Lavrov Lempar Tantangan: Biarkan NATO Berperang, Rusia Siap!
loading...
A
A
A
MOSKOW - Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengatakannegaranya siap menghadapi NATO untuk terus berperang di Ukraina . Lavrov merespons pernyataan Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg beberapa hari sebelumnya yang menolak langkah apa pun untuk "membekukan" konflik, meskipun kerugian Ukraina meningkat.
"Jika NATO, melalui mulut Stoltenberg, sekali lagi menyatakan bahwa mereka menentang pembekuan, seperti yang mereka katakan, konflik di Ukraina, maka mereka ingin berperang," kata Lavrov dalam konferensi pers.
"Baiklah, biarkan mereka berperang, kami siap untuk ini, kami telah lama memahami tujuan NATO dalam situasi di sekitar Ukraina, yang telah terbentuk selama bertahun-tahun," imbuhnya seperti dikutip dari Russia Today, Rabu (21/6/2023).
Sebelumnya dalam sebuah wawancara dengan Welt am Sonntag Jerman yang diterbitkan pada hari Minggu, Stoltenberg menyatakan bahwa perdamaian tidak dapat berarti membekukan konflik dan menerima kesepakatan yang ditentukan oleh Rusia.
"Hanya Ukraina yang dapat menentukan kondisi yang dapat diterima," Stoltenberg menambahkan, sebuah dukungan eksplisit dari sumpah Kiev untuk mendorong pasukan Rusia kembali ke perbatasan pra-konflik dan merebut wilayah Crimea dari Rusia.
Para pejabat di Moskow telah lama menuduh Amerika Serikat (AS) dan sekutu NATO-nya mempersenjatai Ukraina dan menggunakan negara itu untuk memicu konflik dengan Rusia.
Presiden Rusia Vladimr Putin menggambarkan konflik tersebut sebagai mengadu pasukannya melawan “seluruh mesin militer Barat.”
Lavrov pun mengulangi sentimen ini, menyatakan bahwa pengiriman senjata Barat yang berkelanjutan ke Kiev menunjukkan bahwa Barat adalah peserta langsung dalam perang hibrida yang dinyatakan melawan Rusia, dan sungguh-sunggug perang yang panas.
Sementara Lavrov mengklaim bahwa beberapa pemimpin Barat mulai "sadar" tentang sifat konflik, Kiev menuntut agar senjata terus mengalir.
"Jika NATO, melalui mulut Stoltenberg, sekali lagi menyatakan bahwa mereka menentang pembekuan, seperti yang mereka katakan, konflik di Ukraina, maka mereka ingin berperang," kata Lavrov dalam konferensi pers.
"Baiklah, biarkan mereka berperang, kami siap untuk ini, kami telah lama memahami tujuan NATO dalam situasi di sekitar Ukraina, yang telah terbentuk selama bertahun-tahun," imbuhnya seperti dikutip dari Russia Today, Rabu (21/6/2023).
Sebelumnya dalam sebuah wawancara dengan Welt am Sonntag Jerman yang diterbitkan pada hari Minggu, Stoltenberg menyatakan bahwa perdamaian tidak dapat berarti membekukan konflik dan menerima kesepakatan yang ditentukan oleh Rusia.
"Hanya Ukraina yang dapat menentukan kondisi yang dapat diterima," Stoltenberg menambahkan, sebuah dukungan eksplisit dari sumpah Kiev untuk mendorong pasukan Rusia kembali ke perbatasan pra-konflik dan merebut wilayah Crimea dari Rusia.
Para pejabat di Moskow telah lama menuduh Amerika Serikat (AS) dan sekutu NATO-nya mempersenjatai Ukraina dan menggunakan negara itu untuk memicu konflik dengan Rusia.
Presiden Rusia Vladimr Putin menggambarkan konflik tersebut sebagai mengadu pasukannya melawan “seluruh mesin militer Barat.”
Lavrov pun mengulangi sentimen ini, menyatakan bahwa pengiriman senjata Barat yang berkelanjutan ke Kiev menunjukkan bahwa Barat adalah peserta langsung dalam perang hibrida yang dinyatakan melawan Rusia, dan sungguh-sunggug perang yang panas.
Sementara Lavrov mengklaim bahwa beberapa pemimpin Barat mulai "sadar" tentang sifat konflik, Kiev menuntut agar senjata terus mengalir.