumnya adalah bukan hanya wisatawan, tetapi juga penganut pagan, hippie, hingga penyihir. Itu terlihat dari kostum yang mereka pakai.
Mereka berkumpul di sekitar lingkaran batu prasejarah di Inggris selatan untuk mengekspresikan pengabdian mereka pada matahari, atau untuk bersenang-senang bersama. Bahkan, Mereka tinggal dan merayakan malam di Stonehenge dan menyambut matahari terbit di hari terpanjang di Belahan Bumi Utara.
Berikut adalah 4 ritual pengabdi matahari di Stonehenge.
1. Ritual Fajar Menyambut Musim Panas
Foto/Reuters
Bagi para druid atau pendeta agama Celtic kuno menganggap Stonehenge memiliki kepentingan selama berabad-abad.
Mereka berada di sana untuk melakukan ritual fajar di sekitar titik balik matahari dengan jubah putih tradisional mereka. Fokus utama ritual itu sebagai penekanan tentang siklus kehidupan, kematian dan kelahiran kembali.
Saat fajar, matahari terbit di belakang apa yang dikenal sebagai Batu Tumit di bagian timur laut cakrawala dan sinar pertama menyinari jantung Stonehenge, salah satu monumen prasejarah paling terkenal di dunia dan Situs Warisan Dunia.
Matahari matahari terbit yang sedikit berkabut, yang disambut dengan tabuhan genderang, nyanyian dan sorakan.
“Stonehenge terus memikat dan menyatukan orang untuk merayakan musim, seperti yang telah dilakukan selama ribuan tahun,” kata Nichola Tasker, direktur Stonehenge di English Heritage, sebuah badan amal yang mengelola ratusan situs bersejarah. “Ada suasana yang indah dari matahari terbenam hingga matahari terbit, dan semua orang menikmati pagi yang sangat atmosferik,” tambahnya.
2. Menyanyi dan Memainkan Gitar
Foto/Reuters
Orang yang berkumpul di Stonehenge diperbolehkan menghabiskan waktu di dalam lingkaran batu. Mereka melantunkan lagu dan memainkan gitar akustik.
Tapi, mereka tidak diperbolehkan mengonsumsi alkohol dan pengera suara.