Pakar Militer AS: NATO Dorong Ukraina Gelar Serangan Balasan Meskipun Tidak Siap
loading...
A
A
A
WASHINGTON - Serangan balik Ukraina yang telah lama ditunggu-tunggu, yang digembar-gemborkan rezim di Kiev dan pendukung Baratnya selama berbulan-bulan, akhirnya dimulai bulan ini.
Meski demikian, serangan balasan itu sejauh ini gagal membuahkan hasil yang diinginkan dalangnya.
Lebih parah lagi, pasukan Ukraina menunjukkan kemampuan luar biasa untuk kehilangan pasukan dan perangkat keras militer dengan menyerbu melintasi ladang ranjau ke posisi berbenteng yang dipegang pasukan Rusia.
Hingga saat ini, militer Ukraina belum berhasil mendekati, apalagi menembus, garis pertama pertahanan Rusia.
Purnawirawan Angkatan Udara Amerika Serikat (AS) Letnan Kolonel Karen Kwiatkowski, mantan analis untuk Departemen Pertahanan AS, mengatakan kepada Sputnik bahwa, “Media Barat melaporkan sangat sedikit informasi konkret tentang serangan balasan.”
Menurut dia, banyak informasi tentang masalah ini datang langsung dari media Ukraina dan karenanya “sulit untuk diverifikasi.”
Menurut Kwiatkowski, Kiev "didorong secara politis" untuk meluncurkan serangan balasan ini oleh "sponsor NATO-nya", terlepas dari kenyataan bahwa, ternyata, pasukan Ukraina tidak siap untuk itu.
“Hasilnya adalah medan perang yang semakin putus asa untuk Ukraina, dan tindakan yang semakin putus asa diambil oleh Ukraina dan kepemimpinan politiknya,” ujar dia.
Dia menambahkan, “Ketika saya mengatakan putus asa, saya menyebut kepemimpinan Ukraina telah memutuskan untuk menghapuskan mendapatkan kembali tanah timur termasuk Crimea dan sekarang siap untuk melakukan apa yang mereka bisa untuk hanya meningkatkan biaya untuk Rusia di masa depan, dengan menghancurkan infrastruktur sipil dan energi, dan kemampuan Ukraina untuk menjadi produktif semudah mungkin.”
Meski demikian, serangan balasan itu sejauh ini gagal membuahkan hasil yang diinginkan dalangnya.
Lebih parah lagi, pasukan Ukraina menunjukkan kemampuan luar biasa untuk kehilangan pasukan dan perangkat keras militer dengan menyerbu melintasi ladang ranjau ke posisi berbenteng yang dipegang pasukan Rusia.
Hingga saat ini, militer Ukraina belum berhasil mendekati, apalagi menembus, garis pertama pertahanan Rusia.
Purnawirawan Angkatan Udara Amerika Serikat (AS) Letnan Kolonel Karen Kwiatkowski, mantan analis untuk Departemen Pertahanan AS, mengatakan kepada Sputnik bahwa, “Media Barat melaporkan sangat sedikit informasi konkret tentang serangan balasan.”
Menurut dia, banyak informasi tentang masalah ini datang langsung dari media Ukraina dan karenanya “sulit untuk diverifikasi.”
Menurut Kwiatkowski, Kiev "didorong secara politis" untuk meluncurkan serangan balasan ini oleh "sponsor NATO-nya", terlepas dari kenyataan bahwa, ternyata, pasukan Ukraina tidak siap untuk itu.
“Hasilnya adalah medan perang yang semakin putus asa untuk Ukraina, dan tindakan yang semakin putus asa diambil oleh Ukraina dan kepemimpinan politiknya,” ujar dia.
Dia menambahkan, “Ketika saya mengatakan putus asa, saya menyebut kepemimpinan Ukraina telah memutuskan untuk menghapuskan mendapatkan kembali tanah timur termasuk Crimea dan sekarang siap untuk melakukan apa yang mereka bisa untuk hanya meningkatkan biaya untuk Rusia di masa depan, dengan menghancurkan infrastruktur sipil dan energi, dan kemampuan Ukraina untuk menjadi produktif semudah mungkin.”